Ketegaran Romnah, Lansia Tunggal yang Berjuang di Usia Senja

Ketegaran Romnah, Lansia Tunggal yang Berjuang di Usia Senja
Penulis :
Koesworo Setiawan
Penerjemah :
Laili Hariroh

TASIKMALAYA (30 Mei 2022) - Suaranya parau. Tangannya sesekali mengusap tetesan air mata yang mengalir di sela kerutan wajah. Romnah (72), saat bercerita tentang ketegarannya menjadi seorang lansia tunggal.

Sudah 10 tahun ia ditinggal oleh suaminya ke Jakarta. Tak ada kabar berita hingga kini usianya menjelang senja. Sejak suaminya pergi tanpa berkabar, Romnah banting tulang menghidupi 3 anaknya. 

Bila ketegarannya mulai mengendur menghadapi kerasnya dunia, ia memilih terjaga di sepertiga malam. Di keheningan, ia meletakkan dahi di sajadah lusuh miliknya. 

Lama ia bersujud, mengadu kepada Yang Maha Kuasa Kekuatan doanya, menjadi api yang menyalakan lagi semangatnya.

Romnah memulai hari-harinya. Ia melanjutkan aktivitas membuat jajanan pasar yang biasa dijajakannya keliling kampung setiap pukul 08.00 hingga 11.00 WIB.

Kue bugis, kue pisang, uli, oseng bihun, gemblong dan odading adalah beberapa jenis jajanan pasar yang dijual. Ia piawai dalam membuat jajanan ini berkat ibunya. Semua ia buat sendiri di dapur yang hanya berukuran 1 x 1,5 meter.

Romnah menjajakan dagangan dengan berjalan kaki, keliling Desa Sukakarsa, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya. Sesekali Romnah tersenyum, tatkala cerita dagangannya pun tak luput dari pembeli yang berhutang.

“Ya gak apa-apa, yang penting gak lama bayarnya. Kadang besoknya baru dibayar (jajanannya) sama pembeli,” tutur lansia yang memiliki 13 cucu.

Ia mengaku modal awal ia berdagang hanya Rp200 ribu. Sehari, jika jualannya habis ia bisa mengantongi keuntungan Rp100 ribu. Sebagian ia tabung, sebagian ia gunakan untuk menambah modal. Jika tidak habis, ia berikan untuk anak dan cucunya di rumah. 

Ia sempat kehabisan modal, selain bahan baku yang harganya semakin mahal, ia juga harus membayar upah penggiling tepung di pasar. "Saya berharap bisa punya mesin penggiling tepung, supaya gak ke pasar, gak keluar biaya upah giling tepung," ungkapnya.

Pulang berdagang, selepas sholat zuhur, Romnah kembali menyusuri jalan setapak untuk mencari daun pisang. Perjalanan ditempuh kurang lebih 20 menit menuju kebun pisang. Ia ambil secukupnya untuk 2-3 hari dagang. 

Sudah 15 tahun tinggal di Desa Sukakarsa, Romnah bernaung di rumah berukuran 3 x 3,5 meter. Rumah yang dibelinya dengan harga Rp1,5 juta ini berbentuk panggung yang di bawahnya ada kolam berisi ikan mas dan ikan mujair. Ikan ini bisa dipanen untuk disantap bersama keluarga.

Rumahnya beralaskan papan dan berdinding anyaman bambu, biasanya dibilang geribig. Tak heran, jika hujan tiba, hatinya was-was. Selain banyak bagian yang bocor, ia takut pohon kelapa di sekitarnya tumbang menimpa bangunan rumahnya yang ringkih karena mulai termakan usia.

Momen yang terasa berat baginya ketika berjualan dalam kondisi hujan. Ia baru merasa dirinya berjuang sendiri. Rasa sedih pun sering hinggap di dirinya ketika dagangannya tidak laku karena ada pedagang yang lebih pagi menjajakan dagangan.

Di Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ke 26 tahun 2022, Romnah menjadi salah satu penerima bantuan sosial dari Kemensos. Bantuan ATENSI dari Kemensos yang diberikan berupa mesin penggiling tepung, bahan baku jajanan pasar seperti tepung terigu, beras ketan hitam, beras ketan putih dan lainnya.

Romnah menjadi salah satu lansia penerima bantuan Kemensos dari total 326 Lansia di Kecamatan Sukarame. Total bantuan yang diberikan di Kecamatan Sukarame Rp 388.561.900.

Saat ditanya apa yang memotivasi dirinya tetap berjualan di usia senja, ia menjawab "dirinya sendiri", semangatnya belum padam. Ia tak mau menyusahkan anaknya. Baginya, ini bagian hidupnya, cara menikmati usia senja sebagai lansia tunggal. Kemensos juga memfasilitasi renovasi bagi rumah lansia yang tidak layak huni, operasi katarak gratis, perekaman e-KTP dan kegiatan donor darah.

Kegembiraan juga dirasakan Rodiah (72). Warga Kampung Cipanunjang Kecamatan Taraju, Tasikmalaya ini dapat bernafas lega karena rumahnya kini lebih nyaman ditempati. 

Rumah yang sebelumnya berdinding bambu dan berlubang di beberapa sudutnya kini berganti tembok batako yang tertata rapi. Selain itu isi rumahnya pun bertambah dengan perlengkapan tempat tidur baru dan seperangkat alat perabotan dapur.

Rodiah menjadi salah satu penerima bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) Kementerian Sosial setelah sebelumnya menjalani asesmen komprehensif yang dilakukan oleh petugas Pekerja Sosial dari Sentra "Satria" di Baturraden Kementerian Sosial, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dan aparat Dinsos Kecamatan Taraju. 

Tidak hanya Rodiah, rasa bahagia juga dirasakan warga Lansia lainnya di Kecamatan Taraju. Dioh (75 thn) warga Desa Raksasari dan Mpud (68 thn) di Desa Banyu Asin menerima alat bantu berupa kursi roda. Bantuan kursi roda diserahkan langsung oleh Kepala Sentra "Satria" di Baturadden, Darmanto, di kediaman mereka masing-masing pada hari Sabtu (28/5).

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI 
Bagikan :