SRAGEN (16 Mei 2022) - Matahari sedang tampil garang. Sapuan awan yang tak seberapa membuat terangnya memanaskan kota Sragen, Jawa Tengah.
Seolah tak terpengaruh dengan terpaan panas sinar matahari, Arti, seorang perempuan pemulung menyusuri tepian jalan tak bertrotoar, di Jalan Raya Sukowati Timur, Ngrampal -- sekitar 3 km dari pusat Kota Sragen.
Arti mendorong pelan sepedanya, dengan tumpukan barang bekas di boncengan belakang. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara beberapa orang berlari di belakangnya.
Suara itu makin dekat, membuatnya harus menoleh sambil masih mendorong sepeda. Langkahnya baru berhenti setelah beberapa orang tadi berdiri mengelilinginya.
"Pundi bojone njenengan (mana suamimu)?" seorang perempuan berkerudung yang ikut mengelilinginya, mulai bertanya. Arti menatap sejenak. Ia merasa seperti kenal. Beberapa menit dia mulai sadar, si ibu yang bertanya tadi adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Rasa haru mulai terasa di hatinya. Dengan suara sedikit bergetar, ia menjawab dengan suara lirih. "Bojo kulo sok kerjo ngeten niki (suami saya juga kerja seperti ini)," kata Arti.
"Sampeyan sedinten pinten ngeten niki? (Kamu sehari dapat uang berapa dengan kerja seperti ini?)," Mensos bertanya.
"Nggih mboten nentu, kadang 30 ewu. Kadang 20 ewu . (Ya tidak tentu, kadang Rp30 ribu, kadang Rp20 ribu)," kata Arti.
"Kalih bapake gaweane oleh piro?. (Kalau bekerja menjadi pemulung bersama dengan suami bisa dapat berapa?)," Mensos bertanya.
"Enten 30, sok nggeh 50, nggeh mboten mesti bu. (Bisa dapat 30 ribu, kadang 50 ribu, ya tidak pasti bu)," kata perempuan 36 tahun ini menambahkan.
Mensos menanyakan, sejauh ini apakah sudah mendapatkan bantuan pemerintah. "Dereng bu (belum bu)," kata warga Desa Plumbon, Kecamatan Sambungmacan, ini sambil menggelengkan kepala.
Mensos kemudian meminta staf untuk melakukan asesmen terhadap Arti. Dengan arahan agar Arti bisa mendapatkan bantuan sosial dari Kementerian Sosial.
Selepas bertemu Mensos, Arti kembali diliputi rasa haru. Pertemuan di siang bolong yang sungguh tidak disangka-sangka.
Bertemu pejabat negara, di tengah jalan, lalu diberikan bantuan. Sungguh sulit bisa dibayangkan. Maka ia juga sulit merumuskan kata-kata saat dimintai menjelaskan perasaannya.
Sambil setengah terbata-bata, ia menyatakan rasa senang. "Alhamdulillah, Alhamdulillah. Matur nuwun sanget. Mpun ditemoni disukani bantuan. Mugi Bu Menteri sehat, mugi sedoyo sehat (Alhamdulillah, Alhamdulillah sudah ditemui lalu juga diberi bantuan. Semoga Bu Mensos sehat, semuanya sehat)," katanya.
Mensos dan rombongan baru saja selesai santap siang di sebuah restoran di dekat pertemuan dengan Arti. Mensos tengah bersiap memasuki kendaraan dinas, ketika tiba-tiba Mensos mendapati Arti mendorong sepeda dengan barang bekasnya tertambat di boncengan. Maka terjadilah perbincangan sebagaimana di atas.
Mensos berada di Sragen untuk menyambangi dua keluarga yang anggotanya kedapatan gantung diri. Masing-masing adalah Ar (40) dan SLAS (6) warga Dukuh Grasak, Desa Gondang, Kecamatan Gondang.
Kejadian kedua gantung diri terjadi pada S (30) warga Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung. Pelaku gantung diri berikutnya adalah S yang meninggalkan istrinya RH (34 tahun), seorang anak perempuan KA (6 tahun) dan anak laki-laki AR (4 tahun).
Mensos memberikan penguatan dan motivasi serta bantuan kewirausahaan agar keluarga yang ditinggalkan bisa melanjutkan kehidupan ekonominya.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI