JAKARTA (15 Januari 2020)
- Menteri Sosial Juliari P. Batubara mengagumi berbagai fasilitas dan
layanan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus
(BRSAMPK) "Handayani" Jakarta. Ke depan, Mensos Juliari ingin balai
anak ini dikembangkan sehingga lebih banyak anak bisa terjangkau layanan
rehabilitasi sosial.
Tiba di lokasi,
Mensos Juliari didampingi Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Edi
Suharto berkeliling meninjau sejumlah fasilitas di balai dan berbincang dengan
para penerima manfaat. Tempat pertama yang dikunjungi oleh Mensos Juliari
adalah galeri seni yang merupakan pusat pameran hasil karya Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS). Selanjutnya, Mensos Juliari beranjak ke Shelter Rumah Perlindungan Sosial Anak
(RPSA).
Di tempat ini,
Mensos Juliari berdialog dengan anak korban tindak pidana perdagangan orang
rujukan Polda Metro Jaya yang baru saja sampai dini hari (15/1). Setelah
mengunjungi shelter, Menteri Sosial
melihat sarana pengaduan anak yaitu TePSA (Telpon Sahabat Anak).
TePSA merupakan hotline 24 jam yang menerima pengaduan
masalah anak yang di bawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. “Layanan ini sangat bagus.
Kalau kita lihat, masalah yang melibatkan anak di Indonesia cukup banyak,
terutama kekerasan terhadap anak,” kata Mensos Juliari, dalam kunjungannya ke BRSAMPK "Handayani" Jakarta di Bambu Apus, Jakarta, Rabu (15/01/2020).
Fasilitas lain yang
dikunjungi adalah Gedung Minat dan Bakat yang merupakan pusat kegiatan
rehabilitasi sosial di BRSAMPK “Handayani”. Dari hasil
kunjungannya, Mensos Juliari menyatakan kebanggaannya, karena sistem
pengelolaannya yang terselenggara dengan baik, kelengkapan fasilitasnya, dan
didukung dengan pengelola balai yang berpengalaman dan kompeten.
Dan lebih jauh ia
menyampaikan harapannya, agar BRSAMPK “Handayani” dapat lebih besar memberikan kontribusinya bagi
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Dengan alasan, keberadaan
BRSAMPK “Handayani” berdampak positif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
“Saya kira ke depan
fasilitas di balai ini perlu ditambah. Saya ingin kita bisa memberikan layanan
kepada lebih banyak lagi anak-anak penerima manfaat,” kata Mensos Juliari.
Saat tiba di Gedung
Minat dan Bakat yang merupakan pusat kegiatan rehabilitasi sosial di BRSAMPK “Handayani”, Mensos Juliari Menteri
ikut serta dalam permainan dinamika kelompok bersama anak-anak. Untuk beberapa
lama, ia berdialog dengan anak-anak, termasuk anak berhadapan dengan hukum dan
anak terpapar paham radikalisme.
“Roda kehidupan itu
berputar. Biarlah kenakalan yang kalian alami mentok sampai di sini. Jangan ke
tempat yang lebih seram,” kata Menteri
Sosial Juliari kepada salah seorang anak.
Mensos menyatakan,
para pendamping di sini hanya bisa membantu mereka saat ada di sini. “Saat kalian keluar itu
sudah jadi tanggung jawab diri kalian. Maka jadilah orang yang lebih baik
setelah keluar dari sini,” tambahnya.
Dalam pernyataannya
di depan wartawan, Menteri Sosial mengatakan bahwa Kementerian Sosial siap
dalam merehabilitasi sosial anak yang memerlukan perlindungan khusus. Meskipun
begitu ia berharap agar pencegahan data dilakukan dimulai dari keluarga sebagai
lingkungan pertama anak. Monitoring akan tetap dilakukan setelah mereka kembali
ke keluarga tapi tanggung jawab sudah ada pada keluarga.
Maka Mensos Juliari
mengingatkan orangtua, agar benar-benar memperhatikan perkembangan anak dengan sebaik-baiknya. “Bersama keluarga,
diharapkan anak-anak mendapat pembelajaran hidup serta bimbingan sehingga
masalah kenakalan anak bisa dicegah,” kata Mensos Juliari.
Fasilitas balai ini
cukup lengkap.. Beberapa fasilitas lainnya yang dimiliki sekolah SLB-E,
poliklinik, gedung keterampilan las, gedung keterampilan pendingin, gedung
keterampilan sablon, gedung keterampilan otomotif, aula, asrama, masjid, laboratorium
terapi psikososial, asrama anak berhadapan dengan hukum, rumah aman (safe house) dan rumah antara.
Dengan fasilitas
yang lengkap, data realisasi 2019 menunjukan bahwa sebanyak 1.406 anak diberi
layanan rehabilitasi dengan rincian sebanyak 529 anak diberi bantuan
bertujuan sebesar 1 juta rupiah per anak,
25 anak mendapat respon kasus. Selain itu, terdapat 571 PPKS dalam
Balai, 101 Anak mendapat intervensi krisis, dan 180 siswa mendapat layanan
peduli sekolah.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI