Penulis :
Alif Mufida U
Editor :
Alek Triyono; Intan Qonita N
Penerjemah :
Alif Mufida U
SENTUL (23 Oktober 2019) - Kementerian Sosial meningkatkan kemampuan Tagana dengan memberikan keterampilan khusus kepada Tagana yang telah memiliki pengalaman dalam penanggulangan bencana. Sebanyak 78 Tagana dari seluruh Indonesia dilatih dalam rangka penjenjangan ke tingkat Madya dan Utama.
"Tagana Utama adalah mereka yang mempunyai keterampilan khusus serta telah berpengalaman dalam penanggulangan bencana, baik regional maupun nasional", kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Harry Hikmat, di Sentul, Bogor (23/10).
Lebih lanjut, Dirjen menjelaskan bahwa Kementerian Sosial telah menyiapkan prospek ke depan terhadap para personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk jenjang Utama dan Madya.
Melihat kondisi Negara Indonesia yang rawan bencana, hal ini telah mendorong Kementerian Sosial sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas perlindungan sosial korban bencana alam, baik di tingkat nasional maupun Provinsi ataupun Kabupaten/Kota.
Dengan kejadian bencana yang terus terjadi, dalam meresponnya, Kementerian Sosial tidak ingin terus bertumpu pada pejabat struktural saja karena pemerintah, terutama di daerah, memiliki keterbatasan dalam aspek sumber daya manusia (SDM) yang secara khusus menangani bencana.
Sehubungan dengan hal tersebut, lanjut Harry, maka Kementerian Sosial akan sangat bertumpu pada peran orang-orang yang memiliki kompetensi seperti Tagana, baik Tagana Utama maupun Madya. Keduanya berperan penting dalam hal penanganan bencana di Indonesia.
"Program penjenjangan Tagana Utama ini merupakan pertama kali sejak lima belas tahun Tagana lahir pada 2004 lalu, sehingga Kementerian Sosial masih mencari format yang tepat untuk ke depannya, sedangkan desainnya sudah ada", ujar Dirjen pada pembukaan kegiatan Penjenjangan Tagana Utama dan Tagana Madya yang berlangsung di Tagana Training Center, Sentul, Bogor.
Berbeda dari basis kerelawanan sosial pada umumnya yang bersifat temporer, Tagana Utama dan Tagana Madya merupakan sebuah wujud konsistensi Kementerian Sosial dalam upaya penanggulangan bencana yang sudah berbasis sistem.
Ini harus dipahami sebagai sebuah sistem, tidak hanya berbasis kerelawanan sosial yang sifatnya temporer. Mereka belum sampai pada konteks penanggulangan berbasis sistem.
"Untuk itu, kita perlu orang-orang berpengalaman yang memiliki kompetensi di lapangan. Kehadiran Tagana Utama menjadi penting betapa kita harus menyiapkan situasi bencana yang mampu merespon secara cepat. Hal inilah yang mendorong diadakannya Penjenjangan Tagana Madya dan Tagana Utama", terang Dirjen.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Rachmat Koesnadi mengatakan bahwa Penjenjangan Tagana Utama dan Tagana Madya memiliki empat tujuan. Pertama, untuk membentuk Tagana yang memiliki kemampuan konseptual, manajerial, teknis dan sosial. Kedua, membentuk Tagana yang memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan.
Tujuan yang ketiga adalah untuk membentuk Tagana yang memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan. Dan tujuan keempat adalah terbentuknya Tagana yang siap menjadi koordinator penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.
Berbagai harapan setelah mengikuti penjenjangan Tagana agar mereka bisa menjadi motivator bagi anggota Tagana yang lain.
"Kita diharapkan dapat menjadi motivator bagi teman-teman Tagana yang masih berada pada jenjang Tagana Madya dengan tidak terlepas dari aktifitas utama sebagai relawan taruna siaga bencana", ungkap Tagana Utama asal Sulawesi Utara, Reisja Tidajoh.
Selain itu, Reisja juga berharap agar apa yang dirancang pada saat pelaksanaan penjenjangan dapat terealisasi ke depan untuk Tagana itu sendiri.
Sementara Tagana Utama asal Jawa Barat, Dadang Wahidin, mengungkapkan harapannya setelah dirinya dilatih menjadi Tagana Utama. "Saya sudah berkiprah sebagai anggota Tagana sejak 2006, melalui penjenjangan ini, saya ingin menambah kapasitas saya sehingga saya dapat lebih bermanfaat lagi dalam hal penanganan bencana di Indonesia", ungkapnya.
Bagikan :