Kemensos Siapkan 1 Juta Bibit Mangrove Untuk Antisipasi 'Megathrust'
Penulis :
Idamana Banjiwo
Editor :
Alif Mufida Ulya; Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
KEBUMEN (19 November 2020) - Pemerintah semakin serius dalam menghadapi potensi ancaman gempa di zona Megathrust. Berbagai upaya mitigasi bencana pun terus dilakukan di daerah-daerah pesisir selatan pulau Jawa. Ancaman Megathrust yang diprediksi dapat menimbulkan tsunami dengan ketinggian gelombang 20 meter tersebut membuat Kementerian Sosial bersama Kementerian dan Lembaga terkait gencar melakukan penanaman mangrove.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kementerian Sosial, M. Safii Nasution, saat melakukan peninjauan hutan mangrove di kawasan Pantai Logending, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, mengatakan pihaknya tengah menyiapkan setidaknya satu juta bibit mangrove untuk ditanam di lima provinsi yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
"Kami, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, bersama BNPB dan Kopassus, sedang mempersiapkan satu juta bibit mangrove untuk ditanam di lima provinsi yang ada pesisir selatan pulau Jawa," ungkap Safii.
Kita, lanjutnya, tidak tahu kapan Megathrust akan terjadi, tetapi minimal kita sudah mempersiapkan masyarakat, mempersiapkan alam. Menurutnya, hal itu dilakukan agar apabila terjadi Megathrust, dampak yang ditimbulkan tidak besar.
"Keberadaan hutan mangrove di kawasan pesisir laut cukup efektif untuk menghadang atau setidaknya meredam gelombang laut seperti tsunami," terangnya. Sebab, dikatakan Safii, dengan akar tunjangnya yang tumbuh rapat dan melebar, mangrove akan bekerja seperti jaring.
Beberapa penelitian menyebutkan, keberadaan mangrove diperkirakan dapat mengurangi ketinggian tsunami hingga 50 persen. "Untuk itulah aksi-aksi penanaman bibit mangrove di kawasan pesisir pantai harus terus digalakkan," tegasnya.
Safii menambahkan, selain berguna untuk meredam tsunami, tanaman mangrove juga memiliki dampak ekonomis yang tinggi bagi nelayan.
Hal ini lantaran hutan mangrove dapat menjadi tempat berkumpul ikan-ikan yang menjadi incaran para nelayan. "Mangrove ini, kita tahu, tidak hanya sekedar mitigasi bencana, tetapi juga dampak ekonominya kepada masyarakat itu sangat besar," imbuhnya.
Untuk itu, Safii menyebut, rapat koordinasi yang dilakukan bersama lima provinsi (Banten, Jabar, Jateng, DIY, dan Jatim) menyetujui langkah antisipasi untuk meredam bencana besar dari pesisir. "Kami sepakat bahwa kami harus melakukan sesuatu dalam rangka antisipasi apabila terjadi Megathrust," papar Safii.
Nantinya, penanaman mangrove akan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh elemen yang ada, mulai dari personel Tagana, sukarelawan, masyarakat, hingga pihak-pihak yang bertugas menangani kebencanaan.
Bagikan :