Penulis :
OHH Ditjen Rehsos
Editor :
Intan Qonita N
Penerjemah :
Firli Afanti; Karlina Irsalyana
JAKARTA (23 Juni 2020) - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat mengunjungi Balai Disabilitas "Melati" Jakarta, Balai Vokasional "Cibinong" Bogor dan Balai Napza "Galih Pakuan" Bogor. Pada kesempatan ini, Dirjen Rehsos mengemukakan rekonstruksi kebijakan dan program Rehabilitasi Sosial yang dikenal dengan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI).
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Sosial RI, balai rehabilitasi sosial perlu mengadaptasi kebijakan dan program Rehsos ini. Bisnis proses ATENSI terdiri dari layanan pemenuhan kebutuhan dasar, terapi, perawatan/pengasuhan sosial dan dukungan keluarga.
Dirjen Rehsos mengajak balai-balai untuk bergerak, meningkatkan ATENSI guna kepentingan PM. "Saya mandatkan semua balai untuk melaksanakan ATENSI, agar amanat Menteri Sosial untuk mewujudkan Balai-balai Rehabilitasi Sosial sebagai Show Window Kemensos terwujud," pungkasnya.
Kini tugas pemerintah pusat hanya fokus mengurusi kebijakan dan peraturan. Selain itu, pemerintah pusat juga bertugas melakukan kampanye isu-isu sosial dari 5 klaster rehabilitasi sosial, yaitu anak, penyandang disabilitas, lanjut usia, korban penyalahgunaan Napza serta korban tuna sosial dan korban perdagangan orang atas usulan balai.
Sedangkan di balai-balai rehabilitasi sosial secara operasional melaksanakan ATENSI, yaitu teknis layanan pemenuhan kebutuhan dasar, terapi, perawatan/pengasuhan sosial dan dukungan keluarga.
Contohnya di Balai Disabilitas "Melati" Jakarta yang menjalankan ATENSI berupa terapi. Terapi yang diberikan berupa keterampilan berwirausaha, memproduksi barang-barang bernilai ekonomi.
Dirjen Rehsos melihat langsung PM yang sedang menjalani keterampilan menjahit, las, pertukangan kayu dan gerabah. Keterampilan ini diberikan agar setelah selesai menjalani rehabilitasi di balai, Penerima Manfaat (PM) mampu mandiri dan bisa bekerja atau berwirausaha.
"Saya perhatikan di beberapa instalasi produksi. adik-adik kita ini secara fisik tidak ada hambatan, hanya hambatan mendengar dan berkomunikasi saja. Maka sangat dimungkinkan mereka diberi layanan penghidupan seperti keterampilan," kata Dirjen Rehsos.
Begitu juga ATENSI berupa perawatan/pengasuhan sosial. "Pastikan seluruh pegawai balai harus bisa berbahasa isyarat, karena ini akan berkaitan dengan perawatan dan pengasuhan sosial setiap PM," kata Dirjen Rehsos saat ikut mempraktekkan bahasa isyarat di ruang menjahit.
Lain halnya di Balai Besar Vokasional "Cibinong" Bogor yang merupakan balai bagi penyandang disabilitas fisik. Terdapat 7 keterampilan yang diberikan, yaitu contact center, menjahit, komputer, desain grafis, elektro, pekerjaan Logam dan otomotif.
Saat ini Balai Besar Vokasional "Cibinong" Bogor telah bekerja sama dengan perusahaan perbankan dalam hal penyediaan sumber daya manusia untuk posisi Contact Center. Perusahaan tersebut yaitu Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Indonesia, BRI, BCA, dan Astra Finance.
Dirjen Rehsos mengarahkan untuk memperluas kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Begitu fungsi dari balai vokasional yang fokus pada keterampilan pada bidang layanan yang diberikan.
Selain itu, Dirjen Rehsos juga terkesan dengan keterampilan desain grafis di Balai Besar Vokasional "Cibinong" Bogor. "Ini hasil desain PM sudah layaknya profesional. Maka perlu dukungan sarana prasarana yang mumpuni," ungkapnya.
Dirjen Rehsos ingin kampanye tentang disabilitas diformat oleh PM di Balai Besar Vokasional "Cibinong" Bogor dalam bentuk poster. "Silahkan berkarya, poster-poster ini akan kita sebar di sekolah-sekolah," tuturnya.
Dalam kunjungannya ini, Dirjen Rehsos mengarahkan Balai-balai untuk menambahkan jenis sertifikasi bagi PM, yaitu sertifikat kompetensi. "Balai harus membuat sertifikat kompetensi di bidang keterampilan yang ditekuni PM. Lebih bagus lagi jika ada kerja sama dengan pihak sertifikasi," ungkapnya.
Sertifikat kompetensi ini akan bermanfaat bagi mereka agar bisa melamar pekerjaan sesuai bidang keterampilan. Selain sertifikat kompetensi, balai-balai juga sudah memberikan sertifikat rehabilitasi sosial yang menunjukkan keberfungsian sosialnya telah membaik.
Selain itu, perlu juga upgrade sarana prasarana layanan seperti mesin cetak, mesin jahit dan mesin pendukung keterampilan yang disediakan di setiap balai.
Bagi Balai Napza "Galih Pakuan" Bogor, Dirjen Rehsos mengarahkan untuk melakukan pemetaan PM dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). Bisnis Proses ATENSI perlu bermitra dengan LKS yang berbasis keluarga. Karena dukungan keluarga menjadi bagian terpenting dalam proses rehabilitasi sosial.
Pekerja Sosial juga sangat berperan penting dalam Bisnis Proses Atensi, karena akan melaksanakan tugas secara profesional meliputi penjangkauan, penelusuran, layanan harian, pendampingan sosial, kunjungan ke keluarga, mediasi keluarga, dukungan keluarga, mewujudkan keutuhan keluarga, pemulangan ke keluarga, pengembangan masyarakat dan sosialisasi.
Bagikan :