Dari Bilik Pasung, Hingga Belajar Ternak Kambing dan Ayam Broiler

Dari Bilik Pasung, Hingga Belajar Ternak Kambing dan Ayam Broiler
Penulis :
Humas Balai Margo Laras Pati
Editor :
David
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

PATI (21 Agustus 2021) - Stigma terhadap penyandang disabilitas mental di Indonesia masih sangat kuat. Dengan adanya stigma ini, orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa terkucilkan hingga memperburuk kondisi psikologisnya.

Pada umumnya, setelah perawatan medis membaik dan dipulangkan ke rumah, tidak ada penanganan yang baik oleh keluarga yang berkelanjutan bagi mereka, sehingga menghambat proses pemulihan.

Tingkat pemahaman terkait perawatan bagi penyandang disabilitas mental keluarga dan masyarakat berkontribusi dalam proses pemulihan, begitu sebaliknya penanganan yang salah seperti pemasungan, stigma dan diskriminasi akan meningkatkan kekambuhan dan permasalahan baru muncul kepermukaan.

Demikian yang pernah dialami Ismoyo, eks penerima manfaat Balai Margo Laras Pati dalam fase kehidupan sampai saat ini.

Sebelum mendapatkan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) di Balai Margo Laras,  Ismoyo pernah dikurung berbulan bulan karena kondisi kejiwaannya saat itu labil. Kurangnya informasi dan akses untuk penanganan terkait kesehatan jiwanya, membuat Ismoyo dikurung/ dipasung ke dalam tralis ukuran 1,5 x 1,5 meter oleh keluarganya,  hingga membentuk tubuhnya menjadi bungkuk, tidak mampu berkomunikasi dua arah dan tidak mampu memberikan umpan balik sebagai dampak mendekam di tralis. 

Hingga seorang relawan kesehatan jiwa (keswa), Bayu Setiyono asal Klepu Kec.Pringapus dan Tim Puskesmas mengunjungi dan merawatnya serta mendaftarkan ke Balai Margo Laras.

"Sebelum masuk di Balai Margo Laras, kondisi Ismoyo sangat pasif, tidak mampu bersosialisasi. Saat ini setelah menjalani rehabilitasi selama 6 bulan, Ismoyo mampu berkomunikasi dan ada ekspresi senyum diwajah saat diantar pulang petugas Balai," ungkap Bayu Ketua Paguyuban Pringapus Peduli Jiwa.

"Ismoyo juga mendapatkan bantuan ATENSI untuk ternak kambing dari Margo Laras.  Semangat Ismoyo tak surut sampai disini, demi menghidupi kedua anaknya sekarang belajar bekerja di peternakan ayam broiler," tutur Bayu. 

"Sisi positifnya saat ini Ismoyo sudah banyak beraktifitas dan bersosialisasi dengan masyarakat. Hal menarik lainnya ia juga menunjukkan niat dan tanggungjawabnya pada kedua (2) anaknya dengan bekerja keras meskipun telah berpisah dengan istrinya, selain itu Ismoyo rajin kontrol dan minum obat yang diberikan Puskesmas," pungkas Bayu.

Perkembangan Ismoyo salah satu eks penerima manfaat Balai Margo Laras itu sebagai salah satu wujud keberhasilan dari program ATENSI. Dukungan keluarga dan aksesibilitas untuk pengembangan usaha menjadi unsur penting dalam proses pemulihan dan memberikan kesempatan pekerjaan merupakan hal mulia sebagai upaya stop diskriminasi dan stigma pada orang dengan gangguan jiwa.

نشر :