JAKARTA (30 Juni 2020) – Setelah keduanya yaitu Balai “Wasana Bahagia”
Ternate meraih Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dan Balai Besar “Kartini”
Temanggung sebagai Top 15 Kategori Khusus Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik
(KIPP) Tahun 2020, Balai Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI ini unjuk
kemampuan dalam presentasi KIPP untuk menuju Top 45 dan Top 5 Kategori Khusus
KIPP Tahun 2020.
Kompetisi
yang diadakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Kemenpan RB) ini diikuti oleh Kementerian/Lembaga, pemerintah
daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
KIPP Tahun
2020 mengusung tema "Transfer Pengetahuan untuk Percepatan Inovasi
Pelayanan Publik dalam Rangka Mendukung Terwujudnya Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan dan Indonesia Maju".
Dengan
begitu, Top 99 Inovasi dipilih dari Inovasi yang sesuai dengan tema KIPP 2020
dan kriteria inovasi pelayanan publik yaitu kebaruan, efektif berdampak
(manfaat), dapat ditransfer/direplikasi dan berkelanjutan.
Balai
"Wasana Bahagia" Ternate masuk Top 99 Inovasi Kategori Umum dari
2.126 proposal inovasi dan Balai Besar "Kartini" Temanggung masuk Top
15 Inovasi Kategori Khusus dari 91 proposal Inovasi yang mengikuti KIPP Tahun
2020. Seleksi ini dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Tim Panel Independen.
Kriteria
KIPP Tahun 2020 dengan kategori umum yaitu belum pernah mengikuti KIPP, pernah
ikut KIPP namun belum mendapat penghargaan, belum pernah menerima penghargaan
Top 99 sebanyak dua kali dan bukan merupakan Top Terpuji.
Sedangkan
Kriteria KIPP Tahun 2020 kategori khusus hanya dapat diikuti oleh Inovasi yang
pernah menjadi Inovasi terbaik/terpuji tahun 2014 sampai 2018, yaitu Top 40
Inovasi Tahun 2018, Top 40 Inovasi Tahun 2017, Top 35 Inovasi Tahun 2016, Top
25 Inovasi Tahun 2015 dan Top 9 Inovasi Tahun 2014.
Kedua balai
yang berhasil tersebut tentunya harus melaju ke tahap presentasi dan wawancara
pada 30 Juni 2020. Tim Panelis Independen pada presentasi dan wawancara ini
diketuai oleh JB Kristiadi dan anggotanya yaitu Indah Suksmaningsih,
Suryapratomo, Tulus Abadi, Nurjaman Mokhtar dan Siti Zuhro.
Secara
langsung Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat mengawal kompetisi
ini sebagai bentuk komitmen dan dukungan atas semangat Balai Rehsos meraih
prestasi ini.
“Kami
berterima kasih telah diberi kesempatan untuk mempresentasikan 2 karya inovasi
dari balai rehabilitasi sosial, yaitu Inovasi Pemberdayaan Sahabat ODHA di Kota
Ternate, Maluku Utara (BASODARA) dari Balai “Wasana Bahagia” Ternate dan
Inovasi Mencapai Nol Kerentanan Penyandang Disabilitas Intelektual Melalui Sheltered Workshop Peduli (SWP) dari
Balai Besar “Kartini” Temanggung,” Ungkapnya.
Inovasi
kedua balai ini inline dengan
perubahan paradigma di Ditjen Rehsos. “Semula orientasi pelayanan berbasis
institusi, kedepan perubahan progresif menjadi berbasis keluarga dimana peran
keluarga dan komunitas diberdayakan sedemikian rupa,” sambung Harry Hikmat.
Presentasi
awal disampaikan oleh Kepala Balai “Wasana Bahagia” Ternate tentang inovasi
BASODARA yang terdiri dari 3 layanan sosial yang ditujukan untuk setiap
kebutuhan dan permasalahan yang dialami Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Layanan
sosial tersebut adalah Tim Reaksi Cepat, kunjungan rumah/konsultasi dan
pemberdayaan berbasis komunitas.
Inovasi ini
bertujuan untuk menghilangkan stigma negatif, meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap ODHA, kemandirian sosial dan ekonomi serta meningkatkan
harapan hidup ODHA. “Kami menjadikan inovasi ini mudah direplikasi di beberapa
daerah lainnya,” kata Udan Suheli.
