Produk Khas Makassar Karya Warga Rentan Meriahkan Bazar Online

  • Produk Khas Makassar Karya Warga Rentan Meriahkan Bazar Online
  • 16835982852062
  • 16835982818285

Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
Ria Fakhriah
Penerjemah :
Intan Qonita N

JAKARTA (6 Mei 2023) - Bazar online program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) menampilkan beragam produk lokal khas Sulawesi Selatan, seperti baju batik corak khas Bugis Makassar, baju pesta, jilbab sibori, tas pesta, kain ecoprint, totebag ecoprint, kaos ecoprint, lampu hias, songkok pamiring dari pelepah daun lontar, aneka kripik (buah naga, daun jeruk, daun kelor), kue baruasa, dan kue putu kacang.

Kegiatan bazar online PENA itu digelar oleh Kementerian Sosial melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Makassar bersama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sentra Wirajaya di Makassar.

Untuk memperkenalkan dan menawarkan produk, dilakukan promosi secara online dipandu oleh pendamping SKA di masing-masing Satuan Kerja (Satker), yaitu Herni sebagai pendamping SKA dari BBPPKS Makassar dan Hasni pendamping SKA dari Sentra Wirajaya Makassar.

Berbagai produk lokal yang dijual merupakan hasil kreasi dari kelompok rentan, seperti penyandang disabilitas yang menjadi Penerima Manfaat (PM) dan eks PM Sentra Wirajaya, juga karya Keluarga Penerima Manfaat (KPM) alumni pelatihan pemberdayaan masyarakat di BBPPKS Makassar.

Kepala BBPPKS Makassar yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sentra Wirajaya di Makassar Anna Puspasari mengapresiasi bazar online PENA sebagai wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mempromosikan karya-karya dari warga kelompok rentan. 

“Bazar online ini jadi momentum menegaskan Kemensos hadir di tengah  masyarakat, khususnya dari kelompok rentan,” ujar Anna Puspasari di Sentra Kreasi Atensi (SKA) Sentra Wirajaya di Makassar, Sabtu (6/5/23).

Salah seorang warga, Yayat yang tengah mengunjungi cafe SKA di Sentra Wirajaya turut mengapresiasi kegiatan bazar online yang bisa direplikasi di tempat-tempat nongkrong lainnya di Kota Makassar. 

“Pada umumnya, cafe dan warkop berorientasi profit, tetapi kepedulian untuk hasil karya warga kelompok rentan membutuhkan strategi dan pangsa pasar yang mesti diperhatikan dan dibantu semua pihak,” ungkap Yayat.

Bagikan :