MUNTOK (19 Desember 2021) - Menteri Sosial Tri Rismaharini menghadiri acara puncak Bulan Bakti Kesetiakawanan Sosial (BBKS) di Lapangan Gelora Muntok, Bangka Barat. Dalam sambutannya, Mensos menekankan peran penting kesetiakawanan dan kegotongroyongan sebagai modal penting mengatasi kesulitan dan keterbatasan.
Mensos percaya, anggaran tidak selalu menyelesaikan semua masalah Mensos mencontohkan bagaimana ia membangun Kota Surabaya dari awal yang penuh dengan keterbatasan.
"Saya jadi walikota, itu Surabaya anggarannya sangat terbatas. Padahal banyak sekali permasalahan di Surabaya yang membutuhkan penanganan," kata Mensos saat menyampaikan sambutan pada acara tersebut (19/12).
Hadir dalam kegiatan ini, para pejabat Eselon l Kemensos, Staf Khusus Mensos, Tenaga Ahli Mensos, Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman, Bupati Bangka Barat Sukirman, Wakil Bupati Bong Ming Ming dan jajaran Forkompimda Bangka Barat.
Dalam kesempatan itu, Mensos menyatakan, untuk membangun Surabaya ia memilih untuk tidak mengandalkan anggaran. "Ya karena anggaran Kota Surabaya memang serba terbatas waktu itu,” katanya.
Oleh karena itu, Mensos lebih memilih menggerakkan potensi masyarakat dengan gotong royong. Dalam perjalanan selanjutnya, terbukti banyak permasalahan bisa diatasi.
Misalnya, bagaimana ia mencari solusi mengatasi volume sampah Surabaya yang terus meningkat. Saat itu ia menggencarkan sosialisasi dan edukasi pengolahan sampah kepada masyarakat. Pada awalnya, pemerintah memberikan contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Kemudian pemerintah mengedukasi pengolahan sampah menjadi kompos oleh masyarakat dengan mendirikan rumah kompos. "Strategi ini, secara bertahap bisa menunjukkan hasil. Pelan-pelan sampah yang biasa dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) volumenya berkurang. Dari sebelumnya 6000 ton menjadi 3000 ton. Saat saya tinggal tidak lebih dari 1000 ton," katanya.
Pemenuhan kebutuhan sayur mayur awalnya juga menjadi permasalahan masyarakat. Karena Surabaya memang tidak memiliki lahan tersisa sehingga harus mencukupi kebutuhan sayuran dari daerah lain.
"Dengan menggerakkan potensi masyarakat, kini setiap rumah menanam sayuran. Jadi kalau ada kelangkaan cabe, warga Surabaya sudah punya cabe di rumah," kata Mensos.
Kesetiakawanan sosial dan gotong royong juga menjadi solusi dari permasalahan krusial Kota Surabaya lainnya, yakni masalah banjir dan penanggulangan pandemi Covid-19.
Menurut Mensos, Kota Surabaya memiliki pompa air, tapi tidak bisa dioperasikan karena tidak ada bahan bakar. "Mendengar pernyataan saya, warga Surabaya secara sukarela menyumbang bahan bakar. Akhirnya pompa bisa beroperasi dan banjir bisa diatasi," katanya.
Pandemi juga membangkitkan masyarakat menyumbang apa saja untuk membantu sesama. "Ada anak 13 tahun. Dia punya usaha jual beli pulsa. Dia datang menyumbangkan APD. Itu atas kerelaan dia sendiri," kata dia.
Oleh karena itu, Mensos mengajak unsur pemerintah daerah di Bangka Barat dan Provinsi Bangka Belitung serta semua elemen masyarakat, untuk memperkuat kesetiakawanan sosial dan gotong royong. "Seberat dan sesulit apapun, bisa kita atasi dengan memperkuat kesetiakawanan sosial dan gotong royong," katanya.
Usai memberikan sambutan, Mensos didampingi Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati Bangka Barat, mengunjungi stand pameran yang menampilkan hasil usaha kecil dan menengah. Mensos juga menyapa anak-anak yang bersiap disuntik vaksin.
Kegiatan puncak BBKS merupakan rangkaian dari kegiatan Mensos di Bangka Barat hari ini. Pagi hari, Mensos meninjau dan meresmikan pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di Kampung Tanjung Laut.
Dari lapangan Gelora Muntok, Mensos bergerak menuju Bukit Menumbing lokasi bersejarah pengasingan Bung Karno.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI