Kemensos Gandeng Dinsos Tangani Komunitas Punk Sukabumi
Penulis :
Humas Balai Residen Galih Pakuan Bogor
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
SUKABUMI (1 Mei 2021) - Masih dalam menindaklanjuti arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini dalam penanganan fenomena anak punk, kali ini Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor menjangkau komunitas punk yang berada di wilayah Sukabumi.
Dalam penjangkauan ini, Balai menerjunkan tim yang terdiri dari 3 orang untuk mengidentifikasi, memetakan serta melakukan kontak awal dengan komunitas punk di wilayah Sukabumi ini.
Setelah melalui koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, tim mulai melakukan identifikasi tentang titik keberadaan komunitas anak punk. "Komunitas punk yang ada di wilayah ini mayoritas bukan berasal asli Sukabumi, melainkan berasal dari daerah Cianjur, Bogor, Tangerang dan Bandung," ujar Rahmat Mulyadi selaku Kepala Seksi Penanganan Disabilitas yang mewakili Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi.
Dalam menyisir lokasi titik penyebaran komunitas punk, tim dibantu oleh Kang Zilenk, seorang mantan anggota komunitas punk yang saat ini aktif menjadi pegiat sosial. "Titik kumpul komunitas punk di Sukabumi meliputi kawasan Terminal Lama Degung, rel Kereta Api Stasiun Sukabumi, dan belakang pasar Ramayana. Jumlahnya tidak tentu karena sering pindah pindah tempat, bisa mencakup 8 sampai dengan 10 orang," ungkap Kang Zilenk kepada tim.
Selain Kang Zilenk, penjangkauan komunitas punk dibantu oleh Sakti Peksos Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, Faisal. Dari hasil penjangkauan ini, tim berhasil mengumpulkan enam orang anak punk. Tim kemudian melakukan pertemuan yang diisi dengan sharing pengalaman dan harapan antara mereka. Ini dilakukan sebagai bentuk identifikasi terhadap permasalahan komunitas punk.
Salah satu anggota tim yang juga pekerja sosial Balai Residen Galih Pakuan Erni Novianti memberikan penguatan motivasi kepada anak punk untuk mulai memikirkan masa depan yang lebih baik dan tidak kembali ke jalanan. "Saya yakin kalian punya potensi, hanya saja belum tergali, kalau ada kemauan serius, pasti bisa" kata Erni.
Dari hasil pertemuan tersebut, dua orang anak yaitu SAP dan MFM diketahui memiliki ketertarikan untuk mengikuti pelatihan steam di Sheltered Workshop Baraya milik Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor. Setelah melalui koordinasi dengan Dinas Sosial setempat, maka SAP dan MFM pun diantar oleh tim ke Sheltered Workshop Baraya di Kota Cimahi. Sebelum berangkat Tim mencoba melakukan konfirmasi terhadap data keduanya terkait penerimaan bantuan yang ada di DTKS, dan setelah dilakukan penelurusan data ternyata keduanya tidak terkonfirmasi di DTKS.
Selama satu minggu berada Sheltered Workshop , SAP dan MFM menjalani proses skrining, asesmen awal dan intervensi pelatihan steam. Hasil skrining menunjukan bahwa SAP dan MFM sama sama pengguna alkohol dan zat benzodiazephine untuk jenis obat obatan Tramadol dan Heximer. Baik SAP maupun MFM sebetulnya memiliki keinginan untuk hidup lebih baik, mempunyai pekerjaan sehingga tidak turun ke jalanan. Pelatihan vokasional dan fasilitasi tempat usaha dapat menjadi salah satu alternatif solusi bagi mereka.
Selama berada di Sheltered Workshop, MFM mengaku teringat dengan istrinya yang kini tengah mengandung. "Saya ingat istri saya, saya disini untuk cari pengalaman, mudah mudahan ini jadi awal yang baik supaya saya dan istri bisa hidup lebih baik lagi" ujar MFM kepada Khodijah selaku petugas pendamping di Sheltered Workshop.
Selanjutnya Khodijah melaporkan kepada tim dari Balai tentang perkembangan kondisi SAP dan MFM. "Di hari pertama mereka masih tampak semangat dan mampu beraktivitas fisik seperti biasanya, namun di hari kedua mereka mulai mengeluh sakit demam dan flu, ini kemungkinan terjadi sebagai respon tubuh saat mereka memutus konsumsi obat Tramadol yang selama ini mereka sering konsumsi setiap harinya," ungkap Khodijah.
SAP dan MFM pun diberikan obat obatan untuk meredakan demam dan flu. Khodijah pun menilai bahwa sebetulnya SAP dan MFM memiliki keinginan kuat untuk belajar pelatihan vokasional steam. "Semoga selanjutnya ada fasilitas bagi mereka untuk belajar lebih serius untuk mengembangkan keinginannya berwirausaha," ujar Khodijah.
Setelah selesai mengikuti pelatihan vokasional steam selama satu minggu, SAP dsn MFM pun diantar oleh tim untuk pulang ke Sukabumi. Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi Cece Irawan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian Sosial melalui Balai Residen "Galih Pakuan" yang telah memberikan perhatian kepada penanganan fenomena komunitas punk yang berada di wilayahnya. "Semoga ke depannya kita bisa berbicara lebih serius terkait rencana penanganan fenomena komunitas punk ini," kata Cece.
Penyataan Cece tersebut disambut baik oleh Kepala Balai Residen "Galih Pakuan" Ujang Taofik Hidayat yang juga turut hadir dalam proses pemulangan SAP dan MFM. "Kami pun sangat berharap ada kerja sama yang sinergis antara Kementerian Sosial dan Dinas Sosial terkait penanganan fenomena komunitas punk ini," ungkap Ujang.
Harapan ke depannya Kementerian Sosial melalui Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor dapat menjalin kerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi untuk melakukan penanganan fenomena komunitas punk, melalui konsep pendampingan rehabilitasi perubahan perilaku serta konsep pemberdayaan untuk meningkatkan keberfungsian sosial.
Bagikan :