Siapkan Kuliner Ramah Autis di SKA, Balai Disabilitas "Ciungwanara" Jalin Kerjasama dengan Kainara
Penulis :
Humas Balai Disabilitas Ciungwanara Bogor
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
BEKASI (17 Maret 2021) - Menindaklanjuti arahan Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Harry Hikmat, Balai Disabilitas Ciungwanara mengunjungi salah satu toko makanan sehat bagi individu berkebutuhan khusus di Bekasi yang bernama Kainara. Hal ini senada dengan rencana pembangunan Pusat Layanan Okupasi Terapi bagi anak berkebutuhan khusus yang merupakan bagian dari Sentra Kreasi ATENSI (SKA) di Balai Disabilitas Ciungwanara Bogor.
Dalam kunjungannya, Kepala Balai Disabilitas Ciungwanara Bogor, Siti Sari Rumayanti, yang didampingi oleh Penyusun Bahan Kesos dan Okupasi Terapis menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk menjalin kerja sama dalam hal pembuatan Cafe yang akan menyediakan Kuliner Ramah Autis di SKA.
"Berdasarkan arahan Ibu Menteri Sosial Tri Rismaharini, dalam waktu dekat kami akan membuat Sentra Kreasi ATENSI di Balai Disabilitas Ciungwanara Bogor. Balai kami akan menjadi Pusat layanan Okupasi Terapi bagi Anak berkebutuhan khusus. Harapannya di Cafe SKA nanti akan menyediakan makanan-makanan ramah autis juga," jelas Sari membuka kunjungan.
Pemilik Kainara, Christien Ismuranty, kemudian menceritakan awal mula ia membangun bisnis ini pada Tahun 2010 adalah karena anak keduanya, Kay, yang merupakan penyandang autisme membutuhkan makanan dengan komposisi khusus.
"Ketika Kay didiagnosa dengan autisme pada usia 2 tahun, saya jelas merasa terpukul. Sebagai penyandang autisme, Kay membutuhkan perhatian ekstra. Dari segi pola makan, penyandang autisme harus menjalani diet gluten (protein pada gandum) dan casein (protein pada susu sapi). Gandum, tepung terigu, susu sapi, keju, yoghurt, gula pasir, bahan pengawet, dan margarin adalah beberapa bahan makanan yang harus dihindari. Mengonsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan tersebut akan membuat anak penyandang autisme menjadi hiperaktif, emosional, susah fokus, sesak nafas, diare, atau sulit tidur," jelas Christine.
Dalam kunjungan tersebut, Christine juga mempersilakan Kepala Balai Disabilitas Ciungwanara beserta tim untuk melihat proses pembuatan kue tart dan muffin bagi penyandang autis di dapur Kainara.
Christien juga menjelaskan bahwa seluruh peralatan dan bahan-bahan di dapur ini harus selalu steril dari bahan gluten, casein, dan lainnya. Sebagai ibu dari penyandang autisme saya harus putar otak untuk menyiapkan menu makanan yang disukai anak dan juga memenuhi kebutuhan gizinya. Namun kenyataannya di masyarakat, makanan yang bebas gluten dan casein tidak mudah didapat.
"produk yang ada biasanya merupakan produk impor yang harganya mahal, kalaupun sudah dibeli belum tentu anak mau makan," ujar Christine.
Di akhir kunjungannya, Sari kemudian meminta kesedian Christine untuk mengadakan cooking demo bagi pegawai di Balai Disabilitas Ciungwanara Bogor. Bak gayung bersambut, Christine pun menyambut hangat rencana kerja sama ini dan langsung mengagendakan rencana pelaksanaannya minggu depan.
Ia mengungkapkan bahwa kerja sama ini juga sebagai upaya untuk memasyarakatkan layanan bagi penyandang autisme terutama bagi keluarga yang kurang mampu.
Bagikan :