Kemensos Tangani Bayi Tanpa Anus, Orang Tua Merasa Sangat Diperhatikan
Penulis :
Humas Ditjen Rehsos
Penerjemah :
Alif Mufida Ulya
KOTA KUPANG (12 Mei 2024) – Sentra "Efata" di Kupang melakukan penjangkauan terhadap salah satu Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), yaitu Marselino Tasman, bayi berusia tujuh bulan tanpa lubang anus (Atresia Ani) dari Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk memudahkan penanganan terhadap Penerima Manfaat (PM), bayi tersebut dibawa ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sentra "Efata" di Kupang milik Kementerian Sosial guna mendapatkan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI).
Ayah Marselino, Hyronimus Tasman mengatakan baru kali ini mendapatkan bantuan dari pemerintah, pada saat sang anak mendapatkan cobaan, setelah hampir 50 tahun ia hidup. “Saya terharu dan sangat berterimakasih kepada Kemensos karena baru kali ini mendapatkan perhatian dan bantuan dari pemerintah, terlebih pada saat anak saya sedang membutuhkan bantuan operasi medis. Puji Tuhan,” kata Hyronimus.
Lebih lanjut, sebelum mendapatkan bantuan dari Kemensos, ia bingung ke mana harus meminta bantuan. Ia tidak memiliki biaya untuk berobat. Sebagai buruh tani, penghasilannya sangat minim apalagi untuk membiayai operasi. “Kami tidak punya apa-apa sehingga selama ini hanya pasrah kepada Tuhan. Kemudian, ada saudara meminta saya memvideokan kondisi anak saya, akhirnya viral sehingga banyak pihak yang menghubungi untuk membantu, termasuk Kemensos saat ini,” ungkapnya.
Selama di Sentra "Efata" di Kupang, Hyronimus menerima pelatihan beternak ayam petelur untuk menambah keterampilan, yang selanjutnya menjadi sumber pendapatannya. Dari usahanya, setiap hari, ia bisa memanen telur. “Beternak ayam petelur sudah berjalan empat bulan. Telur-telur tersebut dijual di sekitar komplek Efata. Hasil penjualannya lumayan untuk dikirim kepada keluarga di kampung dan biaya sekolah anak,” katanuya.
Setiap pagi, Hyronimus pergi ke kandang untuk memberikan pakan ayam. Ia merasa usahanya terus berkembang dan semakin paham cara beternak ayam petelur. “Saya berharap pengalaman beternak ayam petelur di Sentra "Efata" di Kupang dilanjutkan di kampung karena terus terang, saya tidak punya kebun di sana,” tuturnya.
Selain bantuan perawatan anak dan pelatihan beternak ayam petelur, Hyronimus juga mendapat berbagai bantuan lainnya, serta diberi kesempatan mengelola lahan untuk menanam sayuran, ubi, singkong dan jagung oleh Sentra "Efata" di Kupang. “Saya berharap operasi cepat selesai sehingga kami dapat segera Kembali ke kampung halaman. Terima kasih Sentra "Efata" di Kupang yang telah banyak membantu kami. Saya baru menyadari, hidup ternyata tidak sendiri, tetapi masih ada Kemensos yang begitu peduli,” pungkasnya.
Lebih lanjut, sebelum mendapatkan bantuan dari Kemensos, ia bingung ke mana harus meminta bantuan. Ia tidak memiliki biaya untuk berobat. Sebagai buruh tani, penghasilannya sangat minim apalagi untuk membiayai operasi. “Kami tidak punya apa-apa sehingga selama ini hanya pasrah kepada Tuhan. Kemudian, ada saudara meminta saya memvideokan kondisi anak saya, akhirnya viral sehingga banyak pihak yang menghubungi untuk membantu, termasuk Kemensos saat ini,” ungkapnya.
Selama di Sentra "Efata" di Kupang, Hyronimus menerima pelatihan beternak ayam petelur untuk menambah keterampilan, yang selanjutnya menjadi sumber pendapatannya. Dari usahanya, setiap hari, ia bisa memanen telur. “Beternak ayam petelur sudah berjalan empat bulan. Telur-telur tersebut dijual di sekitar komplek Efata. Hasil penjualannya lumayan untuk dikirim kepada keluarga di kampung dan biaya sekolah anak,” katanuya.
Setiap pagi, Hyronimus pergi ke kandang untuk memberikan pakan ayam. Ia merasa usahanya terus berkembang dan semakin paham cara beternak ayam petelur. “Saya berharap pengalaman beternak ayam petelur di Sentra "Efata" di Kupang dilanjutkan di kampung karena terus terang, saya tidak punya kebun di sana,” tuturnya.
Selain bantuan perawatan anak dan pelatihan beternak ayam petelur, Hyronimus juga mendapat berbagai bantuan lainnya, serta diberi kesempatan mengelola lahan untuk menanam sayuran, ubi, singkong dan jagung oleh Sentra "Efata" di Kupang. “Saya berharap operasi cepat selesai sehingga kami dapat segera Kembali ke kampung halaman. Terima kasih Sentra "Efata" di Kupang yang telah banyak membantu kami. Saya baru menyadari, hidup ternyata tidak sendiri, tetapi masih ada Kemensos yang begitu peduli,” pungkasnya.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Kementerian Sosial RI
Bagikan :