Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) Bangkitkan Kemandirian Ekonomi Keluarga Prasejahtera di Tengah Pandemi

Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS) Bangkitkan Kemandirian Ekonomi Keluarga Prasejahtera di Tengah Pandemi
Penulis :
Ahmad Ramadhan
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

CILILIN (9 Februari 2021) – Menyelusuri program Kementerian Sosial di Cililin, Kabupaten Bandung Barat, salah satunya program Kewirausahaan Sosial (ProKUS). Alif Riyawan dan jutaan rekan lainnya adalah sesama penerima bantuan sosial Progam Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial. Melalui rintisan usaha teh tarik, Alif kini makin optimistis menatap masa depan.

Usaha teh tarik dengan merek Ray Raka kini tengah menggeliat, sejalan dengan kuatnya komitmen bantuan dari Kemensos melalui Program Kewirausahaan Sosial (ProKUS), khusus bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang memiliki rintisan usaha seperti dirinya. Prokus tidak hanya memberikan dana, namun juga bimbingan para mentor, sesuai jenis usaha KPM.

"Sebelumnya, ekonomi keluarga saya sedang down. Di 2020, ada ProKUS dari Kementerian Sosial dengan bantuan sebesar Rp 3,5 juta. Darisana, saya kembangkan usaha saya dari sisi produksi," katanya, di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.

Untuk diketahui, ProKUs adalah program lanjutan dari Program Keluarga Harapan (PKH), untuk melatih secara mandiri para KPM dengan potensi usaha yang dimiliki, agar usaha mereka lebih berkembang lagi.

"Banyak sekali pelajaran yang saya dapati dari mentor, seperti cara membuat produk yang aman bagi kesehatan, sampai strategi pemasaran yang baik dan optimal," kata Alif.

Selain usaha minuman yang dimiliki Alif, ProKUS juga dimanfaatkan pula oleh usaha produksi tempe milik Ade Wewen, dimana dalam sehari produksi, dapat mencapai ribuan cetakan tempe.

Ade menuturkan, saat pandemi seperti saat ini, harga kedelai yang ia butuhkan untuk produksi tempe naik. Namun, dengan adanya ProKUS, bantuan dana dapat digunakan untuk tambahan modal, sehingga omset juga bertambah.

ProKUS tidak hanya membantu satu jenis usaha, namun juga beragam usaha, seperti usaha konveksi dengan merek Annur yang dimiliki Nenah. Berkat ProKUS, Nenah dapat mengoptimalkan usaha konveksinya. Di era digital saat ini, pemasaran melalui daring adalah salah satu materi yang diajarkan para mentor.

"Alhamdulillah, setelah mendapatkan bantuan dana dari Kementerian Sosial, saya dapat membeli tambahan bahan baku dan mesin jahit. Selain itu, saya diajarkan bagaimana memasarkan produk lewat daring, seperti memanfaatkan media sosial," jelasnya.

Sinergi Inkubator, Mentor dan Dinas Sosial KBB


Selain tujuan mandiri yang dimiliki para KPM, sinergi Dinas Sosial KBB (Kabupaten Bandung Barat), Oorange Universitas Padjadjaran (Unpad) sebagai inkubator, dan para mentor juga turut andil dalam keberhasilan para KPM.

"KBB memiliki 285 sasaran, dan usaha KPM sudah mengalami peningkatan. Kami pikirkan, bagaimana usaha mereka berkembang. Kami tingkatkan SDM nya, perbaikan kemasan, juga kualitas produksi yang sesuai dengan standar," ujar, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Barat, Sri Dustirawati.

"Mudah-mudahan program ini menjadi lebih baik lagi, lewat sinergi semua pihak, dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. Mulai dari pengusaha, sampai pemerintah daerah," tambahnya.

Untuk memaksimalkan kemandirian para KPM, para mentor yang mendampingi para KPM, sebelumnya diberikan pelatihan (Training for Trainers) oleh Oorange Unpad dengan berbagai jenis materi.

"Kami ajarkan Pemahaman akan pemasaran digital, konsep bisnis, penguatan SDM. Trainer sendiri terdiri dari tim Oorange dan para praktisi," kata Direktur Oorange Unpad, Diana Sari.

Berkat kerjasama berbagai pihak, mentor dari usaha teh tarik dan konveksi, Rudi Juansyah merasa ada hal positif yang dia pelajari, sehingga dapat ia bagikan ke para KPM.

"Adanya kolaborasi dari Kementerian Sosial, Dinas Sosial, dan Inkubator membuat saya banyak belajar. Sehingga, saya dapat menerapkan ilmu itu ke para KPM," ujarnya.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI

Bagikan :