Keunikan
dari inovasi ini yaitu bersifat efisien, pendekatan partisipatif dan orientasi
pelayanan pada pemberdayaan. “Poinnya adalah pelayanan ini mengedepankan
pendekatan keluarga dan masyarakat dibanding pendekatan institusi. Selain itu
menumbuhkan inisiatif dan kreatifitas masyarakat dalam penanganan ODHA demi
menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA,” tambahnya.
Tim Panelis
Independen, Indah Suksmaningsih mengungkapkan apresiasi dan menyukai judul
inovasi dari Balai “Wasana Bahagia” Ternate. Bahkan beliau tertarik menanyakan
layanan berbasis komunitas yang dilakukan.
Udan Suheli
menyambut baik keingintahuan tim panelis. “layanan berbasis komunitas di bawah
binaan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) akan lebih intensif dan
berkelanjutan. Contohnya LKS akan memberikan ODHA kemudahan akses terhadap obat
karena telah bekerja sama dengan beberapa layanan kesehatan,” jelasnya.
Tidak kalah
memukau inovasi dari Balai Besar “Kartini” Temanggung dengan judul Mencapai Nol
Kerentanan Penyandang Disabilitas Intelektual Melalui Sheltered Workshop Peduli (SWP). “Upaya inovatif dan terobosan baru
untuk Penyandang Disabilitas yang minim akses bahkan yang biasa dianggap beban
keluarga kini dengan dampingan keluarga mampu mandiri dan produktif, tentu
dengan didampingi juga oleh balai, “ tutur Harry Hikmat.
Pelaksana
Tugas Kepala Balai Besar “Kartini” Temanggung, Langgeng Setiawan menyebutkan
bahwa SWP ini hadir menyelenggarakan kegiatan ekonomi produktif melalui
kewirausahaan. “Keunikannya adalah dari layanan penjangkauan berbasis
pendekatan pelayanan partisipatif, inklusif dan berorientasi pada
pemberdayaan,” jelasnya.
Langgeng
melanjutkan bahwa SWP menjadi sebuah terobosan pembaruan yang memberikan
layanan di tengah masyarakat dan dilaksanakan oleh masyarakat untuk Penyandang
Disabilitas Intelektual. “Terbukti, 30 SWP telah diimplementasikan di 23
Kabupaten di Jawa Tengah,” jelasnya.
Salah satu
produk unggulan SWP yaitu Batik Ciprat Hasil karya Penyandang Disabilitas
Intelektual. Kegiatan ini dijamin keberlanjutannya dalam rencana strategis dan
rencana kerja tahunan balai. “Komitmen kami SWP ini akan menjadi inovasi
berkelanjutan,” lanjut Langgeng Setiawan.
Tahun 2018
sampai 2020 SWP diimplementasikan di 12 lokasi, direplikasi di 7 lokasi dan
tahun 2020 terdapat 5 lokasi embrio replikasi. SWP juga sudah dipresentasikan
di 5 event Internasional bergengsi di
4 Negara, yaitu Irlandia, Perancis, Thailand dan Azerbaijan.
Harry Hikmat
mengungkapkan bahwa pada prinsipnya Batik Ciprat hanya sebagai media.
“Esensinya adalah menghadirkan Penyandang Disabilitas di tengah komunitas
menjadi penting untuk memberikan ruang agar mereka dihargai keberadaannya,
tidak distigma dan tidak didiskriminasi,” jelasnya.
Pernyataan
ini disambut baik oleh salah satu Tim Panelis Independen, Siti Zuhro. “Maksimal
achievement yang bisa kita saksikan
adalah memuliakan dan menghargai talenta Penyandang Disabilitas,” sambungnya.
Salah satu
upaya membuat Penyandang Disabilitas menjadi inklusi ketika Menteri Sosial,
Juliari P. Batubara mewajibkan seluruh pegawai menggunakan Batik Ciprat sebagai
seragam wajib di Kemensos. Penyandang Disabilitas sangat senang dan bersemangat
memproduksi Batik Ciprat dalam jumlah banyak.
Pada closing statement, Harry Hikmat menyampaikan bahwa Ditjen Rehsos Kemensos kini mengalami perubahan paradigma. “Performa Ditjen Rehsos akan nampak pada layanan sosialnya melalui 3 pendekatan yang beririsan, yaitu keluarga, LKS dan Balai/Loka,” Pungkasnya.