PENAJAM PASER UTARA (28 Agustus 2023) – Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) terbukti membawa manfaat bagi pelaku usaha kecil. Bantuan peralatan yang diterima peserta program PENA di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kartiah, membuat omsetnya meningkat.

Kartiah bergabung dalam program PENA sejak tahun 2022. Ia menerima bantuan peralatan berupa alat produksi, yaitu mesin perajang dan pengupas kentang. Sebelum menerima alat, butuh waktu lama bagi Kartiah untuk mengupas dan merajang kentang.

Otomatis perputaran bisnisnya lambat. Hal ini berimbas pada perputaran modalnya yang juga menjadi lambat. “Alhamdulillah, saya mendapatkan bantuan PENA berupa alat bantu produksi terdiri dari pengupas dan perajang kentang. Dengan alat itu, lebih cepat mengupas dan merajang. Jadi produksi lebih cepat sekarang,” ungkap perempuan 45 tahun itu.

Efek positif juga dirasakan dalam mengais pendapatan. Dengan cara manual, tanpa alat dari bantuan PENA, Kartiah mampu meraup Rp4 juta/bulan. “Sekarang, sudah ada alat bantu yaitu alat produksi dari bantuan PENA, Alhamdulillah meningkat. Penghasilan saya bisa mencapai Rp4-6 juta, bahkan lebih perbulannya,” kata warga Kelurahan Sotek RT 001, Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU itu.

Dengan usaha yang terus menanjak, Kartiah siap graduasi dari bantuan sosial (bansos) yang selama ini dia terima dari Kemesos. “Bantuan alat membuat volume produksi meningkat dan mengurangi waktu pekerjaan. Insya Allah, saya siap graduasi dari bansos,” katanya.

Usaha makanan ringan sudah dijalani Kartiah sejak tahun 2021 dengan brand “Yusy Food”. Selain kentang, ada juga beberapa makanan ringan lainnya yang diproduksi. “Tidak hanya kentang mustofa, ada beberapa makanan lainnya, yaitu kacang bawang, telur gabus keju dan akar kelapa,” kata Kartiah sambil memperlihatkan beberapa hasil olahan produk makanan ringannya.

Kartiah, selaku pemilik brand "Yusy Food", lebih memilih kentang mustofa untuk ditonjolkan dalam promosinya dibanding makanan ringan lainnya.

“Yang lebih saya tonjolkan dan saya promosikan itu kentang mustofa karena produk ini banyak diminati. Selain bisa dikonsumi sebagai makanan ringan, kentang mustofa juga bisa dikonsumsi sebagai lauk makanan,” kata Kartiah.

Dalam menjalankan usaha makanan ringannya, ibu satu anak ini mempunyai kendala yaitu keterbatasan kemampuannya dalam melakukan pemasaran produk. Keterbatasan kemampuan, ia anggap sebagai bagian alami dari pengalaman setiap orang dan keterbatasan ini dapat membantunya mengelola harapan, mengembangkan strategi yang lebih bijaksana, dan menemukan cara untuk tetap maju dengan tantangan yang ada.

Sebagai wujud nyata dengan keterbatasan tersebut, Kartiah tetap memaksimalkan apa yang ia mampu lakukan dalam memasarkan hasil olahan makanannya.

“Kendala yang saya hadapi dalam melakoni usaha makanan ringan ini adalah pemasaran. Kalau produksinya, Alhamdulillah bisa. Karena saya kurang bisa memasarkan secara online gitu, jadi ala kadarnya di WhatsApp. Kalau lagi produksi, saya buat status, nanti ada beberapa yang sudah terbiasa nyicip, suka order,” tandasnya.

Selain pemasarannya melalui status WhatsApp, olahan kentang mustofa juga ia distrubusikan ke warung-warung terdekat.

“Saat ini , untuk pemasarannya masih sekitar wilayah Kecamatan Penajam. Saya titip-titipkan di warung. Selebihnya, ada yang kontak atau pesan langsung karena tertera nomor saya pada kemasan, beberapa pembeli menghubungi saya, order lagi minimal 500 gram, bahkan sampai ada yang 1-2kg,” ungkap Kartiah.

Untuk mendorong produknya laku di pasaran, Kartiah berusaha untuk mempunyai izin usaha terkait olahan yang diproduksinya. Perizinan yang sudah diperoleh yaitu Nomor Induk Berusaha (NIB). Selain perizinan, ia juga sudah memproleh sertifikasi halal.

“Untuk izin Pelaku Usaha dan Industri Rumah Tangga (PIRT), sedang dalam proses karena PIRT syaratnya harus satu tahun berjalan, baru proses mengurus. Saat ini, sedang mengurus, tinggal nunggu terbit. Selain itu, saya sudah mengurus sertifikasi halal dan Alhamdulillah, per hari ini, sudah terbit sertifikatnya,” katanya.

Ia merasa senang dan terharu atas bantuan PENA yang diterimanya. Hal ini menjadi bukti bahwa ada yang memperhatikan usahanya dan berharap usahanya bisa bertahan dan berkembang, serta produknya bisa bersaing dengan produk luar.

“Saya berharap usaha ini bisa bertahan dan berkembang, apalagi yang sudah kita ketahui bersama, di PPU, ke depan akan ada IKN. Semoga apa yang saya produksi mampu bersaing dengan produk-produk dari luar. Jangan sampai produk asli PPU kalah saing. Mudah-mudahan ke depannya bisa unggul seperti produk-produk lainnya,” katanya.