Dalam dunia ilmu kejiwaan alias psikologi di kenal sebuah konsep yang namanya teori Dunning Kruger Effect yang berbicara tentang hubungannya dengan kepribadian seseorang. Dunning Kruger Effect adalah suatu fenomena psikologi ketika seseorang merasa dirinya punya kemampuan atau pengetahuan yang tinggi padahal tidak sesuai dengan realitanya. Bisa juga diartikan suatu fenomena saat seseorang keliru menilai kemampuannya. Mereka merasa lebih pintar lebih hebat, lebih paham dan superior. Pada saat yang sama, mereka mungkin menganggap pendapat orang lain bodoh, tak beralasan dan seutuhnya salah. Jadi, orang dengan kondisi ini biasanya menganggap orang lain salah dan tidak lebih pintar darinya.
Teori Dunning Kruger Effect dikembangkan oleh David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999, profesor psikologi dari Cornell University. Menurut Profesor David dan Justin, seseorang yang terkena dan mengalami Dunning Kruger Effect dengan ciri-ciri sebagai berikut: cenderung berlebihan menilai tingkat keahliannya, tidak mampu untuk mengenali keahlian diri orang lain, tidak mampu untuk mengenali aspek buruk dari ketidakcakapannya, serta tidak mampu mengenali dan mengakui kekurangan diri sendiri.
Efek negatifnya kalau dibiarkan, informasi keliru yang disebarkan orang ini bisa meresahkan lingkungannya. Orang dengan Dunning Kruger Effect juga tidak suka dikritik karena merasa dirinya benar. Salah satu penyebab terbesar dari Dunning Kruger Effect adalah ego. Tentu, setiap orang tidak mau dianggap tidak memiliki kemampuan, hal ini membuat orang meningkatkan penilaian terhadap dirinya dan mengabaikan kelemahan dirinya.
Dalam birokrasi pemerintahan, apakah Dunning Kruger Effect diperlukan dalam meningkat kinerja atau sebaliknya. Seorang pegawai dalam melakukan aktifitas tugas dan fungsi birokrasi yang diembannya tidak terlepas dari hubungan hirarki, perintah dan kewenangannya. Salah satu fungsi utama birokrasi adalah menjalankan dan melakukan eksekusi pada undang-undang dan kebijakan negara atau pemerintah. Dunning Kruger Effect diperlukan bagi seorang atasan ketika berhadapan dengan seorang bawahannya untuk mengetahui tingkat pemahamannya dalam melaksanakan perintah atau juga sebaliknya seorang bawahan bisa mengukur pemahaman atasannya dalam memberikan perintah. Seorang atasan atau bawahan apabila menyadari bahwa Dunning Kruger Effect memberi manfaat bagi peningkatan kualitas dirinya tentunya akan berusaha menghindari efek negatifnya. Namun, di dunia birokrasi apapun aktifitasnya selalu berkaitan dengan regulasi dan kewenangan, karena birokrasi suatu sistem organisasi yang saling berhubungan dan mempengaruhi dalam mencapai tujuan.
Ketika seorang atasan bekerja didominasi dengan ego, yang terjadi seringkali menabrak tata nilai dan aturan, oleh karena yang bersangkutan ingin menunjukan superiornya. Pada saat yang sama juga bawahan selaku subordinat ingin menunjukkan sikap loyalitas dan penghormatannya sebagai bentuk kepatuhan terhadap perintah atasan tanpa melakukan kontrol dan reviu tugas, sehingga yang paling sering terjadi terjerat pada siklus kebodohan berjamaah. Padahal sistem birokrasi dilandaskan kepada peraturan atau kebijakan yang mengikat tindakannya. Standar ukuran benar dan salah atas suatu perintah atau tindakan dalam birokrasi pemerintahan ditentukan kepada aturan normatif yaitu undang-undang atau peraturan dan kebijakan yang meliputinya. Sehingga, atasan yang menampilkan arogansi, keakuan, dan superioritas terhadap bawahannya dipastikan kurang bermakna dalam menghidupkan sistem birokrasi sejatinya. Memang sepintas kelihatan unggul, namun rapuh secara organisatoris dan berlangsung kaku. Begitu juga bawahan yang nampak pintar padahal konyol karena berlindung dari kelemahan atasannya, kondisi ini kurang menguntungkan dikhawatirkan berbahaya bagi kelangsungan organisasi dan dirinya bahkan menyeret kepada staf lainnya serta tidak sedikit terjerat kasus administratif dan hukum. Kita sangat prihatin disaat ada Aparatur Sipil Negara (ASN) terlibat sebuah kasus hukum akibat merasa mampu, pandai, terlalu berani dan diperhatikan atasan yang pada akhirnya menerima resiko harus keluar dari ASN karena menjadi terdakwa kasus korupsi misalnya.
ASN tidak perlu menyembunyikan sikap dan perilaku kepura-puraannya, hal itu harus dibuang jauh-jauh dari pribadi ASN, bersikap dan berperilakulah sesuai standar, kewenangan, kapasitas dan kompetensi yang kita miliki, bekerja bukan karena ada apanya melainkan dengan apa adanya. Sikap mental dan moralitas serta integritas mesti dipegang dan dijunjung tinggi, tidak perlu kinerja kita dianggap hebat dan luar biasa oleh atasan sedangkan nilai-nilai normatif, moral dan agama kita abaikan lantaran fokus kepada prestasi kerja. Kinerja yang baik dan benar itu dibutuhkan bagi ASN sebagai bentuk pengabdiannya melayani masyarakat namun tetap bekerja smart and clean dari segala rupa kepentingan pribadi, kelompok dan golongan apalagi atasan. ASN bekerja dalam suatu sistem dan manajemen birokrasi yang terarah dan terukur, jangan lagi berani mencoba-coba dalam kepalsuan diri. Bersikap jujur pada diri sendiri akan menyelamatkan dari keegoan berlebihan karena itulah awal dari kehancuran dan kebinasaan. Pahami bahwa birokrasi sebagai sistem organisasi pemerintahan harus berlangsung atas kepentingan publik yang tidak dipaksakan dan tidak terpaksa melainkan dengan mengacu kepada peraturan perundangan-undangan yang berlaku sebagai petunjuk.
Mengutip dari beberapa pandangan ahli bahwa bagaimana caranya dan strateginya agar terhindar dari Dunning Kruger Effect. Pada prinsipnya bahwa setiap individu adalah teruslah belajar dan berlatih, minta pendapat dan kritik serta saran konstruktif dari orang lain, terus pertanyakan mengenai kapasitas, kompetensi dan pengetahuan diri, suka bertanya serta evaluasi diri sendiri. Melengkapi tulisan sederhana ini, tentunya setiap kita adalah seorang pemimpin, minimal menjadi pemimpin diri sendiri. Bersahabatlah dengan ego yang selalu menuntut pengakuan sempurna atas diri, memimpin pribadi yang utuh jauh lebih rumit daripada memimpin orang lain yang memiliki banyak motivasi dan kepentingan.