Perkuat Barisan, Balai Anak "Handayani" Perdalam Program ATENSI

  • Perkuat Barisan, Balai Anak "Handayani" Perdalam Program ATENSI
  • WhatsApp Image 2020-08-27 at 20.53.52 (1)
  • WhatsApp Image 2020-08-27 at 20.53.52

Penulis :
Humas Balai "Handayani" Jakarta
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Dewi Purbaningrum; Karlina Irsalyana

CIANJUR (27 Agustus 2020) - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Harry Hikmat menghadiri kegiatan Capacity Building Petugas Balai di Lingkungan Balai Anak Handayani Jakarta di Cianjur, Jawa Barat. Turut hadir mendampingi Dirjen Rehsos,  Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Kanya Eka Santi.

Dalam sambutannya, Harry Hikmat memaparkan program ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial)  yang merupakan branding baru  di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. ATENSI adalah strategi operasional yang mendorong program layanan di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Ditjen Rehsos yang menangani 5 kluster yaitu Anak, Penyandang Disabilitas, Tuna Sosial/Korban Perdagangan Orang, Lanjut Usia, dan NAPZA.

Khusus anak, Harry mengatakan bahwa masalah yang dihadapi cukup kompleks. “Kompleksitas permasalahan anak punya ciri khas nya sendiri dan juga spesifik sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda. Hal ini tentu menjadi tantangan sendiri bagi kita,” jelas Harry di hadapan peserta yang hadir.

Pada tahun 2019, Direktorat Anak telah menangani lebih dari 109.000 anak. Menurut Harry, angka ini tidak sampai 5% dari 27,4 juta anak yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Melalui ATENSI, Harry optimis tantangan permasalahan anak dapat ditangani. “Kita kuatkan pelaksanaan rehabilitasi sosial berbasis keluarga, komunitas, dan residensial. Balai anak tidak hanya berkutat di dalam balai saja, namun secara intensif memberikan layanan di keluarga dan komunitas,” paparnya.

Lebih lanjut, Harry menyampaikan balai akan bekerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dalam melaksanakan ATENSI. “LKSA akan menjadi agen balai dalam ATENSI. Misalnya jika ada kasus anak, maka kita bisa menghubungkan dengan LKSA terdekat. Oleh karena itu, kita perlu memetakan sebaran anak dengan kategori masalahnya dan LKSA terdekat,” sambung Harry.

ATENSI akan membawa perubahan paradigma layanan di balai-balai. Pelayanan sosial yang awalnya berbasis sektoral dengan jangkauan terbatas akan berubah menjadi layanan sosial terpadu, berkelanjutan, dan dapat menjangkau seluruh masyarakat. 

“Harapannya, balai anak nantinya akan menjadi children center dan multifungsi. Jadi tidak hanya menangani anak dengan kasus tertentu saja. Balai tidak lagi melayani long-term care, tetapi berubah menjadi temporary shelter dan melakukan early intervention berbasis manajemen kasus, serta menjadi pusat layanan keluarga dan komunitas,” tutur Harry.

Harry melanjutkan, dengan perubahan paradigma dan fungsi ini, tentunya harus diikuti dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. ATENSI menuntut praktek pekerjaan sosial  professional, sehingga SDM harus tersertifikasi. 

ATENSI dengan basis keluarga, komunitas, dan residensial bukan lah hal baru. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial juncto Pasal 5 Ayat (1) PP No. 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial telah mengamanatkan bahwa rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam  keluarga, masyarakat, maupun panti sosial. 

Menurut Harry, target jangkauan balai naik hingga tiga kali lipat dengan adanya ATENSI karena jangkauan yang tidak hanya  terpaku pada layanan di dalam balai saja. “Subjek ATENSI adalah individu, keluarga, kelompok/komunitas/LKS, serta SDM, sehingga banyak yang bisa mendapatkan layanan,” lanjut Harry.

Selain ATENSI, Ditjen Rehsos sedang merintis Centerlink SERASI (Sentra Layanan Sosial) yang akan menjadi pusat layanan terpadu. SERASI mengadopsi Centerlink  milik pemerintah Australia, Single Windows Service Jerman, dan One Stop Service di beberapa negara Asia. Ada 5 balai yang tenga dijadikan pilot project SERASI. Diharapkan SERASI nantinya mampu mengimbangi ATENSI sehingga layanan rehabilitasi sosial dapat dilakukan dengan komprehensif, terstandarisasi, dan profesional.

Pada akhir paparannya, Harry mengajak pegawai Balai Anak Handayani yang hadir untuk terus meningkatkan skill dan mengembangkan potensi karena pegawai adalah front liner ATENSI yang akan menjadi ujung tombak pelayanan yang berkualitas. Lebih lanjut, Harry berharap agar pegawai dapat melaksanakan tugas dengan tulus dan iklhas, terutama dalam pekerjaan bersama anak.
Bagikan :