JAKARTA (12 Mei 2020) – Selain bantuan sosial (bansos) sembako
dan bansos tunai sebagai jaring pengaman sosial dalam penanganan dampak COVID-19, Kementerian Sosial juga memperkuat dan mendorong layanan dukungan
psikososial (LDP). Hal ini karena dampak COVID-19 bagi masyarakat juga
menyangkut aspek traumatis (psikologis), selain sosial dan ekonomi.
Menteri Sosial Juliari P.
Batubara mendorong jajarannya untuk memperkuat program layanan psikososial
dalam mengatasi pandemi COVID-19. Mensos menyatakan, pandemi berdampak pada hampir
semua kelompok masyarakat.
Katanya, tidak hanya
masyarakat level bawah, mereka yang bekerja di sektor swasta yang biasanya
mendapat pemasukan rutin, bisa tiba-tiba kehilangan penghasilan. Malah, pemilik
usaha juga bisa terancam, karena usahanya harus tutup.
“Perubahan sangat cepat dan
drastis ini berpengaruh psikologis dalam kehidupan kita. Kecemasan, ketakutan,
kepanikan, kemungkinan akan menjadi awal yang dirasakan oleh masyarakat. Ini
harus direspon Kemensos,” kata Mensos saat menjadi pembicara kunci acara
Webinar bertajuk “Peluncuran Program Layanan Psikososial Merespon Pandemi COVID-19”, di Jakarta (12/05).
Kalau mereka tiba-tiba jatuh
miskin, katanya, ini tentu bukan hanya masalah ekonomi dan sosial. Tapi juga
ada masalah psikologis. Masalah psikologis dan emosional juga muncul pada
keluarga dimana salah satu anggotanya terkena COVID-19.
Karena harus terpisah akibat
isolasi, stigma dan perlakuan yang tidak pantas yang mungkin timbul dari
lingkungan. “Program Layanan Psikososial bisa mengurangi beban emosi individu
maupun masyarakat. Dengan kondisi emosi masyarakat yang bisa ditangani dengan
baik, diyakini juga akan membantu kesiapan dan daya tahan masyarakat dalam situasi
saat ini,” kata Mensos.
Namun dalam pelaksanaannya,
Kemensos tidak bisa bekerja sendiri menangani berbagai dampak pandemi. Mensos
mengajak semua elemen bangsa bersinergi dan berkolaborasi dengan Kemensos, baik
itu pekerja sosial, asosiasi profesi, perguruan tinggi, para ahli, dan
sebagainya, bekerja bersama-sama mengatasi masalah.
“Kepada semua pihak,
termasuk para pekerja sosial, agar membantu mengedukasi dan memotivasi
masyarakat agar terlibat aktif dalam berbagai upaya penanganan COVID-19,”
katanya. Termasuk misalnya, dalam meningkatkan kedisiplinan dalam mematuhi
prrotokol kesehatan: mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan
sebagainya. Dengan demikian, diharapkan pendemi segera bisa berakhir.
Untuk itu, dalam kesempatan
awal, Kemensos perlu menggali pendapat, pandangan, gagasan dari berbagai pihak
terkait dan berkompeten, melalui seminar daring (webinar).
Webinar ini melibatkan SDM
kesejahteraan sosial, mahasiswa, profesional kesehatan jiwa dan psikososial,
serta lembaga layanan kesejahteraan sosial dan sebagainya. Kegiatan ini akan berlangsung
2 kali dalam sebulan.
“Ke depan, mereka akan
menjadi relawan untuk memberikan pendampingan layanan psikososial bagi
masyarakat yang terdampak COVID-19 ini. Yakni dengan menindaklanjuti kegiatan
ini dengan bimbingan teknis (bimtek),” kata Kepala Badan Pendidikan Penelitian
dan Penyuluhan Sosial (BP3S) Syahabuddin, yang juga menjadi nara sumber
webinar.
Kemensos juga membuka
hotline dukungan psikososial dan konseling online 24 jam melalui nomor layanan:
Senin : 082289184427
Selasa : 087865783921
Rabu :082118619567
Kamis :081388335030
Jumat :081779413341
Sabtu :08128711019
Minggu : 081335573778
Kegiatan webinar
diselenggarakan oleh BP3S serta Pusat Pengembangan Profesi Pekerja Sosial dan
Penyuluh Sosial (Pusbangprof Peksos Pensos) bekerja sama dengan Ikatan Pekerja
Sosial Indonesia (IPSPI) dan Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia (KPSI).