JAKARTA (9 Mei 2024) – Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) yang digalakkan oleh Kementerian Sosial luluskan 4.027 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari program bantuan sosial pada bulan April 2024. Jumlah tersebut membuat KPM yang telah lulus dari program bansos selama tahun 2023 hingga bulan April 2024 bertambah menjadi 25.360 KPM. Para KPM tersebut kini telah menjalankan berbagai macam usaha dan tidak lagi bergantung pada bansos.
“Pada hari ini kami menggraduasi 4.027 untuk bulan April. Tahun 2024 ini, jumlah KPM yang kita graduasi seluruhnya menjadi 15.287. Sedangkan 2023, kita menggraduasi 10.073 KPM,” kata Mensos Risma dalam acara Graduasi Penerima Manfaat Pahlawan Ekonomi Nusantara Periode April 2024 yang diadakan di Kantor Kementerian Sosial pada Rabu (8/4).
Mensos Risma mengatakan bahwa PENA merupakan program pemberdayaan masyarakat dari kemiskinan. Penerimanya bukan hanya mendapatkan bantuan permodalan usaha tetapi juga pendampingan dalam berusaha seperti memasak, membuat kue, camilan, kerajinan tangan, vokasional serta mendapat pendampingan pengemasan, pemasaran dan literasi keuangan.
Peserta PENA akan digraduasi atau dilepas dari penerima bantuan jika penghasilannya sudah lebih tinggi dari upah minimum kabupaten/kota. “Tapi tidak langsung dilepas walaupun penghasilannya sudah tinggi. Akan terus didampingi selama minimal empat bulan untuk memastikan usahanya sudah benar-benar berjalan dengan baik,” ungkap Mensos Risma.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK Nunung Nuryanto mengapresiasi program PENA yang turut menggerakkan roda perekonomian lingkungan KPM berada. “Proses graduasi adalah kontinum, menciptakan nilai tambah dan melalui graduasi tersebut mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru. Selamat, Ibu Menteri,” tutur Nunung.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI Abraham Wirotomo juga mendukung upaya graduasi PENA oleh Kementerian Sosial, terutama dengan adanya program-program pemberdayaan yang melibatkan berbagai macam komunitas. “Tingkat pertumbuhan ekonomi 5.9% ini, kita mempercayai bahwa pertumbuhan ekonomi harus inklusif. Artinya pertumbuhan yang luar biasa ini jangan hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Kelompok masyarakat, siapa pun mereka, terutama yang belum memiliki kemampuan ekonomi harus didukung,” kata Abraham.