KUALA LUMPUR (2 Oktober 2019) - Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Yogyakarta hadir dalam "Workshop for Establishment of ASEAN - Wide Research Networking on Ageing" yang diselenggarakan pada tanggal 2-3 Oktober 2019.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Penduduk dan Pembangunan Keluarga Negeri Kementerian Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat Pemerintah Malaysia yang Juga didukung oleh Malaysia Research Institue on Ageing, UPM, Malaysia.
“Pertemuan ini penting untuk kerjasama penelitian negara ASEAN terutama dalam hal penanganan dan perlindungan sosial lansia,” kata Oetami Dewi selaku Kepala B2P3KS Yogyakarta pada acara yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (2/10).
Oetami Dewi yang juga sebagai Country Director ASEAN - Wide Research Network for Ageing menyatakan bahwa lansia bukan beban negara melainkan potensi atau aset negara.
Melalui lokakarya ini diharapkan juga Indonesia dapat belajar dari berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, Myanmar, Kamboja, Laos, Jepang, dan Thailand tentang kondisi dan penanganan lansia di negara ASEAN tersebut.
Pada kesempatan ini juga B2P3KS Yogyakarta berkesempatan menyampaikan data, hasil, potensi dan tantangan penelitian mengenai lansia sebagai akibat bonus demografi tentang Faktor Utama Penelitian mengenai Penuaan, Penelitian Sebelumnya dan Sekarang, Tantangan dan Masalah Penelitian mengenai Penuaan (The Key Factors of Ageing Research, Previous and Present Research, Challenges and Issues of Ageing Research).
Dalam penyampaian data hasil penelitian juga terdapat rekomendasi bagi penanganan lansia yakni perlunya program rehabilitasi sosial dalam hal perlindungan sosial dan dukungan keluarga, pendampingan lansia, dan dukungan aksesibilitas yang selama ini sudah dilakukan Kemensos melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia serta untuk memahami kondisi nyata dampak sosial bagi lansia dalam masyarakat.
Lansia juga dapat berkontribusi kepada komunitas dengan cara tidak hanya memberikan bantuan langsung kepada lansia tetapi juga kepada pendamping atau mereka yang berhubungan dengan lansia. Untuk itu perlu dilakukan analisis dampak sosial dalam setiap program penanganan lansia dan program perlindungan sosial lainnya.
Penelitian tentang lansia juga membutuhkan ketersediaan data yang komprehensif melalui pengukuran, penelitian melalui analisis dampak sosial. Ke depannya analisis dampak sosial dibutuhkan dalam pemetaan kondisi penduduk lansia, sarana dan prasarana program yang tersedia, sinkronisasi target, sosialisasi edukasi dan advokasi, kelembagaan dan kerangka regulasi, peningkatan keahlian, sertifikasi bagi pendamping formal dan informal dan fasilitator, dan pengembangan model rujukan bagi lansia.