Semangat Tak Terpatahkan Anak-Anak KPM PKH Hulu Sungai Selatan
Penulis :
Ria Desy S
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Dimas Puguh; Karlina Irsalyana
HULU SUNGAI SELATAN (16 Desember 2019) - "Dulu, keluarga orangtua saya sering bilang buat apa menari, tidak bisa membuatmu sukses. Apalagi setiap latihan selalu pulang malam, tidak baik untuk anak perempuan," ujar Annisa (16) dengan mata berkaca-kaca.
Siswi kelas 12 SMKN 1 Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) ini adalah salah satu anak KPM PKH Berprestasi. Ibunya adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harpan (PKH) yang disalurkan oleh Kementerian Sosial RI. Hari ini, Senin (16/12), ia hadir dalam acara penyambutan Tim Ekspedisi Lintas Batas Kesetiakawanan Sosial (LBKS) Lintas Banua Bergerak.
Annisa mendapatkan penghargaan dari Kementerian Sosial atas ketekunan dan semangatnya dalam seni tari, serta menginspirasi bagi anak-anak KPM PKH lainnya untuk berprestasi.
Selain Annisa, ada Riyadi Saputra (14) dan Misnawati (14) yang juga mendapatkan penghargaan. Riyadi bersama tim keseniannya menjadi juara dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Ia kemudian melanjutkan prestasinya menjadi wakil Kalsel dalam kejuaraan serupa di tingkat nasional. Adapun Misnawati meraih juara III Olimpiade Sains Mata Pelajaran Matematika Tingkat Kabupaten HSS Tahun 2019.
Penghargaan untuk ketiganya diserahkan dalam seremonial penyambutan Tim Ekspedisi LBKS Etape Ketiga, di Lapangan HSS. Piagam penghargaan dan hadiah berupa uang tabungan diserahkan oleh Menteri Sosial Juliari Batubara melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin (PFM), Nurul Farijati disaksikan Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor dan Bupati HSS, Achmad Fikry.
"Awalnya, saya sering menangis karena hobi menari saya mendapat tentangan. Tapi bersyukur ibu saya mengizinkan dan Alhamdulillah, dari menari saya bisa menyisihkan uang untuk ibu," tutur anak ketiga dari lima bersaudara ini.
Dari sederetan prestasinya di bidang tari, Annisa mengaku sangat terkesan saat mengikuti Pawai Budaya Nusantara mewakili Provinsi Kalsel di Jakarta tahun 2019. Saat itu, timnya meraih juara harapan I.
"Acaranya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Itu untuk pertama kalinya saya ke tempat itu. Sungguh, pengalaman yang luar biasa," kata perempuan yang belajar tari di sekolah sejak kelas empat SD ini.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK di Kabupaten HSS Arin Ika Puspitaningsih (39) mengatakan dalam dua tahun terakhir siswa-siswi SMKN 1 Kandangan terus menorehkan prestasi sebagai wakil Provinsi Kalsel dalam ajang FLS2N ke tingkat nasional. Annisa adalah salah satu dari tim yang berangkat ke festival tingkat nasional tersebut.
"Untuk kesenian tari, anak-anak HSS memang sangat menonjol. Beberapa tahun ini dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK selalu berhasil mewakili Kalsel ke tingkat nasional," tuturnya bangga.
Kepala Sekolah SMKN 1 Loksado HSS ini mengatakan kesenian tari adalah akar budaya masyarakat setempat dan telah menjadi bagian dari keseharian.
"Talenta-talenta muda ini juga didukung oleh pemerintah daerah, dalam hal ini Bapak Bupati HSS. Dukungan moril dan materiil bagi anak-anak sangat penting sehingga mereka termotivasi berangkat mengikuti berbagai kompetisi di tingkat nasional," terangnya.
Terus Bersekolah
Tak jauh beda dengan Annisa, Misnawati juga mengalami tantangan dari keluarga saat mengetahui ia bercita-cita terus sekolah dan mengukir prestasi.
"Banyak orang bilang buat apa sekolah. Apa iya bisa sukses, apa yang buat bayar sekolah. Kondisi orang tua kan pas-pasan (ekonominya)," kata anak ketiga dari enam bersaudara ini.
Misnawati menghabiskan waktunya di luar sekolah untuk menjaga adik-adiknya dan belajar mata pelajaran di sekolah. Matematika adalah salah satu pelajaran favoritnya.
"Saya menjaga adik karena ibu jualan kue keliling. Bapak dan kakak merawat bebek-bebek di kandang," katanya.
Bagi Misnawati, kondisi ekonomi yang pas-pasan bukan halangan untuk beprestasi. Cemoohan orang atas pilihannya untuk terus bersekolah justru menjadi penyemangat diri. Ia juga bersyukur ibunya mendapat bantuan sosial (bansos) PKH. Bantuan itu bisa digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah dan seragamnya.
"Alhamdulillah, ada PKH, jadi keperluan untuk sekolah bisa diambil dari uang itu. Hasil jualan kue untuk kebutuhan makan sehari-hari," katanya.
Dalam pesannya, Menteri Sosial, Juliari P. Batubara mengungkapkan semangat anak-anak untuk terus berprestasi harus didukung. Mereka adalah generasi muda yang kelak akan membawa perubahan dalam kehidupan keluarganya.
"Jadi, pemerintah tidak hanya sekedar menyusun program kerja atau program sosial, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kemiskinan itu tidak ditransfer ke generasi berikutnya,” katanya.
Selanjutnya, Menteri, yang akrab disapa Ari, meminta masyarakat turut mendukung program Kemensos dalam bidang pemberdayaan masyarakat sehingga dalam kurun waktu tertentu masyarakat prasejahtera dapat berdaya dan mandiri secara ekonomi.
"Kemensos akan terus aktif membantu masyarakat prasejahtera yang berkeinginan mempunyai usaha. Ke depan, kami telah siapkan program-program pemberdayaan ekonomi dan pendampingan bagi mereka," katanya.
Untuk diketahui, PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga prasejahtera yang ditetapkan sebagai KPM PKH. Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di sekitar mereka. Manfaat PKH juga mulai didorong untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi.
Melalui PKH, keluarga prasejahtera didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.
LBKS adalah salah satu rangkaian kegiatan menjelang puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) 2019 yang jatuh pada 20 Desember 2019. Tim ekpedisi LBKS menempuh enam etape secara estafet dimulai pada tanggal 14 Desember hingga 19 Desember 2019 dengan rute Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, dan berakhir di Kota Banjarmasin. Dalam pelaksanaan LBKS tahun 2019, Kementerian Sosial menghadirkan Anak Berprestasi dan KPM Graduasi Sejahtera Mandiri di setiap etape.
Bagikan :