Tega! Gadis Disabilitas Dicabuli 3 Pria di Pandeglang, Kemensos Hadir Berikan Dukungan Psikososial
PANDEGLANG (18 Mei 2021) - Kemensos melalui Balai Ciungwanara memberikan Dukungan Psikososial
kepada anak dibawah umur penyandang disabilitas intelektual yang menjadi korban
pencabulan 3 (tiga) orang pria di Pandeglang Banten.
Sesuai
arahan Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat, Balai Ciungwanara
menerjunkan dua orang petugas untuk melakukan respon kasus berupa dukungan
psikososial dan asesmen kepada anak disabilitas tersebut setelah berita tentang
pencabulan itu muncul di media massa.
Tim yang
terdiri dari Pekerja Sosial dan Okupasi Terapis berkoordinasi dengan Kepala
Dinas Sosial Kabupaten Pandeglang Nuriyah, Kabid Rehabilitasi sosial Santosa
Urip dan Tata wijaya selaku Kasi Disabilitas. Nuriyah menjelaskan bahwa
kejadian yang menimpa anak dibawah umur yang juga penyandang disabilitas ini
telah ditangani oleh Dinas Sosial dengan pendampingan dan pengawalan proses
hukum bagi “SL”(bukan nama sebenarnya).
"Kami
ucapkan terima kasih kepada Kementerian Sosial melalui Balai Ciungwanara Bogor
atas perhatian dan respon cepat tanggapnya terhadap kasus ini. Kita kerjasama
untuk menanganinya. Kami akan terus mengawal hingga kasus persidangan selesai,
agar hak-hak dari penyandang disabilitas tersebut tetap terjaga," tutur
Nuriyah.
Nila
Restu, Pekerja Sosial Balai Disabilitas Ciungwanara pun menyampaikan maksud dan
tujuan kedatangan tim. "Berdasarkan arahan dari kepala Balai Ciungwanara,
tujuan respon kasus yang kami lakukan ini yaitu untuk memberikan layanan
dukungan psikososial guna menyembuhkan luka psikis akibat kejadian pemerkosaan
yang dialaminya. Selain itu kami juga akan melakukan asesmen dalam rangka
memberikan Layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI)," ujar Nila.
Tim
kemudian langsung menuju Polres Pandeglang untuk menemui “SL” yang tengah menjalani
pemeriksaan oleh petugas kepolisian. Annisa yang merupakan Okupasi
Terapis Balai Ciungwanara kemudian memberikan terapi psikodinamik kepada SL
untuk menggali emosi dan perasaannya.
"Meski
terlihat baik-baik saja dan dapat tersenyum ceria ternyata saat digali
perasaannya ia memiliki trauma yang cukup dalam dan ketakutan pada tempat -
tempat peristiwa tersebut terjadi. “SL” mampu mengungkapkan bagaimana, berapa kali
dan siapa saja pelakunya. “SL” juga menunjukkan ekspresi kesedihan saat
menceritakan ibunya yang tidak dapat berbuat apa-apa saat hal buruk tersebut
menimpanya," jelas Annisa.
Pekerja
sosial juga kemudian memberikan layanan dukungan psikosial kepada “SL” berupa pemberian motivasi
dan penguatan positif kepada keluarga korban.
"SL
saya motivasi untuk dapat meraih cita-citanya yang ingin menjadi seorang
pelukis. Dan saya ajarkan area tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain
serta kami tanamkan agar SL dapat melapor ke tante atau pak RT di dekat
rumahnya bila ada yang melakukan hal tersebut padanya. Diketahui bahwa ibu
korban juga seorang penyandang disabilitas rungu wicara dan intelektual,
sehingga tidak memilki daya untuk membela anaknya," tutur Nila selaku
pekerja sosial.
Perbuatan
keji tersebut telah terjadi belasan kali sejak bulan Maret 2021. Hal yang sangat miris adalah bahwa
pelakunya merupakan orang terdekat korban. Mereka adalah ayah, paman, dan tetangga
korban.
“Saya
sudah curiga sejak SL tiba-tiba menangis saat bertemu saya, saat saya tanya ia
menceritakan perilaku keji bapak, paman dan tetangganya itu dan bagaimana
mereka mengancam akan membunuh dan memukuli SL. Mendengar cerita itu kemudian saya
langsung melaporkan kejadian itu ke Pak RT dan polisi,” tutur YM selaku tante
SL.
Tim
kemudian melakukan temu bahas kasus dengan pihak dari Dinsos Kabupaten
Pandeglang serta Pendamping Penyandang Disabilitas, mengenai tindak lanjut
layanan ATENSI bagi SL agar ia tidak patah semangat dan mampu menggali bakatnya
untuk mencapai kemandirian baik secara sosial maupun finansial.
Tindak
lanjut dari respon kasus SL yaitu pekerja sosial akan merekomendasikan layanan
ATENSI berbasis residensial bagi SL setelah proses hukum selesai. Layanan ini
bertujuan agar SL dapat secara perlahan menghapus trauma yang dialaminya serta
untuk menggali dan mengembangkan potensinya.