PALU (11 Februari 2021) - Kondisi disabilitas intelektual yang down syndrome, grahita dan lambat belajar sudah tentu sulit bagi mereka mengakses pendidikan yang lebih tinggi, terlebih mendapatkan pekerjaan. Dampaknya, lingkaran kemiskinan semakin enggan terputus dari disabilitas intelektual akibat kurangnya akses mendapatkan keterampilan dan dukungan yang diperoleh disabilitas intelektual.
Menyadari keterbatasan dan diskriminasi yang dialami disabilitas intelektual mendorong Balai Disabilitas "Nipotowe" Palu, sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Sosial RI, terus berinovasi memberikan terapi agar disabilitas intelektual berdaya dan mampu menghidupi dirinya dan keluarga.
Masih pada bulan yang sama, Balai Disabilitas "Nipotowe" di Palu lagi-lagi berinovasi mengembangkan kewirausahaan Ecoprint bagi disabilitas intelektual, setelah sebelumnya memberikan pelatihan kewirausahaan terapi Daur Ulang Kertas.
Ecoprint berasal dari kata Eco / ekosistem (alam) dan print yang artinya mencetak. Ecoprint merupakan seni/tehnik memindahkan tanin daun / bunga ke permukaan kain atau kertas.
"Ecoprint ini menjadi solusi bagi mereka agar disabilitas intelektual bisa mandiri dan mendapatkan penghasilan yang layak karena kualitasnya bagus," ujar Syaiful.
Bagi kalangan ekonomi menengah ke atas dan dunia fashion, ecoprint sangat diminati karena keunikan kain motifnya dan proses produksi yang ramah lingkungan. Tak heran bahwa hasil ecoprint saat ini sangat ekslusif dan harganya mahal.
"Tentunya dimana ada kualitas, ada harganya, dan ini yang akan mendorong perekonomian disabilitas intelektual, agar terlepas dari lingkaran kemiskinan," jelas Syaiful.
Syaiful Samad antusias melihat hasil pelatihan ecoprint yang dilaksanakan di Balai Nipotowe selama 2 hari (9-10 Februari 2021), bahkan sudah menunjukkan kualitas yang layak dipasarkan. Dia berencana ecoprint ini akan menjadi ikon usaha disabilitas intelektual di Sulawesi Tengah.
"Ecoprint ini kita laksanakan karena bahannya mudah didapatkan, mudah dilakukan dan ramah lingkungan. Karena itu, Ecoprint ini akan menjadi ikon usaha disabilitas intelektual di Sulawesi Tengah," ujar Syaiful.
Arini Soewarli sebagai narasumber pelatihan Ecoprint, yang juga sehari-hari bergelut dalam dunia Healthy Food Product, serta aktivis pemberdayaan dan anti diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (ODHIV),mengaku sangat terkejut melihat hasil karya ecoprint yang dibuat oleh peserta yang dilatihnya di Balai "Nipotowe".
"Ada 30 orang peserta yang dilatih dan semuanya antusias belajar. Saya puas melihat hasil karya ecoprint yang dibuat peserta," kata Arini.
Arini Soewarli menerangkan bahwa ecoprint ini dibuat dengan mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat dari alam sekitar. Bahan-bahan yang digunakan berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting, yang banyak terdapat di lingkungan sekitar disabilitas. Prosesnya juga tidak sulit dilakukan oleh disabilitas intelektual.
"Proses produksi ecoprint sangat mudah, dan sederhana karena dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar, sehingga mampu dilaksanakan oleh disabilitas intelektual," jelas Arini Soewarli.
Dia juga mengatakan bahwa ecoprint dapat mendongkrak perekonomian disabilitas intelektual karena kain ecoprint mahal harganya.
"Hasil ecoprint itu harganya ratusan ribu, bahkan ada yang jutaan, karena teknik pewarnaan dan motifnya menciptakan visual yang unik dan menarik. Selain nilai jualnya yang mahal, ecoprint tidak menimbulkan permasalahan lainnya, dan tidak mewarisi pencemaran lingkungan," tambah Arini Soewarli.
Arini Soewarli yang awalnya menjadikan ecoprint sebagai hobi namun justru akhirnya berpengalaman dalam mengetahui jenis-jenis tanaman dan daun yang memiliki tunning yang kuat untuk digunakan sebagai bahan ecoprint. Melalui keahliannya tersebut, Arini Soewarli banyak membantu orang-orang yang sering mengalami diskriminasi dalam mendapatkan pekerjaan melalui kegiatan pemberdayaan ecoprint.
"Saya berharap disabilitas intelektual mampu melewati stigma dan diskriminasi melalui kewirausahaan ecoprint ini, karena itulah alasan saya mau datang melatih," harap Arini. Dia juga mendorong peserta terus bereksplorasi dengan bahan-bahan alam di sekitar tanpa mendatangkan bahan dari luar daerah.
Penulis :
Humas Balai Disabilitas Nipotowe Palu
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Intan Qonita N
Bagikan :