Dibayangi Beragam Bencana, Masyarakat Bitung Disiapkan Jadi Garda Terdepan Penanganan Bencana
Penulis :
Alif Mufida Ulya (OHH Ditjen Linjamsos)
Editor :
Alek Triyono (OHH Ditjen Linjamsos) ; Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
KOTA BITUNG (7 Juni 2021) - Masyarakat di Kelurahan Girian Weru Satu, Kecamatan Girian dan Kelurahan Manembo-nembo, Kecamatan Matuari, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, disiapkan Kementerian Sosial untuk menjadi garda terdepan untuk menghadapi berbagai kemungkinan ancaman bencana di kawasan tersebut melalui penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
Kerap dibayangi bencana banjir akibat kiriman air dari Gunung Dua Saudara, luapan Sungai Girian, serta rob dari laut, dan potensi kerawanan bencana lain, seperti gempa bumi dan tanah longsor, hingga tsunami, mengharuskan masyarakat Kota Bitung meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan akan kemungkinan terjadinya bencana.
Warga Girian Weru Satu, Yanto Mundi (48), yang lantas didapuk menjadi Ketua Kampung Siaga Bencana (KSB), mengaku sempat tidak memiliki gambaran tentang KSB yang akan ia ikuti. Meski demikian, ia mengutarakan daerah tempatnya tinggal perlu program seperti KSB.
"Sebelumnya, torang (red: kita orang - saya) sama sekali tidak tau KSB itu apa, awam sekali. Setelah sehari dua hari mengikuti langsung program ini, baru torang tau, Oo.. memang torang butuh program seperti ini," tuturnya usai mengikuti pelatihan KSB selama tiga hari.
KSB, sebagai model pendekatan penanggulangan bencana berbasis masyarakat, dimaksudkan untuk merubah pola pikir dan pola tindak masyarakat dalam penanggulangan bencana dengan mempersiapkan masyarakat agar lebih mampu mengelola kerentanan, ancaman, dan risiko di wilayahnya sendiri sesuai dengan potensi lokal.
Sebelum bantuan datang, lanjut Mundi, ia menyadari sebagai masyarakat daerah terdampak, ia harus mampu menjadi penolong diri sendiri dan orang terdekat. Berkat pelatihan dalam KSB, ia memperoleh dasar ilmu sebagai bekal menghadapi bencana yang kerap ia alami.
"Soalnya, torang sering kena banjir. Jadi, terima kasih banyak kepada Kementerian Sosial, kita bisa dapat ilmu begitu, simulasi juga sama teman-teman. Setidaknya, torang sudah ada dasar," katanya menambahkan.
Hal senada disampaikan Walikota Bitung, Maurits Mantri, bahwa ketika terjadi bencana, masyarakat setempat merupakan kelompok pertama yang dihadapkan pada risiko dari ancaman tersebut.
“Masyarakat adalah sasaran pertama yang langsung berhadapan dengan ancaman bencana, karena itu, kesiapan masyarakat menentukan besar kecilnya dampak bencana di masyarakat," ungkap Walikota saat Apel Pengukuhan KSB di Stadion Duasudara, Bitung, Sabtu (5/6).
Terlebih, dikatakan dia, masyarakat yang terkena bencana adalah pelaku aktif untuk membangun kembali kehidupannya pasca bencana, "Mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat harus siap dan sigap agar risiko yang ditimbulkan akibat bencana dapat diminimalisir," terangnya.
Di sela-sela apel pengukuhan, Kemensos menyerahkan bantuan isi lumbung sosial untuk Kecamatan Girian dan Matuari senilai Rp110.322.956.
Dengan dikukuhkannya KSB Girian Weru dan Manembo-nembo, maka lantas menjadi lokasi kedua dan ketiga KSB di Kota Bitung, setelah pada 2015 lalu, Kemensos juga telah memfasilitasi pembentukan KSB di Kelurahan Girian Bawah untuk pertama kalinya di Provinsi Sulawesi Utara.
Bagikan :