Buka Peluang Penyandang Disabilitas Berkarya di Dunia Kerja dan Wirausaha
Penulis :
Humas Ditjen Rehsos
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
JAKARTA (1 Desember 2020) - Kementerian Sosial RI terus mengajak masyarakat, pemerintah maupun perusahaan untuk memberikan peluang kepada penyandang disabilitas untuk berkarya, salah satunya dalam dunia kerja dan wirausaha.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Eva Rahmi Kasim dalam acara Disabilities Show Episode 2 yang merupakan rangkaian Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2020. Episode ini membahas tentang pembekalan dunia kerja dan wirausaha bagi penyandang disabilitas.
Eva menyampaikan bahwa Kemensos menyiapkan kebijakan, program dan respon kasus terhadap penyandang disabilitas. “Negara hadir dalam rangka penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Apalagi kondisi Covid-19, banyak kasus penyandang disabilitas di PHK bahkan ditelantarkan,” tuturnya saat diwawancara oleh Melaney Ricardo dan Dio Hapasari sebagai pemandu acara.
Kemensos memberikan program rehabilitasi sosial melalui balai, salah satunya Balai Besar “Cibinong” Bogor yang fokus pada pelatihan vokasional dan kewirausahaan. Ada 7 jenis pelatihan di balai yaitu komputer, desain grafis, penjahitan, pekerjaan logam, otomotif, elektronik dan contact center. Pelatihan ini pun sudah memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional.
Balai Besar "Cibinong" Bogor ini sudah bekerja sama dengan 300 perusahaan untuk menyalurkan para penerima manfaat yang sudah siap kerja. Perusahaan tersebut beragam, mulai dari perusahaan garmen, otomotif, elektronik, desain grafis hingga pengelasan. Eva menyebutkan bahwa kesempatan kerja dari perusahaan itu penting karena telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas.
Dalam kesempatan ini juga hadir alumni dari Balai Besar “Cibinong” Bogor, Rendi Agustra dan Saldi Rahman, penyandang disabilitas fisik yang kini telah memiliki usaha Kopi Kito Rato. Mereka terinsiprasi untuk membuat usaha kopi karena kopi sudah menjangkau semua kalangan dan masih sedikit penyandang disabilitas yang membuka usaha kopi.
“Selama pandemi, kita kena dampaknya. Tapi kita coba bertahan dengan berinovasi. Salah satunya dengan tetap berjualan dan mengemas kopi ke dalam botol berukuran 1 liter, 0.5 liter dan 0.25 liter,” terang Saldi.
Selain itu, Rendi juga menjelaskan bahwa inovasi kita bukan dengan konsep kedai kopi, tetapi menggunakan mobil untuk berjualan kopi. “Kita sebut mobil VW Inklusif Merah Putih. Filosofinya yaitu mobil dengan warna merah putih dan usaha kopi ini yang resmi berdiri saat hari kemerdekaan,” jelasnya.
Saldi mengungkapkan bahwa tantangan tersulit hingga mencapai titik saat ini adalah tantangan kesiapan diri, bagaimana menerima status sebagai penyandang disabilitas. Rendi juga menyatakan bahwa tantangan ada, namun bagaimana kita menyikapi. “Harus semangat, kuat dan kreatif agar kita menjadi setara,” tandasnya.
Di segmen ini, Disabilities Show juga menghadirkan Agus Triana, penyandang disabilitas intelektual yang bekerja di perusahaan PT. SUAI Subang dan Herdian, HRD PT. SUAI Subang. “Kami sebagai perusahaan berusaha patuh pada aturan pemerintah salah satunya mempekerjakan penyandang disabilitas minimum 1 % dari total jumlah pegawai,” ungkap Herdian.
Herdian juga mengatakan bahwa sejak 2013 PT. SUAI sudah mulai mempekerjakan penyandang disabilitas. Ternyata mereka memiliki kualitas kerja yang sama dengan non penyandang disabilitas. Hingga kini jumlah pegawai penyandang disabilitas sebanyak 48 orang dari semula hanya 3 orang.
Agus mendapat lingkungan kerja yang baik. “Saya bangga, saya senang banyak teman. Saya jadi semangat terus karena semua teman-teman kerja baik sama saya," tuturnya.
Kemensos juga melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah membuka peluang penyandang disabilitas untuk berkarya dan mandiri secara ekonomi. Terbukti melalui Shelter Workshop Peduli (SWP) yang dikembangkan oleh Balai Besar “Kartini” Temanggung, penyandang disabilitas intelektual mampu berpenghasilan melalui karya batik ciprat yang pemasaran sudah sampai ke luar negeri.
Pada Disabilities Show Episode 2 ini juga ada penampilan dari Balai "Melati" Jakarta yaitu Jasmine Dance yang membawakan tarian dengan lagu-lagu daerah di Indonesia. Para penari ini merupakan penyandang disabilitas sensorik rungu wicara.
Di akhir segmen, Rendi dan Saldi berkolaborasi membuat kopi. Sambil melihat kepiawaian mereka, Eva berpesan bahwa keberhasilan para penyandang disabilitas ini menjadi bukti bahwa penyandang disabilitas bisa eksis di dunia kerja maupun wirausaha. “Tetap semangat, sukses terus dan terus berinovasi untuk memberikan inspirasi,” pungkasnya.
Bagikan :