Sentra Wirajaya Sempurnakan Senyum Masyita
MAKASSAR (27 Februari 2023) - Realitas memang tak selalu sesuai dengan harapan. Terkadang, harapan enggan bermetamorfosis menjadi kenyataan. Saat itulah manusia perlu memperkuat fondasi imannya sebab hidup harus terus berjalan. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan memang tak pernah diinginkan siapa pun.
Begitu pula dengan M. Jamil Taufik dan istrinya, Sari, yang sehari-hari hanya bekerja sebagai buruh lepas dan tak punya penghasilan tetap. Warga yang berdomisili di Kecamatan Tallo, Kota Makassar ini terpaksa menghadapi realitas bahwa anak bungsu mereka, Masyita Naura Krasiva (5) mengalami hambatan dalam proses tumbuh kembangnya.
Pada usianya yang baru menginjak 13 bulan kala itu, putri cantik mereka didiagnosis menyandang cerebral palsy (CP) tipe spastic. Penyakit tersebut melumpuhkan saraf otak sehingga selama bertahun-tahun, membuat Masyita hanya mampu berbaring, tanpa bisa duduk, berdiri, apalagi berjalan. Lara yang menyayat hati orang tua Masyita tidak sampai di situ saja. Cerebral palsy juga telah merampas kemampuan Masyita dalam berkomunikasi secara verbal.
Menurut keterangan sang Ibu, awalnya bocah mungil nan lucu itu mengalami demam tinggi dengan suhu 39 derajat. Ketika akan dibawa ke rumah sakit, rupanya demonstrasi massa secara besar-besaran sedang melanda rute yang hendak dilalui sehingga kemacetan parah tak terelakkan. Tak ayal, Masyita pun terlambat mendapatkan penanganan medis.
Asesmen yang dilaksanakan pada 30 November 2022 oleh Sentra Wirajaya menyebutkan, balita Masyita telah mampu membolak-balik tubuhnya saat berbaring. Kedua kakinya mengecil dan kejang, tangan kiri mampu menggenggam, sedangkan tangan kanannya masih sering mengalami kejang otot. Oleh sebab itu, Sentra Wirajaya memberikan layanan terapi fisik untuk mencoba membiasakan gerakan pada otot Masyita. Bahkan saat tulisan ini disusun pada awal Februari 2023, Masyita telah mampu memosisikan tubuhnya untuk duduk meski belum sempurna. Selain fisioterapi, hasil asesmen juga merekomendasikan Masyita untuk memperoleh kursi roda adaptif guna membantunya melatih posisi duduk yang lebih baik sekaligus membantu dalam hal mobilitas.
Fisioterapis yang selama ini merawat Masyita, Murniaty, menjelaskan bahwa pertumbuhan Masyita masih tampak seperti anak usia 9 bulan. “Kalau anak 5 tahun, kan, sudah bisa bermain, lompat ke sana kemari, berlari, dan sebagainya. Tapi, Masyita ini hanya bisa baring, bolak-balik badannya kiri-kanan, merangkak pun belum bagus, duduknya cuma bisa sebentar sekali. Awalnya itu lehernya tidak bisa tegak, bentuk kakinya menyilang ke lutut karena kaki-kakinya itu kaku sekali.”
Menangani kerusakan otak tidak semudah atau secepat yang dibayangkan. Perlu waktu cukup lama dan juga kerja sama dengan orang tua.
“Misalnya, dalam hal hambatan berkomunikasi. Jangan sampai, mentang-mentang anaknya mengalami gangguan komunikasi, lantas orang tua tidak mengajaknya bicara. Cara berkomunikasinya pun harus sama dengan apabila berkomunikasi dengan anak-anak lain," kata Murni.
Menurut Murni, ketika orang tua hendak berbicara dengan anak yang menyandang CP, harus tetap dengan cara berhadap-hadapan. “Dengan begitu, anak selain dapat melihat orang tuanya, dia pun mampu melihat gerakan mulut orang tua dan menyimpannya di kepala untuk memahaminya. Tujuan utama kita untuk anak ini bukan dulu untuk penyembuhan."
Pertama-tama, lanjut Murni, anak penyandang CP harus bisa mengendalikan geraknya sendiri supaya bisa memosisikan tubuh dengan baik.
"Minimal dia bisa duduk. Kalau dia bisa duduk, artinya leher dan tulang belakangnya bisa diposisikan dengan baik. Kalau leher dan tulang punggungnya sudah bagus posisinya, persiapan untuk belajar berdiri bisa dilakukan,” papar Murni lebih lanjut.
Setiap anak adalah harta berharga Sang Pencipta yang dititipkan kepada orang tua. Setiap orang tua wajib merawat dan membesarkan dengan segenap kasih, jiwa dan raga. Dengan setia, hampir setiap hari Sari membawa Masyita ke ruang poliklinik Sentra Wirajaya untuk menjalani terapi fisik. Dia mengungkapkan bahwa anaknya sudah sangat nyaman dengan terapi fisik yang dijalani di Sentra Wirajaya.
