Kemensos Kirim Tim Resus ke Merapi
Penulis :
Humas Disabilitas Wyata Guna Bandung
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
BOYOLALI (27 Januari 2021) - Kemensos melalui Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung merespon kondisi tanggap darurat dari erupsi gunung Merapi di kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Sebanyak 42 orang Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (PDSN) terdampak erupsi. Dari jumlah tersebut terdapat 22 penyandang disabilitas netra yang berada di Desa Tlogolele, Jrakah, dan Klakah yang masuk wilayah KRB III (Jarak kurang dari 3 km dari puncak Merapi). Kondisi tersebut mengharuskan mereka untuk mengungsi ke posko pengungsian yang ada di wilayah masing-masing.
Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung mengirimkan 3 personil Tim Respon Kasus (Tim Resus) ke Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali untuk melakukan identifikasi, asesmen, dan layanan dukungan psikososial kepada para disabilitas netra yang terdampak erupsi.
Tim yang datang pada jam 07.30 WIB pada hari Rabu, 27 Januari 2021 langsung bergerak cepat untuk berkoordinasi dengan Pos Komando Aju di Kecamatan Selo, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dan petugas penanganan bencana. Setelah mendapatkan informasi awal dan pemetaan lokasi, selanjutnya Tim Resus Wyata Guna melakukan penjangkauan ke para disabilitas netra yang ada di posko pengungsian maupun di rumah masing-masing.
Identifikasi dan assesmen dilakukan untuk mengetahui kebutuhan para penyandang disabilitas netra yang terdampak erupsi, termasuk melakukan pendataan terhadap pengungsi korban erupsi merapi.
Ika (21), salah satu penyandang disabilitas netra mengatakan bahwa erupsi yang terjadi membuat dia dan Nurdin (suaminya) kesulitan berjualan telor gulung. Sehingga pendapatannya berkurang, jualan sepi, dan untuk berkeliling jualan juga masih takut adanya erupsi lagi. Ditambah lagi kondisi peralatan jualannya yang rusak belum diperbaiki karena tidak ada uang. Ika sangat membutuhkan dukungan untuk kembali bisa berjualan karena itu satu-satunya penghasilan mereka.
Selain melakukan asesmen kebutuhan, Tim Resus juga memberikan layanan dukungan psikososial sebagai upaya mengurangi rasa trauma dan kepanikan akibat terjadinya erupsi. Termasuk juga memberikan penguatan kepada keluarga disabilitas netra tentang teknik melakukan pendampingan kepada para disabilitas netra. Di posko pengungsi Desa Tlogolele, Kecamatan Selo terdapat 90 KK atau 241 jiwa yang mengungsi terdiri dari wanita, lanjut usia dan anak-anak.
Hasil asesmen kebutuhan yang dilakukan oleh Tim Resus Wyata Guna bersama dengan TKSK Kecamatan Selo, relawan sosial dari kecamatan Selo, serta petugas sosial dari desa setempat terhadap penyandang disabilitas sensorik netra diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Terdapat 1 orang membutuhkan bantuan perlengkapan usaha jualan sayuran.(keranjang, timbangan, dan tambahan modal)
2. Terdapat 1 orang membutuhkan bantuan perlengkapan usaha berjualan telor gulung (perbaikan gerobak, payung besar, kompor gas, gas elpiji, alat masak)
3. Terdapat 1 orang membutuhkan perlengkapan usaha pijat (ranjang pijat, bantal, sprei, minyak pijat/cream massage)
4. Terdapat 39 orang PDSN membutuhkan bantuan kebutuhan dasar/sembako (beras, minyak, gula, telor, lauk pauk)
Salah anggota anggota Tim Resus, Lulu Ridwan mengatakan, Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung bergerak cepat merespon adanya laporan dari pihak Kecamatan Selo sejumlah 42 orang penyandang disabilitas sensorik netra yang terdampak erupsi merapi. Hasil yang kami peroleh di lapangan dilaporkan dengan cepat kepada Kepala Balai, sehingga pimpinan dapat mengambil langkah selanjutnya sebagai wujud dari implementasi ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial) dalam situasi darurat.
Lulu Ridwan yang juga seorang pekerja sosial menyampaikan bahwa tidak hanya bantuan kebutuhan dasar saja yang diperlukan, namun yang tidak kalah pentingnya adalah pemberian layanan dukungan psikososial kepada mereka yang terdampak erupsi.
Hari pertama tim selesai pada jam 17.10 WIB, dan tadi siang masih terdapat guguran lava ditandai dengan bunyi alarm peringatan erupsi merapi.
Bagikan :