JAKARTA (1 Agustus 2021) – Menteri Sosial Tri Rismaharini mengingatkan, Indonesia ditakdirkan
Tuhan sebagai bangsa yang majemuk dengan beragam suku, agama, tradisi dan
budaya, serta bahasa. Jika keragaman itu dirajut dalam ikatan kebangsaan akan
menjadi kekuatan yang dahsyat, termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang
masih melanda Ibu Pertiwi.
“Para orangtua kita mengajarkan agar tangan, kaki, mata dan
seluruh anggota tubuh ini bisa memberikan manfaat bagi orang lain,” kata Mensos
saat menjadi pembicara kunci dalam acara Webinar “Khidmat Perempuan dalam
Dakwah Kemanusiaan” yang digelar oleh Nasyiatul Aisyiyah (NA), Minggu
(1/8/2021).
Peran NA, kata Mensos, sebagai bagian dari keluarga besar Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, tentu sudah berkiprah banyak di bidang kemanusiaan, juga
dalam penanggulangan pandemi Covid-19 yang berkolaborasi dengan elemen bangsa
bahu membahu sebagai wujud khidmat perempuan dalam dakwah kemanusiaan.
“Berbuat bagi sesama bisa dilakukan dari hal-hal yang bisa jadi
dianggap sepele. Misalnya menyingkirkan duri di jalanan itu oleh Nabi kita
dianggap kebaikan yang besar pahalanya. Apalagi ikut ambil bagian dalam
penanganan Covid-19,” kata Mensos.
Juga, saat menghadapi kebutuhan pangan dan sayuran yang terkadang
harganya melonjak. Ada solusi sederhana yang bisa dimulai dari hal-hal di
lingkungan sehari-hari. Seperti mengumpulkan biji cabe, biji mangga dan bibit
jambu, serta beragam tanaman lainnya lalu ditanam di pekarangan, lahan kosong
dan bantaran sungai.
“Insya Allah dari pohon-pohon yang ditanam itu akan menghasilkan
aneka buah-buahan yang bisa dinikmati oleh siapa pun. Sekaligus memberikan
manfaat bagi semua makhluk dan dicatat amal jariyah. Sebab dari pohon itu akan
mengeluarkan oksigen yang bermanfaat bagi segenap umat manusia tanpa kecuali,”
kata Mensos.
Terkait pandemi Covid-19 belum kunjung usai, Mensos melihat hal
tersebut sebagai pesan Tuhan kepada segenap elemen bangsa seberapa kuat, tabah
dan menguji kebersamaan kita sebagai keluarga besar bangsa Indonesia untuk bahu
membahu, berkolaborasi, serta bergotong royong dalam upaya pencegahan dan
penanganan pandemi.
“Percayalah dengan gotong royong tidak ada kata tidak bisa. Kita
pasti bisa! Allah telah memberikan segalanya kepada bangsa kita dengan dua
musim, dibanding dengan negara luar yang harus menyiapkan baju dan makanan
khusus untuk melewati pergantian setiap musim yang berbeda-beda tersebut, ”
katanya.
Selain itu, para pendiri bangsa juga mengajarkan semangat gotong
royong dan bahu membahu, bergandengan tangan dalam merebut dan mempertahankan
kemerdekaan. Untuk itu, dalam menangani pandemi Covid-19 juga perlu semangat
sama yang dimulai dengan melaksanakan protokol kesehatan (prokes) saling
kolaborasi antar elemen bangsa untuk terus melayani dan tidak boleh menyerah
apalagi putus asa.
“Saya mengajak seluruh kader NA di manapun berada. Mari
bersama-sama kita bangun bangsa dan pastikan tidak kata menyerah. Tidak ada
kata lelah, tidak ada kata putus asa. Kalau kita mau pasti bisa. Kita mampu
berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dalam segala hal. Jadi kenapa mesti
bergantung kepada pihak lain,” kata Mensos.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI