Lahirnya Produk Bisnis Eceng Gondok dari Tangan ABH

  • Lahirnya Produk Bisnis Eceng Gondok dari Tangan ABH
  • 16127898365193
  • 16127898548544
  • 16127898422886

Penulis :
Humas Balai Anak Paramita Mataram
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

LOMBOK BARAT (7 Februari 2021) – Balai Anak "Paramita" Kementerian Sosial di Mataram yang melaksanakan Program Asistensi Rehabilitasi Sosial terhadap Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) terus mewujudkan inovasi melalui terapi vokasional dan pembinaan kewirausahaan.

Salah satunya, penerima manfaat di Paramita sangat jeli melihat dan memanfaatkan potensi bisnis dari tanaman eceng gondok menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.

Eceng Gondok, awalnya menjadi musuh petani karena dianggap mengganggu tanaman padi petani dan menyerap nutrisi yang dibutuhkan padi. Namun, ditangan penerima manfaat utamanya anak-anak berhadapan dengan hukum (ABH), eceng gondok mampu diolah menjadi produk-produk bernilai ekonomis diantaranya sandal-sandal cantik (sego paramita) nampan eceng gondok (nego) kotak tisu eceng gondok, lampu cafe eceng gondok, gantungan kunci eceng gondok dan dudukan sepeda "Ngober".

I Ketut Supena, selaku kepala Balai Anak Paramita mengatakan, "Pengolahan eceng gondok ini kami telah mulai hampir setahun yang lalu tepatnya mulai Maret 2020, awalnya saya melihat begitu banyak eceng gondok dikali-kali sekitar Balai, di sawah-sawah petani dan ada juga tumbuh di kolam Balai, lalu tumbuh inisiatif kami untuk memanfaatkan agar berhasil guna.

Selanjutnya, bersama-sama anak kami mencoba membuat sandal, terus nampan, dudukan sepeda "Ngober" dll. Upaya ini kami lakukan agar terasah jiwa kewirausahaan anak-anak, bisa membuat anak-anak memiliki pemikiran yang kreatif dan harapan kami produk eceng gondok ini bisa menjadikan sebagai sumber penghasilan bagi mereka".

“P”, salah seorang penerima manfaat putra yang turut membuat produk eceng gondok ini mengatakan. “saya senang mengikuti ini, karena saya diberikan kebebasan berkreasi dalam membentuk pola dan motif, dan saya senang beberapa sudah laku dan saya mendapatkan uang.”

Supena menambahkan, “Kami memberikan kebebasan anak untuk berkreasi menentukan pola, motif dan model sesuai dengan keinginan mereka namun tetap kita dampingi dan arahkan untuk tetap mendapatkan estetika dan nilai jual.”  Produk-produk dari eceng gondok ini sudah mendapat apresiasi dari masyarakat terbukti adanya pesanan beberapa produk seperti sandal dan nampan, tentu kami harus tingkatkan lagi strategi pemasarannya sehingga anak-anak nantinya tertarik untuk melanjutkan  produksinya pasca mengikuti Asistensi Rehabilitasi Sosial.
Bagikan :