Penulis :
Alek Triyono (OHH Ditjen Linjamsos)
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Intan Qonita N
PANGANDARAN (1 April 2021) - Menteri Sosial Tri Rismaharini kagum dengan keberadaan Taruna Siaga Bencana (Tagana) karena kerja mereka nyata dirasakan oleh masyarakat tanpa pamrih.
"Saya menjadi saksi bagaimana para Tagana di berbagai daerah menjadi orang yang pertama kali turun saat terjadi bencana. Mereka bekerja dalam sepi, tidak ada yang tau siapa yang bekerja, seolah tidak ada, tapi Tagana hadir nyata di masyarakat," ungkap Risma ketika memberikan arahan pada HUT Tagana ke-17 yang dipusatkan di Pantai Timur Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (31/3).
Mantan Walikota Surabaya dua periode itu mengaku setelah menjabat sebagai Menteri Sosial, ia semakin mengerti dan mamahami arti kehadiran Tagana.
"Terus terang, dulu, saya tidak begitu memperhatikan Tagana, siapa itu Tagana, bagaimana kinerjanya. Tapi, begitu saya berada di Kementerian Sosial, saya tahu betapa luar biasanya mereka. Mereka bekerja sama dengan BPBD di daerah-daerah, meskipun tanpa suara, mereka ada, meskipun itu bukan daerahnya. Mereka datang dari berbagai kota di sekitar, tanpa ada yang meminta, tanpa ada yang memerintah. Itulah Tagana yang luar biasa," tutur Mensos.
Tagana Indonesia, lanjut Mensos, membuktikan bahwa Pancasila ada di tengah masyarakat, "Tagana membuktikan bahwa dengan gotong royong, maka penyelesaian-penyelesaian masalah seberat apapun bisa diselesaikan secara gotong royong," akunya.
Meski begitu, ia tak menampik akan banyaknya pertanyaan dari masyarakat sekitar kepada dirinya mengenai kondisi Tagana itu sendiri saat terjadi bencana. "Seringkali, saya ditanya, Bu, bagaimana makannya? Bagaimana tidurnya?" katanya menyampaikan jenis pertanyaan yang kerap ia terima dari masyarakat umum.
Mensos menambahkan, seringkali ia juga melihat Tagana bekerja maksimal untuk para pengungsi mulai dari menyiapkan makanan, hingga menyiapkan tempat tidur mereka. "Tapi, kemudian, saya tanya, kamu tidur dimana? Mereka jawab nggak tau, Bu, ya nanti tidur di tempat seadanya. Lalu, saya juga ajak makan, ayo, makan sudah jam sebelas malam! Belum, Bu, belum selesai (tugasnya)," terang Risma dengan nada terharu.
Di hari jadi Tagana yang ke-17 ini, Risma mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya atas seluruh pengorbanan yang telah Tagana curahkan selama ini. Untuk itu, ia ingin membekali para Tagana dengan luasnya pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas mereka di lapangan.
"Saya ingin, dengan mengambil lokasi di Pantai Timur Pangandaran ini, mereka dilatih berenang, atau cara menyelamatkan para korban ketika terjadi bencana di air. Jadi, tolong dilatih secara sungguh-sungguh," pintanya.
Selanjutnya, ia juga mendorong kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah. "Para nelayan, yang mendominasi kawasan Pantai Timur Pangandaran, saat ini, sudah dilatih dan disiagakan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, utamanya di air. Jika kita mengembangkan kearifan lokal, seperti saat ini, dimana para nelayan dilatih, yang kemudian nanti harus diteruskan kepada seluruh warga, artinya mereka semua siap, siaga, jika nanti bencana itu terjadi.
Puncak acara HUT Tagana dihadiri oleh Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, yang kini menjabat Ketua Serikat Nelayan Tradisional, Susi Pujiastuti, Gubernur Jawa Barat, yang diwakili Kepala Dinas Sosial, Dodo Suhendar, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos), Pepen Nazaruddin, Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin, Asep Sasa Purnama, Ketua Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial (BP3S), Syahabuddin, Sekretaris Ditjen Linjamsos, Robben Rico, dan Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), M. Safii Nasution, serta jajaran pejabat di lingkungan Kemensos.
Pengukuhan 1.000 Nelayan
Dalam kesempatan yang sama, Risma juga mengukuhkan 1.000 nelayan Pangandaran menjadi Sahabat Tagana. Satu diantaranya adalah Kasnu (52), yang mengaku bahagia lantaran selama ini sudah cukup bersinergi dengan Tagana.
"Tadi adalah pengukuhan penanggulangan bencana. Kami, sebagai nelayan, merasa bahagia karena nelayan dengan Tagana itu sudah saling bersatu untuk menolong sesama apabila ada bencana (di laut). Jadi, kami, sebagai nelayan, juga siap untuk membantu Tagana," ujar Kasnu usai dikukuhkan oleh Menteri Sosial.
Menurutnya, nelayan punya ilmu berenang sehingga apabila ada kejadian di laut, mereka bisa evakuasi ke tempat yang lebih aman. "Kita amankan dengan alat seadanya, menggunakan pelampung sambil berenang. Setelah itu, kalau korban membutuhkan pertolongan lebih, ya kita berikan pertolongan. Tadi, kami juga mendapatkan simbolis bantuan berupa dayung untuk alat bantu perahu karet, karena di sini belum ada perahu karet," tutur nelayan Pangandaran ini.
Sementara itu, dalam laporannya, Direktur Jenderal Linjamsos, Pepen Nazaruddin, menyampaikan para pemenang perlombaan kecakapan Tagana, "Kegiatan ini dilaksanakan secara online di tempat kedudukan masing-masing dengan mengangkat Keposkoan, Logisitk, Dapur Umum, Layanan Dukungan Psikososial (LDP) dan Shelter sebagai tema perlombaan," papar Dirjen.
Selain itu, ditambahkan Pepen, ada kegiatan lain yang dilaksanakan secara offline di Kawasan Cagar Alam Pangandaran dengan melibatkan perwakilan Tagana Provinsi seluruh Indonesia yang hadir yaitu Water Rescue, Vertical Rescue dan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD).
"Adapun yang menjadi penilaian adalah pengetahuan dan keterampilan," tandasnya.
Bagikan :