Penjual Batagor Keliling: Terima Kasih Menteri Sosial
CIBINONG,
JUMAT (15/05/2020) -
Senyum Jauharoh tak henti mengembang. Matanya beberapa kali melirik ke tas
merah putih berisi paket sembako yang dibopong suaminya. Sang suami pun tampak
sumringah.
“Sembako
ini sangat berarti buat kami. Karena selama ada Covid-19, saya sekeluarga makan
ala kadarnya. Jadi sembako ini sangat membantu menambah bahan makanan,” kata
Jauharoh, belum lama ini.
Perempuan
49 tahun itu menaruh harapan besar pada paket sembako Bantuan Presiden yang
disalurkan Kementerian Sosial. Bantuan sembako yang diterimanya, sangat
berarti.
“Ini
rezki kami hari ini. Alhamdulillah. Terima kasih Bapak Jokowi, Pak Mensos, dan
Bu Bupati Bogor. Mudah-mudahan Covid-19 cepat selesai pak. Jadi kami bisa
beraktivitas seperti biasa,” katanya.
Maklum,
pandemi Covid-19 telah membuat keluarga yang mengandalkan hidup dari berjualan
batagor keliling ini, makin terpuruk. Di masa normal, sebelum pandemi Covid-19,
suami Jauharoh bisa berjualan batagor keliling kampung di sekitar kawasan
Pakansari, Kelurahan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Bila
hari sedang baik, suami Jauharoh bisa membawa pulang Rp200.000. Sekitar
Rp150.000 dari hasil jualan itu masuk sebagai modal usaha. “Sisanya Rp50.000
kami pakai untuk makan,” katanya.
Padahal
kebutuhan hidup tidak hanya untuk makan. Biaya kontrakan rumah dan ongkos
sekolah dua dari tiga anaknya, bukan perkara ringan bagi keluarga bersahaja
ini. Di masa normal, biaya kontrakan sebesar Rp800.000/bulan, dengan susah
payah bisa ditutup.
Kemudian
uang SPP anak bagi anak kedua Jauharoh, sebenarnya tidak terlalu mahal. Karena
si anak tercatat sebagai siswa salah satu sekolah kejuruan negeri di Cibinong.
Namun memang penghasilan tidak senantiasa sepadan dengan pengeluaran. Ini yang
membuat biaya pendidikan masih terasa berat.
“Sudah
minta keringanan sih pak. Dan pihak sekolah mengabulkan. Tapi kami masih belum
sanggup membayar dengan biaya itu,” katanya. Kini dengan adanya krisis yakni
pendemi Covid-19, keluarga kecil ini makin tertekan.
Sekarang
suaminya tidak bisa berjualan keliling. Tetap berjualan batagor, namun hanya di
teras rumah kontrakan, untuk menghindari Covid-19. “Tentu saja hasilnya lebih
sedikit pak,” katanya.
Ditanya
soal bagaimana harus mengatur keuangan di masa pandemi, Jauharoh hanya
tertunduk. Lalu saling pandang dengan suaminya. Tas merah putih berisi bansos
sembako bantuan Presiden, kembali dilirik Jauharoh. Inilah harapan yang ada
saat ini.
Biro
Hubungan Masyarakat
Kementerian
Sosial