Penulis :
OHH Ditjen Rehsos
Editor :
Aryokta Ismawan
Penerjemah :
Fazalika Salmiati F; Karlina Irsalyana
JAKARTA (6 Juni 2020) – Kementerian Sosial melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial telah mendapatkan pengalaman berharga dalam penanganan warga terlantar akibat COVID-19. Pengalaman ini dibagi oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat dalam Web Seminar (Webinar) yang diselengggarakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widuri.
“Saya perwakilan Kemensos ingin berbagi pengalaman dalam penanganan COVID-19 di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga kini akan memasuki masa normal baru,” ungkap Dirjen Rehsos.
Respon setiap Negara berbeda-beda dalam penanganan COVID-19. Spesifikasi khas penanganan yang dikembangkan pun berbeda. Salah satunya di Indonesia yang mengembangkan penanganan warga terlantar yang perlu dilakukan evaluasi hingga riset mendalam. Hal ini bertujuan agar penanganan warga terlantar bisa diadaptasi di kota besar lainnya.
Aksi sosial yang dilakukan oleh Kemensos ini bisa menjadi bahan riset oleh mahasiswa S2 STISIP Widuri program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. “Bagi teman-teman S2, ini adalah kesempatan baik, learning by doing," kata Dirjen Rehsos.
Kebersamaan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) masyarakat itu sesuatu hal yang tidak boleh dinafikan. Dengan kebersamaan inilah dapat dilakukan diferensiasi peran untuk mengurangi dampak COVID-19.
Dalam konteks kebijakan Kemensos, respon yang telah dilakukan yaitu melalui perluasan pemberian bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), perluasan dan peningkatan indeks Program Sembako, Sembako Jabodetabek dan Bantuan Sosial Tunai.
"Khusus pada Program Rehabilitasi Sosial, kita dihadapkan pada permasalahan yang lebih kompleks, karena terdapat 5 klaster yang ditangani, yaitu anak, penyandang disabilitas, tuna sosial dan korban perdagangan orang, korban Napza dan lanjut usia," sebut Dirjen Rehsos.
Kompleksitas permasalahannya mulai dari kemiskinan, ketelantaran, korban diskriminasi dan sebagainya. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan selama PSBB yaitu memberikan bantuan sosial kepada 5 klaster rehabilitasi sosial dan melakukan penanganan terhadap warga terlantar terdampak COVID-19.
Bansos baik sembako maupun bansos tunai telah dibagikan sebanyak 19.303 paket pada klaster anak, 297.239 paket pada klaster penyandang disabilitas, 509 paket pada klaster tuna sosial dan korban perdagangan orang, 21.092 paket pada klaster korban penyalahgunaan Napza dan 1.292.530 paket pada klaster lanjut usia.
Bantuan ini berasal dari bantuan presiden, program reguler di setiap klaster rehabilitasi sosial dan hasil refocusing anggaran di lingkungan Ditjen Rehsos.
Selain bansos, Kemensos juga melakukan penanganan warga terlantar terdampak COVID-19 bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta dan LKS. Penanganan tersebut melalui 3 pendekatan. yaitu berbasis komunitas, berbasis Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Berbasis Balai.
Penanganan berbasis komunitas ini dilakukan oleh LKS untuk memberi penguatan kepada keluarga di dalam komunitas. Penguatan ini berupa transfer informasi mengenai bahaya COVID-19 hingga cara pencegahannya. Hal ini efektif untuk mencegah komunitas melakukan kegiatan di ruang publik. Misalnya komunitas pemulung yang masih mengais rezeki di tengah penerapan PSBB.
Penanganan berbasis TPS ini dilakukan untuk menertibkan warga terlantar yang berada di ruang publik. Misalnya pengemis, pemulung, pengamen, korban PHK yang menjadi tuna wisma terdampak COVID-19. Penertiban ini dibantu oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk membawa warga terlantar ke TPS.
TPS dalam bentuk Gelanggang Olahraga (GOR) disediakan di 5 wilayah, yaitu GOR Ciracas Jakarta Timur, GOR Karet Tengsin Jakarta Pusat, GOR Tanjung Priok Jakarta Utara, GOR Cengkareng Jakarta Barat dan GOR Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Selama di TPS, warga mendapat layanan pengecekan kesehatan, pemberian makanan, hingga membantu pemulangan bagi warga yang masih memiliki keluarga. Sejak April 2020 hingga 6 Juni 2020, tercatat sebanyak 1.921 warga telah mendapat pelayanan di TPS. Dari jumlah tersebut, 1.352 warga telah dipulangkan ke keluarga, 401 warga telah dirujuk ke Panti/Balai/LKS/Faskes, 103 warga meninggalkan tempat tanpa keterangan dan 65 masih berada di GOR.
Kemudian, penanganan berbasis Balai merupakan layanan lanjutan bagi warga terlantar terdampak COVID-19 rujukan dari GOR. penanganan diutamakan bagi warga yang sangat rentan, seperti lanjut usia, anak balita, ibu hamil dan penyandang disabilitas. Balai Rehsos yang menjadi TPS yaitu Balai "Mulya Jaya" Jakarta, Balai "Melati" Jakarta, Balai "Bambu Apus" Jakarta, Balai "Tan Miyat" Bekasi, Balai "Budhi Dharma" Bekasi dan Balai "Pangudi Luhur" Bekasi.
Hingga 6 Juni 2020, sebanyak 249 warga telah mendapat pelayanan dari Balai. Dari jumlah tersebut, sebanyak 122 warga telah dipulangkan ke keluarga, 7 warga dirujuk ke Panti/LKS/Faskes, 15 warga meninggalkan tempat tanpa keterangan dan 105 warga masih berada di Balai Rehsos.
Jumlah ini menjadi success story Kemensos dalam melakukan penanganan pada warga terlantar terdampak COVID-19.
Kini, masyarakat mulai memasuki masa transisi (normal baru) menuju masyarakat aman, sehat dan produktif dengan berbagai protokol yang dicanangkan. Mulai dari protokol di rumah, protokol pergerakan penduduk, protokol aktivitas sosial ekonomi, protokol pendidikan dan protokol di tempat kerja.
Seperti yang disampaikan Robert M.Z Lawang, ketua STISIP WIDURI yang menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai ketentuan untuk menghadapi new normal (normal baru), "Saya juga merancang pendekatan institusional berbasis new normal, tidak hanya makro, tetapi mezzo dan mikro dalam hal pola hidup baru dengan sistem pengelolaan risiko yang ketat sehingga tidak tertular COVID-19."
Pada akhir pertemuan virtual yang dihadiri oleh 203 mahasiswa S2 STISIP Widuri ini, Dirjen Rehsos mengajak para pekerja sosial untuk turun langsung dalam penanganan COVID-19. "Para Pekerja Sosial harus turun langsung dalam upaya penanganan COVID-19. Tugas kemanusiaan ini merupakan jiwa para peksos. Namun tetap perhatikan protokol kesehatan," pungkas Dirjen Rehsos.
Webinar ini menghadirkan 3 narasumber yang profesional di bidangnya, yaitu Dirjen Rehsos, Harry Hikmat, Ketua Umum DPP IPSPI, Widodo Suhartoyo dan Mahasiswa S2 STISIP Widuri yang juga merupakan pengurus LKS Balarenik, Agusman.
Bagikan :