Penulis :
UHH Ditjen PFM
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Shalsha Billah; Karlina Irsalyana
LAMPUNG (26 September 2020) - Upaya pengentasan kemiskinan membutuhkan sosok-sosok pejuang yang tak kenal menyerah, sekaligus bermental baja.
"Kami merintis pada 1998 untuk mengentaskan warga miskin dengan 10 anggota dan modal dari Kanwil Sosial," ujar Sutrisno kepada Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin (Dirjen PFM) Asep Sasa Purnama dalam Focus Group Discussion (FGD) di Desa Rejomulyo, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. (26/9)
Awal perjuangan, kata Sutrisno, sangat tidak mudah mengingat situasi saat itu. Dengan potensi yang ada, upaya penanganan kemiskinan dikembangkan dari modal lima ekor sapi.
"Perkembangan selanjutnya menjadi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang melibatkan ibu-ibu dengan usaha warung dalam menjalankan upaya pengentasan masyarakat miskin," ungkap Sutrisno.
Seiring waktu, kesungguhan dalam mengelola KUBE mulai membuahkan hasil. Usaha berkembang menjadi Lembaga Mikro Keuangan (LMK) yang bisa membantu semua anggota terbebas dari jeratan rentenir.
"Suatu kebahagiaan karena bisa terlepas dari rentenir, juga menjadikan anggota terus bertambah hingga keluar desa dan pelayanan pun terus ditambah," katanya.
Pelayanan tidak hanya bidang ekonomi terkait dengan KUBE, tapi dilanjutkan dengan mendirikan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Bina Sejahtera dengan pelayanan anak, lanjut usia, penyandang disabilitas, eks napi, korban napza, dan PMKS.
"Mengatasi kemiskinan tidak cukup melalui KUBE dan LMK, dan kondisi mendorong mendirikan LKS Bina Sejahtera sebagai jawaban atas berbagai permasalahan sosial di tengah masyarakat," imbuh Sutrisno.
Tak pelak keberadaan KUBE telah menjadi solusi keuangan, masalah sosial, serta menjadi tempat untuk membangun para calon pemimpin pemerintahan setingkat kepala desa.
"Sudah dua orang kepala desa dari anggota KUBE di sini, yang keduanya memulai dari nol tapi berkat kesungguhan hati mengembangan diri bersama kami," katanya.
Sutrisno sadar dan membuka diri dengan perkembangan teknologi informasi yang diterapakn di KUBE berupa penggunaan software dalam mengelola dan mencatatkan usaha.
"Kami sudah menggunakan software untuk pengelolaan usaha, sehingga tidak manual pakai buku dan itu tuntutan seiring dengan perkembangan teknologi saat ini," ungkap Sutrisno.
Sambil meninjau budidaya ikan patin, Sutrisno menceritakan impian ke depan ingin KUBE Bina Sejahtera menjadi pusat pelayanan dari masalah-masalah sosial khususnya untuk wilayah di Kabupaten Lampung Selatan.
Dirjen Penanganan Fakir Miskin (Dirjen PFM) Asep Sasa Purnama mengapresiasi atas capaian prestasi yang diraih KUBE, LMK dan LKS pimpinan Sutrisno.
"Terima kasih kami disambut dengan baik di sini, sekaligus belajar di 'laboratorium' lapangan yang telah nyata berkontribusi untuk penanganan fakir miskin," tandas Dirjen PFM.
Tentu saja, kata Dirjen PFM, jangan merasa puas dan berhenti sampai di sini, melainkan harus terus berinovasi agar semakin bermanfaat bagi masyarakat penerima bantuan sosial dan semakin berdaya.
"Jelas, ini jadi inspirasi yang bisa direplikasi bagi KUBE di tempat lainnya. Namun perlu ditingkatkan mental dan mindset penerima agar tidak melulu soal uang tapi ada nilai-nilai luhur spriritual," pungkas Dirjen PFM.
Bagikan :