Penguatan Orang Tua dalam Pengasuhan Disabilitas Intelektual
Penulis :
Humas BRSPDI "Nipotowe" Palu
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Yusa Maliki; Karlina Irsalyana
AMBON (8 November 2019) - Kemitraan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BRSPDI) "Nipotowe" Palu dengan Dinas Sosial Provinsi Maluku dilakukan secara komprehensif dimana peserta pelatihan menyasar pada penyandang disabilitas Intelektual, orang tua dan pendamping.
Hal ini penting karena pengasuhan penyandang disabilitas intelektual yang utama berada dalam keluarga. Sedangkan panti atau lembaga rehabilitasi sosial merupakan lembaga pendukung untuk meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas intelektual memiliki batas waktu pelayanan.
"Pelayanan di lembaga sifatnya sementara. Sedangkan pengasuhan penyandang disabilitas lebih banyak waktunya dalam keluarga. Oleh karena itu, kita perlu saling mendukung satu sama lain dan berbagi pengalaman melalui pelatihan ini agar kita tahu bagaimana memberikan pengasuhan yang terbaik bagi penyandang disabilitas intelektual," ujar Doppy, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dinas Sosial Provinsi Maluku di hadapan orang tua penyandang disabilitas.
Materi pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang disabilitas intelektual, penyebab dan karakteristik disabilitas intelektual, keterampilan pengasuhan disabilitas intelektual dan termasuk pengenalan lembaga-lembaga, balai maupun LKS (Lembaga Kesejahteraan Sosial) yang dapat diakses orang tua untuk meningkatkan kemandirian penyandang disabillitas intelektual.
"Latihan kemandirian anak penyandang disabilitas intelektual sebaiknya dilakukan sejak usia dini, terutama keterampilan dasar seperti mandi cuci kakus, makan, melipat pakaian, dan sebagainya. Meskipun mereka mengalami keterbatasan, tetapi sangat penting untuk melatih mereka mandiri dan mengurangi beban keluarga," jelas M. Ichsan Nur, Penyuluh Sosial BRSPDI "Nipotowe" Palu.
Pada sesi pelatihan, peserta berdiskusi mengenali tanda-tanda anak mengalami disabilitas intelektual dan upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan masyarakat dalam mendukung kemandirian penyandang disabilitas intelektual.
"Beta (saya) punya anak sangat suka menyanyi. Dia juga ingin sekali sekolah. Jadi beta sebagai orang tua berupaya mendukung kebutuhannya. Beta kasih masuk sekolah di SLB dan dukung dia menyanyi," ujar Yudith, salah satu peserta ketika diminta berbagi pengalaman.
"Kita sebagai orang tua juga perlu mendukung agar anak penyandang disabilitas intelektual dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana anak itu berada," tambah Melvin, peserta pelatihan.
Perlu adanya forum antar orang tua anak penyandang disabilitas intelektual seperti ini agar bisa saling berbagi pengalaman serta berbagi solusi pemecahan masalah setiap anak.
Bagikan :