Penulis :
Humas Ditjen Rehsos
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
BEKASI (31 Januari 2021) - Pelatihan memasak yang dilaksanakan di Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi hari ini telah memasuki hari terakhir. Dirjen Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat mengungkapkan rasa bangganya atas semangat para penerima manfaat yang turut dalam pelatihan.
"Saya haru dan bangga dengan semangat teman-teman penerima manfaat yang mengikuti pelatihan memasak. Dengan inisiasi Menteri Sosial, Tri Rismaharini berkolaborasi Dengan Surabaya Hotel School (SHS), pelatihan ini berjalan lancar," ungkap Harry.
Pelatihan memasak yang diikuti oleh 30 Peserta yang terdiri dari 9 orang penerima manfaat, 9 orang Pendamping Instruktur dari Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi, 8 orang Dharma Wanita dan Istri para PPNPN, 2 orang Penerima Manfaat dan 2 orang pendamping dari Balai Karya Mulya jaya Jakarta ini telah berlangsung sejak 26 s.d 31 Januari 2021.
Harry juga mengucapkan terima kasih kepada tim SHS atas dedikasi dan perhatiannya yang tulus dan ikhlas mendampingi teman-teman penerima manfaat, sehingga di akhir pelatihan ini teman-teman sudah mempunyai keterampilan yang jauh lebih baik dalam menyajikan berbagai variasi makanan.
Tim SHS yang terdiri dari 5 instruktur ini mempunyai misi memberi pembekalan bidang kuliner dengan harapan semua peserta bisa mengembangkan materi masakan dan nilai tambahnya bisa jadi ladang usaha dan menambah 'income' para penerima manfaat.
Selama 6 hari pelatihan, berbagai variasi masakan diperkenalkan oleh para chef. "Menu yang sudah dibagi ilmunya menu dengan tema Jawa Timur. Jadi hasil kuliner berkiblat ke masakan Jatim, contoh asam pedas, lontong balap, tahu campur, soto ayam dan beberapa olahan lele yang biasa disajikan sambelan. Kami jg berikan bekal aneka sambal," tutur Joko Budi Santoso, salah satu chef andalan SHS.
Chef Joko juga mengatakan bahwa ada juga kesulitan yang dihadapi dalam melatih para penerima manfaat. "Penerima manfaat itu memandang kami praktisi, sehari-hari di hotel, jadi mereka masih canggung mau bertanya, namun hari selanjutnya mereka sudah enjoy dan bisa mengikuti materi kami," jelasnya.
Selain itu, kesulitan menyamakan istilah masakan karena peserta berasal dari beberapa daerah. Sehingga perlu waktu untuk menyatukan persepsi mengenai istilah suatu olahan.
"Tapi yang kami salut, semua peserta kooperatif, jadi apa yang kami pandu dan ajarkan itu mereka ikuti dengan sungguh-sungguh," kata Chef Joko.
Yanah, salah satu peserta pelatihan dari Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan yang diberikan Mensos kepadanya. "Saya berterima kasih kepada Bu Menteri diajak pelatihan masak ini, Saya seneng bisa nambah ilmu," ungkapnya.
Dirinya bercita-cita punya usaha lele, berbekal pengalaman dari pelatihan memasak ini. "Saya diajari masak lele asap, balado, ayam opor sampe sambel sambelan seperti sambel mangga dan nanas.Saya pengen bisa buka usaha pecel lele gitu," beber Yanah yang pernah berprofesi sebagai pekerja rumah tangga.
Hal serupa disampaikan Rina, salah satu peserta pelatihan masak dari Balai Karya Mulya Jaya Jakarta. "Saya senang ikut pelatihan ini, menambah wawasan, pengalaman, supaya bisa buka usaha sendiri. Saya juga jadi tahu memasak yang baik dan benar itu gimana," katanya.
Kemensos ingin mewujudkan warga terlantar yang bisa mandiri. "Jangan sia-siakan ilmu ini, karena Ibu Menteri juga mengatakan bahwa kedepan Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi serta balai-balai rehabilitasi sosial lainnya yang ada di seluruh Indonesia tugasnya bukan hanya memberikan pelatihan, tetapi memastikan hasil karya itu dimanfaatkan untuk meningkatkan kemandirian para penerima manfaat," pungkasnya.
Pelatihan memasak ditutup secara resmi oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat dengan ditandai penyerahan plakat kepada tim SHS. Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang beserta jajaran, Kepala Balai Karya Pangudi Luhur Bekasi dan Kepala Balai "Tan Miyat" Bekasi.
Bagikan :