Kemensos Tangani Tiga Anak Yatim Piatu yang Hidup di Hutan

Kemensos Tangani Tiga Anak Yatim Piatu yang Hidup di Hutan
Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
David
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

LOMBOK BARAT (12 Mei 2021) - Kementerian Sosial melalui Balai "Paramita" di Mataram melakukan respon kasus 3 (tiga) anak yatim piatu yang tinggal di tengah hutan Batulayar.


Kepala Balai, I Ketut Supena didampingi Penyuluh Sosial dan Humas serta Supervisor Pekerja Sosial Pendamping Anak Provinsi Nusa Tenggara Barat memimpin kegiatan respon kasus tersebut.


Medan yang dilalui untuk tiba di lokasi tempat tinggal ketiga anak yatim piatu tersebut tidaklah mudah dijangkau. Setidaknya 30 menit waktu yang harus dilalui oleh tim untuk tiba di lokasi dengan jarak kurang lebih 1 Km dari ruas jalan desa. Jalan tersebut pulalah yang dilalui oleh anak-anak yatim piatu tersebut untuk dapat menimba ilmu di sekolah.


"
Hasil asesmen yang telah kami lakukan menunjukkan, anak belum pernah tersentuh bantuan apapun, mulai dari Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP). Ini merupakan salah satu dari tugas kami untuk menuntaskan permasalahan sosial bagi anak-anak ini." tutur Supena.


Ketiga anak tersebut adalah PM (perempuan - 13 tahun), NA (perempuan - 9 Tahun), dan AA (laki-laki - 3 tahun). Ketiga anak tersebut telah ditinggalkan oleh ibu kandungnya kurang dari setahun yang lalu, sedangkan ayah kandung mereka juga telah tiada pada 3 bulan yang lalu.


Kondisi saat ini ketiga anak tersebut tinggal bersama dengan kakak kandungnya. Kondisi perekonomian rumah tangga tersebut dapat dikatakan kurang, bahkan listrik untuk penerangan rumah mereka pun harus menumpang pada tetangga dengan membayar Rp 20 ribu. 


Babah (bukan nama sebenarnya) yang merupakan kakak kandung ketiga anak tersebut mengatakan dirinya belum punya pekerjaan tetap. "Jadi untuk menghidupi adik-adik, saya hanya bekerja serabutan di proyek, itupun kalau ada," ucapnya.


Kondisi tempat tinggal anak pun juga kurang layak huni, hal tersebut dikarenakan aksesibilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) tidak terdapat dalam rumah tersebut. Setidaknya mereka harus berjalan ke sumber air yang jaraknya cukup jauh dari rumah tempat tinggal mereka.


Selanjutnya, ketika tim meminta identitas dari ketiga anak tersebut, Babah menunjukkan Kartu Keluarga (KK) yang didalamnya pun masih memuat nama kedua orang tua mereka namun belum memuat nama AA (anak terakhir dari ketiga bersaudara anak yatim piatu tersebut).


Supena menjelaskan pihaknya akan tuntaskan permasalahan identitas ini dengan menghubungkannya dengan Dukcapil Lombok Barat. "Selain itu, kami juga akan menghubungkan dengan Dinas Sosial untuk  mendapatkan bantuan jaminan kesejahteraan sosial." tandasnya.


Di akhir sesi, Balai "Paramita" menyerahkan bantuan kedaruratan sesuai dengan kebutuhan ketiga anak, antara lain: makanan anak sebanyak 3 paket, makanan siap saji sebanyak 1 bo
ks berisi 12 pak, kasur dan matras masing-masing 2 buah.


"Terima kasih Kemensos atas bantuannya, kami senang karena bisa tidur di alas yang empuk ini," ungkap PM.



 

Bagikan :