Tak Atur Pemasok, Mensos Berharap Pelaku Ekonomi Lokal Berkembang
JAKARTA (25 September 2020)
- Kementerian Sosial memberikan ruang luas bagi pemasok bahan sembako untuk
bantuan sosial kepada pelaku ekonomi lokal. Menteri Sosial Juliari P. Batubara
menyatakan, hal ini untuk memastikan bansos dari pemerintah menggerakkan
ekonomi lokal.
Ia
menyatakan, Kementerian Sosial tidak pernah menerbitkan aturan yang memberikan
keistimewaan kepada pemasok tertentu. Dengan demikian, ia berharap dari puluhan
triliun bantuan sosial dari pemerintah, dapat dimaksimalkan peran pelaku
ekonomi lokal.
“Nilai
bantuan dari Kemensos itu kan puluhan triliun ya. Seperti Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT)/Program Sembako ini kan berbasis bantuan pangan seperti beras,
telur, ikan, dan sebagainya. Harapan saya, dengan anggaran sebesar itu, bisa
digunakan untuk membeli berbagai bahan kebutuhan pokok di daerah setempat,”
katanya di Jakarta (25/09).
Bila
hal bisa dilakukan, maka bansos dari pemerintah diharapkan akan menggerakkan
ekonomi lokal. “Jadi dari bantuan yang diterima, saya harapkan KPM, bisa
membelanjakannya di daerah itu juga. Pemasok lokal saya harapkan juga bisa
menyediakan berbagai bahan pokok yang dibutuhkan dengan kualitas yang baik,”
katanya.
Sejauh
mana efektiftas bansos memutar perekonomian di suatu daerah, menurut dia, tentu
saja tidak lepas dari peran pemimpin daerah. “Di sini peran pemimpin daerah
tentu saja sangat besar. Langkah terencana dan inovatif dari pemimpin daerah
bisa menciptakan iklim usaha yang memungkinkan penyediaan bahan pangan dengan
kualita baik namun dengan harga uang terjangkau,” katanya.
Peran
bansos dan mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi pesan Mensos dalam
kunjungannya di berbagai daerah, dalam memantau dari dekat proses penyaluran
bansos. Hal sama ia sampaikan pula saat ia menyapa warga Kota Ranai, Kabupaten
Natuna, dan menyaksikan penyaluran bantuan sosial di kawasan perbatasan ini,
Selasa lalu (22/9).
Ada
dua jenis bantuan sosial yang disaksikan Mensos di Natuna, yakni Bansos Sembako
#KemensosHadir dan Bantuan Sosial Tunai (BST). Untuk bansos sembako, disalurkan
sebanyak 985 paket melalui Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI. Bansos sebako
selanjutnya disalurkan kepada 2.552 masyarakat di perbatasan.
Kemudian
juga, Kemensos menetapkan sebanyak 5.784 keluarga penerima manfaat (KPM) BST di
Kabupaten Natuna dengan nilai total sebesar Rp1.735.200.000. Selain itu,
sebanyak 3.175 KPM di Kabupaten Natuna juga tercatat masuk dalam program
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)/Program Sembako, dengan nilai total sebanyak
Rp7.302.500.000.
Dengan
demikian, dari kedua jenis bansos, masyarakat Kabupaten Natuna menerima total
sekitar Rp9 miliar. Mensos menyatakan, berbagai bantuan ini diharapkan membantu
meringankan beban masyarakat akibat pandemi.
Terima Kasih Mensos
Warga
Teluk Lampa Kabupaten Natuna Abu Bakar menyatakan kegembiraannya mendapat
bantuan dari Kemensos. Pria 50 tahun yang berprofesi menjadi nelayan ini
menyatakan sangat terbantu dengan paket sembako yang diterimanya dari Kemensos
melalui kegiatan bakti sosial Badan Keamanan Laut RI.
“Saya
mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan yang diberikan. Sebagai nelayan
pendapatan saya tidak menentu. Apalagi sekarang musim angin dan ada pandemi.
Bantuan ini sangat membantu di saat penghasilan hampir tidak ada,” kata Abu.
Pandemi
sangat memukul kondisi Abu. Berbagai pembatasan membuat kegiatan melaut tidak
bisa berjalan lancar, dan dampaknya ke menciutnya penghasilan. “Penghasilan
jauh berkurang, karena kita kurang melaut. Lagi pula sekarang ini angin
kencang. Makanya bantuan ini sangat bermanfaat karena datang sangat sulit.
Terima kasih Pak Mensos,” katanya.
Hal
senada disampaikan Ny. Airin yang merupakan KPM PKH Ceria di Kota Ranai. Selain
mendapatkan bantuan dari PKH, perempuan 43 tahun ini juga menerima Bantuan
Sosial Beras.
“Sangat
membantu saya dan keluarga. Apalagi masa Covid sangat sulit mencari nafkah.
Terima kasih Kemensos, bantuan ini bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari,”
katanya.
Biro
Hubungan Masyarakat
Kementerian
Sosial RI