Kemensos Perkuat Penanganan Korban Bencana Banjir Sumba Timur Melalui LDP

Kemensos Perkuat Penanganan Korban Bencana Banjir Sumba Timur Melalui LDP
Penulis :
Humas Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

SUMBA TIMUR (16 April 2021) - Kementerian Sosial melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Balai Disabilitas "Wyata Guna" di Bandung terus memperkuat penanganan korban bencana banjir akibat Badai Siklon Tropis Seroja di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. 

Sesuai arahan Menteri Sosial, Tri Rismaharini  bahwa penanganan  pasca bencana tidak sekedar memberikan bantuan, tetapi ada Layanan Dukungan Psikososial (LDP), dan Trauma Healing bagi korban bencana. 

Berdasarkan hal tersebut Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung menurunkan tim ke lokasi untuk memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) kepada para korban untuk mengurangi rasa trauma, gelisah, putus asa yang dihadapi para korban bencana di Kecamatan Kambera, Waingapu dan Kanatang, sehingga mereka diharapkan dapat mempunyai semangat untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari secara normal dan kembali produktif, dan mempunyai keyakinan yang kuat dalam menghadapi masalah pasca bencana.

Salah satu lokasi adalah di Kecamatan Waingapu, Tim LDP Balai Disabilitas "Wyata Guna" di Bandung melakukan asesmen kepada Karel Kanda (65 tahun), penyandang disabilitas netra yang rumahnya rusak akibat badai, serta memberikan penguatan psikososial kepada yang bersangkutan dan keluarganya.

lokasi selanjutnya di Kecamatan Kanatang, Tim Balai Disabilitas "Wyata Guna" di Bandung juga melakukan penelesuran dan asesmen terhadap penyandang disabilitas netra yang miskin, dan berhasil menelusuri Paulus Pati Lianda (50 tahun) yang tinggal di dalam sebuah rumah bilik dan miskin, serta belum pernah mendapatkan layanan sosial. Serta PDSN bernama Gabriel Ngabi Ranja Rua (33 tahun), yang atap rumah biliknya rusak terkena dampak badai angin. Di Kanatang tersebut juga ada PDSN yang hidup miskin bernama Andreas Lu Takandewa (50 tahun) dan Roy Ana (45 tahun). 

Tim dari Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung melakukan identifikasi dan asesmen untuk memperdalam informasi permasalahan, kebutuhan serta rencana intervensinya. Sedangkan di Kecamatan Kambera diberikan  Layanan Dukungan Psikososial (LDP) kepada keluarga korban banjir.

Deremanutebe (65 tahun) salah seorang korban terdampak banjir mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Sosial atas perhatian dan bantuan yang diberikan, dan berharap percepatan penanganan banjir untuk perbaikan sarana dan prasarana berupa air bersih.

Pekerja Sosial Balai Disabilitas "Wyata Guna" di Bandung, Lulu Ridwan Wibawa menyampaikan bahwa Tim Respon Kasus Balai Disabilitas "Wyata Guna" di Bandung berangkat ke  Sumba Timur ini tugas utamanya adalah memberikan Layanan Dukungan Psikososial kepada para korban terdampak badai Siklon Tropis Seroja, tetapi selain itu juga melakukan penelesuran dan asesmen terhadap penyandang disabilitas netra hasil dari laporan Ketua komunitas PERTUNI Sumba Timur tentang adanya PDSN yang belum pernah mendapatkan layanan rehabilitasi sosial. "Kami jangkau tiga kecamatan disini sesuai laporan yang kami terima pada saat kami bertemu dengan Ketua PERTUNI disini", demikian disampaikan Lulu Ridwan.

Di Kecamatan Kambera, Roberth Oktavianus Riwu, seorang penyandang disabilitas netra dan juga Ketua PERTUNI Sumbawa Timur, mengatakan bahwa penyandang disabilitas netra yang menjadi korban terdampak banjir dan badai siklon tropis ini hampir semuanya belum pernah mendapatkan bantuan dan layanan rehabilitasi sosial sebelum terjadinya bencana, sehingga sangat berharap adanya layanan berkelanjutan dari Kemensos terhadap PDSN di Sumbawa Timur.

Selama 3 hari Tim LDP Kemensos Balai Disabilitas "Wyata Guna" di Bandung yang berjumlah 3 personil melaksanakan tugas di lapangan, bekerja sama dengan berbagai pihak (Direktorat RSPD, Dinas Sosial Sumba Timur, Yayasan Waliati, Sakti Peksos, dan PERTUNI Sumba Timur) berusaha memulihkan semangat hidup para korban, membangkitkan motivasi, menghilangkan rasa trauma, serta memberikan penguatan kepada keluarga para penyandang disabilitas untuk memberikan dukungan terhadap peningkatan kemandirian mereka.


Bagikan :