Penulis :
Humas Balai Nipotowe Palu
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
SIGI (5 Februari 2021) - Sulitnya Disabilitas Intelektual mendapatkan pekerjaan, dan bahkan tidak sedikit diantara mereka yang justru terlantar dan tidak berdaya, Kementerian Sosial RI melalui Balai Disabilitas "Nipotowe" Palu memberikan terapi kewirausahaan melalui produksi seni daur ulang kertas kepada disabilitas intelektual.
Praktik produksi daur ulang kertas ini di inisiasi oleh Balai Disabilitas "Nipotowe" Palu bekerjasama dengan Yayasan Kumala dan Lembaga Pengolahan Sampah (LPS) Nusantara.
Mensos Risma melalui jaringan pribadi, Whatsapp, menyampaikan dukungan agar produksi seni daur ulang kertas menjadi peluang usaha bagi disabilitas intelektual. Bahkan tak segan, Mensos Risma ingin promosikan hasil produksi daur ulang karya disabilitas intelektual, binaan Balai "Nipotowe" Palu untuk dijual di Jakarta agar penyandang disabilitas bisa hidup sejahtera.
"Minta tolong produksinya bisa dikirim ke Jakarta, hasilnya kita kembalikan," sebut Risma.
Meskipun produksi daur ulang kertas ini merupakan hal yang baru dilatih kepada disabilitas intelektual binaan Balai Disabilitas "Nipotowe" Palu, tetapi Syaiful Samad, selaku Kepala Balai yakin bahwa kegiatan ini dapat dilaksanakan oleh disabilitas intelektual.
"Kita mulai dari dorongan diri sendiri bahwa kita bisa," kata Syaiful saat membuka kegiatan terapi produksi daur ulang kertas pada Jumat, (5/02/21) kemarin.
"Produksi pengolahan daur ulang kertas dapat menjadi peluang usaha bagi disabilitas intelektual karena selain memiliki pasar, daur ulang kertas ramah lingkungan dan memiliki keunikan tersendiri karena dikerjakan oleh disabilitas intelektual," jelas syaiful.
Syaiful samad berharap agar hasil karya penyandang disabilitas intelektual tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat karena kualitasnya, tetapi juga mempunyai seni.
"Kalau selama ini ada stigma bahwa disabilitas intelektual tidak bisa, kita ingin stigma tersebut berubah dengan membuktikan bahwa hasil karya disabilitas intelektual juga bisa bersaing, berkualitas, bernilai seni dan dinikmati oleh masyarakat," ujar Syaiful.
Senada dengan hal itu, Dindin dari Yayasan Kumala selaku narasumber mengatakan bahwa seni daur ulang kertas ini dapat dikerjakan oleh disabilitas.
"Proses produksi kertas daur ulang tidak memerlukan keahlian khusus," kata Dindin. "Siapa saja dapat mengerjakannya, karena prosesnya sangat sederhana" tambah Dindin.
Lebih lanjut, Dindin menyampaikan bahwa daur ulang bukan hanya sekedar sampah tetapi menjadi peluang usaha yang dapat dimanfaatkan dan memiliki pasar sendiri.
"Seni daur ulang kertas ini merupakan seni mengolah sampah menjadi barang bernilai jual," jelas Dindin.
"Sesuatu yang dianggap sudah tidak berguna, sisa, bekas dan tak bernilai sering dianggap "sampah" sehingga perlu disingkirkan dan dibuang ke tempat sampah. Namun bila kita mau, kita dapat mengolahnya menjadi barang berharga, dan bernilai seni tinggi." kata Dindin.
Untuk menjangkau lebih banyak penyandang disabilitas agar dapat mengakses pelatihan, Balai Disabilitas "Nipotowe" di Palu melaksanakan dalam bentuk Trainer of Trainer (ToT) yang diikuti sebanyak 30 orang. Peserta terdiri dari beberapa LKS di sekitar Kota Palu yaitu, LKS Tadulako, Mekar Abadi Sigi, Muhamadiyah Palu, organisasi disabilitas seperti Gerkatin, juga orang tua dan disabilitas intelektual.
Bagikan :