Penulis :
Sentra Abiyoso Cimahi
Editor :
Intan Qonita N
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
CIMAHI (15 Juni 2022) - Sentra Abiyoso menerima kunjungan dari perwakilan Library of Congress (LC), Amerika Serikat, pada 14-15 Juni 2022. Kunjungan ini bertujuan mengumpulkan hasil publikasi dari seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan pemustaka LC dari beragam kalangan, termasuk penyandang disabilitas netra.
"Buku-buku berbahasa Indonesia sangat diperlukan oleh warga Amerika, baik yang tinggal di dalam maupun luar Amerika, yang bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia," terang Nina Kania Dewi, Acquisitions Southeast Asia Regional Office, Library Of Conggress.
Lembaga internasional yang berkantor pusat di Washington D.C. ini memiliki sebuah layanan yang diberi nama National Library Service for the Blind and Print Disabled. Layanan ini menyediakan bahan-bahan bacaan yang dapat diakses dengan mudah oleh pemustaka yang mengalami hambatan membaca (reading disability), seperti penyandang disabilitas netra (total ataupun low vision) dan disleksia.
Sejauh ini terdapat enam kantor cabang utama LC di berbagai kawasan global. Selain di Jakarta (Indonesia), lima lainnya berlokasi di New Delhi (India), Nairobi (Kenya), Islamabad (Pakistan), Rio de Janeiro (Brazil), dan Kairo (mesir). Tiap kantor tersebut memiliki agen di negara-negara di wilayah regional masing-masing.
Perpustakaan yang pertama kali terbentuk pada 1800 ini masih merupakan perpustakaan terbesar di dunia. Mereka berkolaborasi dengan lembaga-lembaga serupa di seluruh dunia melalui the Cooperative Acquisitions Program. Kini sudah lebih dari 173 juta koleksi yang dimiliki LC. Berkat kolaborasi dengan berbagai lembaga di luar Amerika, sekitar separuh dari koleksi tersebut berbahasa selain bahasa Inggris.
"Buku-buku berbahasa Indonesia sangat diperlukan oleh warga Amerika, baik yang tinggal di dalam maupun luar Amerika, yang bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia," terang Nina Kania Dewi, Acquisitions Southeast Asia Regional Office, Library Of Conggress.
Lembaga internasional yang berkantor pusat di Washington D.C. ini memiliki sebuah layanan yang diberi nama National Library Service for the Blind and Print Disabled. Layanan ini menyediakan bahan-bahan bacaan yang dapat diakses dengan mudah oleh pemustaka yang mengalami hambatan membaca (reading disability), seperti penyandang disabilitas netra (total ataupun low vision) dan disleksia.
Sejauh ini terdapat enam kantor cabang utama LC di berbagai kawasan global. Selain di Jakarta (Indonesia), lima lainnya berlokasi di New Delhi (India), Nairobi (Kenya), Islamabad (Pakistan), Rio de Janeiro (Brazil), dan Kairo (mesir). Tiap kantor tersebut memiliki agen di negara-negara di wilayah regional masing-masing.
Perpustakaan yang pertama kali terbentuk pada 1800 ini masih merupakan perpustakaan terbesar di dunia. Mereka berkolaborasi dengan lembaga-lembaga serupa di seluruh dunia melalui the Cooperative Acquisitions Program. Kini sudah lebih dari 173 juta koleksi yang dimiliki LC. Berkat kolaborasi dengan berbagai lembaga di luar Amerika, sekitar separuh dari koleksi tersebut berbahasa selain bahasa Inggris.
Mewakili Kepala Sentra Abiyoso, Agung Hendrawan, Kepala Subbagian Tata
Usaha Sentra Abiyoso, A. Heri Kusumawardhana menyampaikan beribu terima
kasih atas kunjungan Library of Congress. "Ini bentuk perhatian dan
kepedulian terhadap kebutuhan buku-buku braille yang tentu sangat
bermanfaat bagi penyandang disabilitas netra."
Dalam kesempatan ini, Nina menyampaikan kesan yang amat mendalam terhadap kiprah Kementerian Sosial melalui Sentra Abiyoso dalam hal produksi dan penyediaan buku-buku braille. "Kita harus ingat, masih banyak masyarakat penyandang disabilitas netra yang butuh informasi dan bahan-bahan bacaan yang aksesibel, khususnya dalam format braille. Jangankan di Indonesia, di Amerika pun, yang notabene negara maju, huruf braille masih sangat dibutuhkan dan digemari."
Nina juga mengapresiasi setinggi-tingginya apa yang telah dilaksanakan Kementerian Sosial melalui Sentra Abiyoso selama ini, yakni memberi layanan baca/tulis bagi warga disabilitas. "Ini memang sudah tepat. Pemerintah tentu adalah Pihak 'pertama' yang wajib memenuhi, menjamin, dan melindungi hak-hak setiap warga, termasuk penyandang disabilitas," lanjutnya. Oleh sebab itu, dia berharap agar kiprah lembaga ini akan terus berlanjut, bahkan dengan inovasi-inovasi yang terus mengikuti perkembangan zaman.
Pihak Kementerian Sosial RI, khususnya Sentra Abiyoso, patut merasa bangga dengan kolaborasi ini. Menurut keterangan Nina, lembaga ini masih merupakan satu-satunya kontributor buku braille dan buku audio dari Indonesia bagi LC.
"Kami sangat bangga bahwa buku-buku produksi Abiyoso, baik braille maupun audio, dapat disandingkan dengan buku-buku berkualitas lainnya dari seluruh dunia di tempat yang begitu prestisius," imbuh Heri.
Selanjutnya, buku-buku yang terkumpul akan dikirim langsung ke Washington D.C. Sekali lagi Kementerian Sosial menunjukkan komitmennya dalam melayani penyandang disabilitas, bahkan kali ini ke tingkat internasional melalui kontribusi Sentra Abiyoso dalam hal produksi literasi.
Bagikan :