Penulis :
Humas Balai Disabilitas Ciungwanara
Editor :
Aryokta Ismawan
Penerjemah :
Intan Qonita N
INDRAMAYU (13 Februari 2021) - Luapan air dari Sungai Cimanuk mengakibatkan banjir di sejumlah titik wilayah Kabupaten Indramayu. Banjir yang terjadi dari Hari Senin (8/2) telah merendam 14 kecamatan di wilayah barat dan tengah Indramayu.
Kementerian Sosial melalui Balai Disabilitas Ciungwanara langsung menerjunkan Tim Respon Cepat (TRC). TRC yang terdiri dari pekerja sosial dan terapis okupasi kemudian melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Indramayu melalui Kasi Rehabilitasi Anak dan Lansia, Abdul Karim. Abdul menyampaikan bahwa Indramayu menjadi kawasan langganan banjir akibat air limpahan dari Bogor dan Garut.
"Hampir Setiap tahun Kabupaten Indramayu mengalami banjir, kalau hujan deras kita kebanjiran kalau musim kemarau ya kekeringan. Namun, banjir tahun ini dirasakan sangat berat bagi warga karena terjadi dimasa pandemi seperti saat ini ditengah ekonomi sedang sulit, sebagian besar warga yang memiliki mata pencaharian budidaya ikan di tambak serta persawahan pun sangat terpukul dengan kejadian ini," tutur Abdul menjelaskan.
Selanjutnya tim menuju lokasi kecamatan yang paling parah terkena dampak banjir yaitu Kecamatan Sukagumiwang, tepatnya di Desa Gedangan yang seluruh warganya terkena banjir dengan ketinggian genangan mencapai 1,5 m. Tim kemudian langsung menyerahkan Bantuan ATENSI yang terdiri dari makanan cepat saji, selimut, perlengkapan bayi dan alat mandi sebanyak 50 paket kepada warga di Balai Desa. Kepala Desa Gedangan, Supendi, menuturkan bahwa seluruh desa terkena dampak banjir dan ia sangat berterima kasih atas bantu yang diberikan Kemensos.
"Desa Gedangan 100 persen terkena dampak banjir, ibarat bedol desa, sebanyak 970 KK terdampak semuanya. Sehingga adanya bantuan ATENSI dari Kemensos RI ini kami sangat berterima kasih telah mengurangi kesedihan warga kami," ujar Supendi.
Selain memberikan bantuan Atensi, tim juga memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) berupa trauma healing terhadap korban banjir yang juga seorang penyandang disabilitas ganda fisik dan intelektual. Ia adalah seorang remaja perempuan berinisial "A" berusia 15 tahun. Ibu dari "A" menuturkan mengenai kejadian saat ia tertimpa banjir. "Air banjir cepat sekali meningginya, jadi semua barang-barang saya letakkan di atas lemari, kemudian anak saya ini saya gendong karena hampir tenggelam, sekarang dia jadi takut kalau lihat ada air banyak," ujar Ibu A sambil memeragakan ketika peristiwa terjadi.
Tim juga melalukan manajemen kasus terhadap seorang remaja dengan inisial "R" yang diduga seorang penyandang autisme, ibu dari R menyampaikan bahwa kondisi banjir ini semakin memperberat keadaan R, karena biasanya sehari-hari R hanya berada di rumah dan sangat bergantung dengan bantuannya dalam aktivitas kehidupan sehari-harinya. Tim kemudian memberikan saran penanganan saat anak R mengamuk (tantrum) serta mengarahkan untuk mendapat layanan program ATENSI selanjutnya.
Kemudian tim terus melakukan manajemen kasus dan LDP terhadap warga lain yang terdampak bencana longsor.
Bagikan :