“Alhamdulillah, banyak sekali perkembangan yang dialami Masyita sejak mendapatkan fisio di sini. Sudah berapa tempat yang kami datangi untuk terapi, tidak sama dengan layanan fisio di sini. Tangan kanannya sudah mulai aktif, pergelangan tangan kirinya yang tadinya kaku sekali, sekarang mulai bisa digerakkan. Nafsu makannya juga bertambah, bahkan sudah bisa teriak," kata Sari.
Keluarga Masyita jauh dari kata berada. Mereka hidup menumpang di rumah saudara bersama empat keluarga lain yang acapkali tidak memperlakukan mereka dengan baik.
“Mereka kayak bukan saudara, sering kami dihina, apalagi Masyita. Sering sekali Masyita dikata-katai lumpuh. Bahkan dua kakak Masyita sering disuruh melakukan pekerjaan berat di rumah itu. Saya cuma bilang, ‘begitulah risikonya kalau kita menumpang di rumah orang, Nak’. Sabarlah, Tuhan pasti tolong kita’. Kalau dibilang perih, ini perih sekali buat kami, tapi ya apa boleh buat,” kata Sari, suaranya bergetar menahan gejolak emosi dan kesedihannya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, keluarga ini seringkali berutang ke tetangga. “Kalau Bapaknya Masyita dapat uang lagi, itu yang kita pakai bayar utang,” lanjut Bu Sari.
Realitas ini membuat Sari seringkali menangis diam-diam, tidak ingin diketahui anak-anaknya. Apalagi, anak-anaknya kerap bertanya kapan mereka bisa pindah dari rumah itu.
“Alhamdulillah, ada saja pertolongan yang kami terima selama ini untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Jamil. “Prinsip saya, kalau kita suka menolong, pasti pertolongan juga mudah kita dapatkan,” lanjutnya.
Meski hidup dalam keterbatasan finansial, kedua orang tua Masyita tetap berniat menyekolahkan Masyita. “Dia harus sekolah, apa pun yang terjadi. Uang masih bisa dicari, yang penting anak kami bisa berhasil,” tegas Jamil.
“Kalau ada kursi roda, itu bisa membantu Masyita untuk belajar duduk tegak. Kita juga bisa sambil mengerjakan yang lain,” ungkap Sari. Selain itu, dia juga sangat berharap bisa mendapat bantuan modal usaha untuk berjualan.
“Selama ini pernah beberapa kali kami didatangi petugas dari RT atau RW, katanya akan dapat bantuan dari Dinas Sosial, tapi sampai sekarang tidak pernah sama sekali kami menerima bantuan itu, padahal kami sudah mengumpulkan berkas-berkas yang disyaratkan," kata Sari.
Di antara sekian banyak kemampuan yang direbut oleh CP dari Masyita, ada satu hal yang tak kuasa direnggut paksa darinya. Itulah senyumannya. Hasil asesmen juga mengungkapkan, meski tak mampu berkomunikasi lewat kata-kata, Masyita akan selalu tersenyum manakala mendengar namanya dipanggil.
“Sekarang dia sudah bisa paham apa yang kita katakan, tapi belum bisa menyampaikan sesuatu dengan kata-kata, cuma dengan isyarat,” ujar Jamil.
Tibalah pada hari yang dinantikan. Di tengah hujan deras yang tanpa ampun mendera sekujur Makassar beberapa hari terakhir, mobil milik Sentra Wirajaya melaju menuju kediaman keluarga Masyita untuk menyerahkan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa kursi roda adaptif kepada Masyita, Jumat (17/2/2023).
Dengan kursi roda ini, Masyita tak perlu lagi melakukan segala aktivitasnya di tempat tidur. Latihan duduknya pun dapat semakin intensif.
“Sekarang dia makan sudah di kursi rodanya, bukan di tempat tidur lagi,” tutur Sari.
Dengan penuh haru, sang ibu tanpa henti mengucap syukur dan terima kasih atas bantuan yang mereka terima.
“Kami sangat bersyukur. Alhamdulillah, terima kasih sekali kepada Kementerian Sosial dan Sentra Wirajaya atas bantuan layanan fisioterapi dan alat bantu kursi roda adaptif. Kami tidak bisa balas, biar Allah yang balas," kata Sari.
Dia juga berharap bahwa anaknya dapat terus menjalani fisioterapi di Sentra Wirajaya setidaknya hingga mampu bergerak bebas.
“Kami yakin, Sita nanti bisa berjalan seperti anak-anak lainnya.”
Tentu semua pihak berharap, berbagai layanan dan alat bantu yang diberikan oleh Kementerian Sosial melalui Sentra Wirajaya kepada Masyita dan keluarganya dapat menyempurnakan senyum sang bidadari kecil.