Kemensos Gelar Lokakarya Hasil Penguatan Komunitas Peduli Anak di Sukabumi
Penulis :
Humas Dit.Rehsos Anak
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
SUKABUMI (30 November 2020) – Kementerian Sosial melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak bekerja sama dengan UNICEF menggelar Workshop Hasil Penguatan Komunitas Peduli Anak (KOMPAK) yang dilaksanakan di Sukabumi.
Workshop ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan ATENSI berbasis komunitas yang telah dilaksanakan sebelumnya di Desa Cihamerang dan Desa Cipeuteuy. Turut hadir pada kegiatan ini Pjs Bupati Sukabumi, serta perwakilan Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan, Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Kesehatan, Unit PPA Polres Sukabumi, dan P2TP2A Sukabumi.
Mewakili Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Direktur Rehabilitasi Sosial Anak, Kanya Eka Santi, dalam paparannya mengatakan bahwa dalam 10 tahun mendatang, Indonesia akan menghadapi bonus demografi dimana jumlah usia angkatan kerja atau usia produktif lebih besar dibandingkan usia tidak produktif.
“Bonus Demografi diperkirakan akan terjadi pada 2030-2040, sehingga mereka yang masih usia anak saat ini akan menjadi bagian dari bonus demografi. Untuk itu, penting bagi kita melindungi anak saat ini agar kita bisa mendapat bonus demografi.” jelas Kanya.
Tanggung jawab melindungi anak, lanjut Kanya, merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk masyarakat. Kementerian Sosial hadir melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial telah meluncurkan Program ATENSI yang berbasis keluarga, komunitas, dan residensial.
“Apa yang kami lakukan bersama UNICEF di Desa Cihamerang dan Desa Cipeutey merupakan bentuk dari Atensi berbasis komunitas. Program kami adalah Mengasuh Bersama atau di Jawa Barat disebut Ngasuh Babarengan,” tutur Kanya dihadapan undangan yang hadir.
Ngasuh babarengan adalah bagian dari program nasional untuk mengajak seluruh elemen ambil bagian dalam pengasuhan anak. Menurut Kanya, program ini menyesuaikan dengan kearifan lokal.
“Penyebutan Mengasuh Bersama ini disesuaikan dengan bahasa daerah masing-masing. Seperti untuk Jawa Barat adalah Ngasuh Babarengan, dan di Jawa adalah Momong Bebarengan,” ujar Kanya.
Menurut Kanya, program ngasuh babarengan bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat untuk bersama-sama peduli dan berpartisipasi melindungi anak-anak yang ada di lingkungan mereka sehingga masa depan anak dapat diselamatkan. Selain itu, melalui program ini, diharapkan dapat tercipta sinergitas penanganan anak.
"Melalui program ini, diharapkan juga perlindungan anak dapat dilakukan secara sinergi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah setempat agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, secara optimal," sambung Kanya.
Sementara itu, hadir melalui Zoom, perwakilan UNICEF, Astrid Dioniso, mengungkapkan bahwa menjaga anak membutuhkan komitmen bersama. Astrid menghubungkan pengasuhan anak dengan Teori Ekologi. Menurut Teori Ekologi, anak tinggal bersama dengan orang-orang yag memengaruhi perkembangan anak baik itu keluarga maupun komunitas dimana anak itu berada.
“Artinya, komunitas atau masyarakat adalah bagian tak terpisahkan dalam pengasuhan anak. Peran masyarakat sangat penting dalam menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan anak dan dapat mengidentifikasi anak dan keluarga rentan,” papar Astrid.
Menurutnya, masyarakat juga lah yang akan menghubungkan anak dan keluarga yang rentan tersebut dengan sistem sumber yang ada seperti Program Kesejahteraan Sosial Anak Integratif (PKSAI).
Pada kegiatan ini, perwakilan dua desa juga memaparkan masing-masing program yang telah dilakukan. Desa Cipeuteuy telah membentuk Tim Top Ten Cyber yang merupakan satuan tugas peduli anak Desa Cipeuteuy. Ketua Tim, Dayat, menyampaikan bahwa ia mengapresiasi Kementerian Sosial karena telah memfasilitasi terlaksananya program ini.
“Kami berterima kasih kepada tim kemensos yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Sejak tim dibentuk, kami telah melaksanakan pelatihan pengasuhan anak kepada orang tua di Dusun Arendah dan Cisalimar. Kami juga telah melakukan penyuluhan hak anak kepada stakeholder terkait,” jelas Dayat.
Selanjutnya, Dayat mengungkapkan bahwa Tim Top Ten Cyber akan mengadakan penguatan kapasitas anggota tim, pelatihan pengasuhan anak di 4 dusun, serta rencana mengembangkan Posyandu Remaja di masing-masing dusun.
“Tentunya kami akan terus melanjutkan apa yang telah dimulai oleh Kemensos. Kami akan mengembangkan Pola Ngasuh Babarengan di setiap RT dan melakukan evaluasi program secara rutin,” tutur Dayat.
Sementara itu, Desa Cihamerang juga telah membentuk komunitas peduli anak dengan nama Satgas Ngaber. Ketua Satgas, Neneng Sumiati menuturkan satgas telah melakukan kegiatan penguatan kapasitas orang tua dan anak, serta pertemuan ketua RT.
“Pada saat penguatan kapasitas orang tua, kami menyusun matriks kerja untuk orang tua yang berisi ceklis kegiatan pengasuhan untuk melekatkan orang tua dan anak,” papar Neneng.
Menurut Neneng, matriks ini berisi aktivitas-aktivitas sederhana yang harus dilakukan orang tua kepada anak setiap harinya, seperti memeluk anak, dan bertanya keadaan anak. Hal ini dianggap mampu mendekatkan orang tua dan anak.
“Kami banyak memperoleh testimoni dari orang tua kalau matriks ini ternyata mampu mendekatkan gap yang selama ini ada diantara orang tua dan anak. Banyak di antara orang tua yang mengatakan ternyata selama ini mereka kurang berkomunikasi dan kurang bersentuhan dengan anak,” kata Neneng.
Selanjutnya, pada kesempatan yang sama, Pjs Bupati Sukabumi R Gani Muhammad dalam arahannya mengapresiasi Program Ngasuh Bebarengan yang dilakukan Kementerian Sosial bersama UNICEF di daerahnya.
“Momen ini adalah momen yang sangat strategis untuk kita menyalakan alarm kepedulian terhadap anak, dan saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Kementerian Sosial,” kata Gani.
Gani juga menyampaikan apresiasi atas kesadaran masyarakat sehingga membentuk Top Ten Cyber dan Satgas Ngaber. Ia mengharapkan kedua tim dapat memberikan pemahaman kepada orang tua agar mengenal dan memahami kondisi anak. Selain itu tim diharapkan bisa menghidupkan kembali permainan tradisional yang ada agar anak tidak hanya terpaku memainkan gadget.
Kemudian ia menekankan bahwa pemerintah daerah mendukung penuh program ini.
“Kami pemerintah daerah berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada para satgas agar bisa menunjukkan kinerja dalam memberikan perlindungan bagi anak khususnya anak yang rentan terkena kekerasan,” ungkap Gani.
Terakhir, Gani mengharapkan agar suistanibility program ini tetap terjaga serta lahirnya Komunitas Peduli Anak di desa-desa lainnya di Sukabumi.
Bagikan :