Mesin Cetak Braille dengan Fitur Voice Percepat Literasi Penyandang Disabilitas Netra

Mesin Cetak Braille dengan Fitur Voice Percepat Literasi Penyandang Disabilitas Netra
Penulis :
Humas Dit. Penyandang Disabilitas
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

JAKARTA (7 Mei 2021) - Penyandang Disabilitas berhak mendapatkan alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan ragam disabilitasnya. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin ketersediaan alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan ragam disabilitas sebagaimana mandat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. 

Penyandang Disabilitas Netra sebagai salah satu ragam disabilitas karena terganggunya fungsi  indra penglihatan sangat membutuhkan literasi untuk memaksimalkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi.
 
Literasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari agar Penyandang Disabilitas Netra dapat meningkatkan kualitas hidup, mematangkan keterampilan dan membangun komunikasi dengan dunia sosial serta mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi.

"Kita harus berusaha semaksimal mungkin agar Penyandang Disabilitas Netra bisa mandiri karena mereka harus melanjutkan kehidupannya , oleh karena itu kita harus mengupayakan buku-buku literasi yang bisa mereka manfaatkan untuk mewujudkan kemandiriannya," kata Menteri Sosial Tri Rismaharini pada saat menerima bantuan mesin cetak braille dengan fitur voice di Kantor Kementerian Sosial, Jumat (7/5).

Mensos Risma menerima bantuan mesin cetak braille dengan fitur voice yang merupakan bentuk kepedulian dari PT. Telkom Indonesia terhadap penyandang disabilitas yang disalurkan dalam program CSR (Corporate Social Responbility) dengan Institut Teknologi Telkom Surabaya.

Mesin cetak braille dengan fitur voice  dikembangkan berdasarkan proses Reverse Engineering yaitu berdasarkan pengamatan dan studi pada produk serupa. Melalui penelitian dan pengembangan dengan prosedur pengamatan cara operasi mesin cetak braille tersebut dan dengan melakukan pembedahan total mesin cetak tersebut maka dikembangkan produk dengan fitur yang lebih baik dan unggul serta suku cadang yang mudah didapatkan di Indonesia.

Braille merupakan huruf timbul berupa kombinasi 6 titik yang memungkinkan Penyandang Disabilitas Netra dapat meraba bentuk-bentuk dari kombinasi 6 titik tersebut. Cara membaca huruf braille sama halnya seperti membaca huruf latin, yaitu dari kiri ke kanan. Namun sebaliknya, jika ingin menuliskan huruf braille, Penyandang Disabilitas Netra akan memulai dari arah kanan ke kiri. 

Penyandang Disabilitas Netra akan merasa sulit untuk belajar kalau memakai buku-buku yang ada saat ini. Mereka mungkin bisa mendengar, tapi tentu tidak akan selengkap kalau mereka bisa membaca secara mandiri. 

"Buku yang kami siapkan adalah buku agar mereka belajar untuk bisa mandiri, misalnya cara membuat kue, cara membuat roti, cara beternak, cara berkebun dan sebagainya. Buku-buku literatur ini akan kami sebarkan di seluruh Indonesia karena belum semua daerah memiliki buku khusus untuk Penyandang Disabilitas Netra," jelas Risma.

Kementerian Sosial melalui Balai Literasi Braille Abiyoso di Cimahi merupakan pusat rujukan nasional dan menjadi laboratorium untuk mengembangkan braille lingkup nasional yang bertujuan untuk  memenuhi kebutuhan hak-hak Penyandang Disabilitas Netra akan informasi dan pengetahuan sehingga terwujud sumber daya manusia yang unggul. 

Hasil produksi balai tersebut antara lain Buku Braille, Buku Bicara, Audio Mobile Library dan Digital Pen. Selain itu juga Peta Taktual yang dibutuhkan  Penyandang Disabilitas Netra untuk mendapatkan informasi spasial dengan simbol yang menggunakan variabel visual sederhana dan tidak terlalu kecil ukurannya.

"Kami akan memilih buku-buku yang ada di perpustakaan Balai Literasi Braille Abiyoso yang memang langsung bermanfaat untuk kehidupan Penyandang Disabilitas Netra," ungkap Risma. 

Rektor IT Telkom Surabaya, Tri Arief Sardjono mengungkapkan bahwa mesin braille ini adalah mesin ke-14 yang dibuat dan ada tambahan fitur suara. "Mesin-mesin sebelumnya tidak ada, hal ini berdasarkan masukan dari teman-teman penyandang disabilitas netra sejak tahun 2012.  Pada tahun 2014 kami membuat prototyping pertama, selanjutnya setiap tahun ditugaskan oleh Direktorat Pendidikan Khusus. Tahun 2021, dibantu oleh CDC PT Telkom untuk menyerahkan mesin braille ini ke Kementerian Sosial," jelas Tri Arif.

Mesin braille ini berkecepatan tinggi yaitu 1200 halaman per jam, memang khusus untuk percetakan jadi diharapkan bisa menjadi Book Publisher. Buku-buku yang ada saat ini untuk pengembangan keterampilan penyandang disabilitas netra akan di convert dalam bentuk huruf braille kemudian dicetak.

"Sebelumnya mesin cetak braille tanpa fitur voice, sehingga mengakibatkan penyandang disabilitas netra kesulitan untuk membaca tombol karena ada 16 (enam belas) tombol. Pada mesin cetak braille fitur voice, tekan pertama langsung  ada informasi nama dan fungsi. Ketika tombol sudah benar dan dibutuhkan maka bisa langsung di tekan dua kali  selanjutnya mesin akan berjalan sesuai fungsinya," lanjutnya.

Kelebihan mesin cetak braille fitur voice ini memiliki daya rendah (hemat energi), suku cadang dan komponen lokal. Mesin mudah dioperasikan oleh operator penyandang disabilitas netra dan dilengkapi software terkini (up to date) yang kompatibel dengan sistem operasi modern.

Spesifikasi teknis mesin cetak braille dengan fitur voice yaitu jumlah karakter per baris: 10-42 karakter, panjang sheet: 4-14 inches, printing type: single sided/interpoint dan double sided, spasi baris: standard 5,08 mm, karakter braille: standard medium 6 dot dan dengan kecepatan cetak 400 karakter per detik,1200 halaman/jam.

Membaca memiliki manfaat yang sangat banyak karena dengan membaca maka seseorang akan dapat melihat dunia dari jendela pengetahuan sebuah buku. Untuk itu, mari kita wujudkan peningkatan SDM bagi Penyandang Disabilitas Netra dengan aksesibilitas terhadap buku-buku literasi yang bermanfaat bagi kehidupan mereka.
Bagikan :