MAUMERE (21 APRIL 2023) – Daun kelor dapat kita temukan dengan mudah di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Maumere Kabupaten Sikka. Masyarakat setempat memanfaatkan daun kelor untuk dikonsumsi sebagai sayur pendamping nasi.

Belakangan, melimpahnya daun kelor di Maumere menjadi peluang bagi masyarakat untuk diolah menjadi produk yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Salah satu inisiator usaha tersebut adalah Wenefrida Efodia Susilowati. Bersama dengan Komunitas Disabilitas Merdeka Maumere, wanita yang akrab disapa Susi itu merintis usaha pengolahan daun kelor di homestay yang dikelolanya.

“Tahun 2015 kami ketemu Pak Presiden Jokowi. Beliau menyampaikan untuk tanam pohon kelor. Dari situ kami coba olah, tapi masih teh bentuk daun,” kata Susi saat dihubungi via telpon, Rabu (19/4).

Susi dan teman-teman disabilitas lain hanya mampu membuat satu jenis produk dan kesulitan dalam pemasaran karena kurangnya pengetahuan dan alat untuk memproduksi olahan kelor. Beruntung, Komunitas Disabilitas Merdeka bertemu dengan Menteri Sosial Tri Rismaharini saat kunjungan kerjanya di Ende dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila pada Juni 2022 lalu.

“Kami kirim surat, salah satunya minta keadilan penerapan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 yang mempekerjakan paling sedikit 1% penyandang disabilitas,” kata perempuan 51 tahun ini.

Tak lama setelah mengirim surat, Susi mengaku komunitasnya didatangi oleh Tim Kementerian Sosial dari Sentra Efata Kupang yang melakukan asesmen. Tindak lanjutnya, sebanyak 20 orang disabilitas menerima pelatihan yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta menggandeng LPK Karya Misi Keuskupan Maumere dan bekerja sama dengan Dinas Sosial Sikka. Pelatihan ini berlangsung pada 15 – 17 Agustus 2022. 

Pelatihan berfokus pada teknik membuat teh dari olahan daun kelor seperti memproses daun kelor kering menjadi bubuk dengan blender, mengayak, membungkus daun kelor ke dalam tea bag, serta memasang benang. Peserta juga mendapatkan teori tentang manfaat daun kelor, pembukuan usaha, dan membuat olahan kue daun kelor.

Selain itu, disabilitas peserta pelatihan juga mendapatkan coaching dari Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) untuk meningkatkan nilai jual produk. “Tanggal 17 (Agustus) ada pelatihan dari PENA tentang packaging, pemasaran, serta cara membuat foto. Kayak angle mana yang harus diambil,” terangnya.

Pada Oktober 2022 masing-masing peserta pelatihan mendapatkan paket bantuan ATENSI Kewirausahaan dari Sentra Efata Kupang. Paket ini berupa alat dan bahan untuk memproduksi olahan kelor yang terdiri dari rak pengering, manual heat sealer machine, blender, kassa teh kelor, dan alat lainnya. Sedangkan bantuan tahap kedua merupakan bantuan kelompok yang terdiri dari oven, kipas angin, termos nasi, kompor dan tabung gas dengan nilai bantuan Rp20 juta. 

Pelatihan dan bantuan kewirausahaan tak disia-siakan oleh para peserta. Pasca mendapatkan pelatihan dan bantuan, mereka mampu memproduksi berbagai jenis olahan daun kelor. Misalnya tim bentukan Susi yang beranggotakan enam orang penyandang disabilitas. Tim yang diberi nama Tim Kelor Disabilitas Merdeka ini memiliki setidaknya lima jenis produk kelor. 

“Ada teh bubuk kelor, teh celup, teh daun kelor, minuman sehat daun kelor, dan kapsul,” katanya.

Produk tim besutan Susi diberi nama Moringa Left Hand atau Kelor Tangan Kiri dan dijual dengan harga beragam. Teh bubuk kelor dijual dengan harga Rp50 ribu – Rp100 ribu, teh celup Rp20 ribu – Rp40 ribu, teh daun kelor Rp25 ribu – Rp50 ribu, dan minuman sehat campuran daun kelor, jahe, dan jeruk dijual dengan harga Rp100 ribu. Selain produk yang disebutkan, Susi sedang memproses ijin untuk produk kapsul. 

Dipromosikan Mensos dan Diminati Turis Asing

Saat kunjungan kerja Mensos ke Sikka pada Februari 2023 lalu, Mensos sempat mempromosikan produk olahan daun kelor karya Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere. Menurut Mensos, ia aktif mengkonsumsi teh kelor karena mengandung antioksidan tinggi. Mensos merekomendasikan masyarakat untuk rutin menyantap olahan kelor dan dapat membeli produk kelor dari Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere.

“Setelah dipromosikan Ibu Menteri, kami dapat banyak pesanan dari pulau Jawa. Dari Surabaya, Bandung, Jakarta, dan dari daerah lain,” ungkap Susi.

Produk Moringa Left Hand tidak hanya diminati oleh masyarakat di dalam negeri, namun juga menjangkau wisatawan asing. Menurut Susi, produk kelor buatannya lebih banyak dibeli oleh wisatawan asing yang datang ke Sikka.  “Yang beli kebanyakan turis asing. Ada dari Belanda, Amerika, Inggris, dan negara lain” kata Susi.

Bagi Susi, produksi kelor oleh penyandang disabilitas tidak hanya soal usaha meningkatkan kesejahteraan, tapi pada peran penyandang disabilitas dalam menciptakan produk kesehatan yang diminati dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakt global. “Melalui daun kelor, kami telah ikut serta berbagi kesehatan dengan masyarakat dunia,” ucapnya penuh rasa optimis.

Berhasil Tingkatkan Inklusifitas

Susi mengatakan banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak sehingga mereka tidak memiliki ketrampilan yang mengakibatkan mereka tidak bekerja. Kondisi ini memaksa mereka berdiam diri di rumah dan dianggap beban keluarga. Hal ini bertolak belakang dengan semangat inklusi yang sedang digalakkan.

Pelatihan dan bantuan kewirausahaan dari Kemensos, menurut Susi, bak angin segar yang membawa harapan bagi terciptanya inklusifitas. “Satu kegiatan, satu aksi nyata untuk bekerja melalui karya. Lewat kelor, penyandang disabilitas dikenal karena karyanya,” katanya.

Melalui pelatihan kelor, penyandang disabilitas di Maumere dapat memiliki pekerjaan, mempunyai peluang dan skill, dan mendapatkan penghasilan sendiri. Dari sisi sosial, mereka merasa bangga karena mampu mandiri dan berdaya, dan yang paling penting adalah terlepas dari depedensi pada belas kasih orang lain. 

Kemensos berkontribusi dalam mewujudkan motto Komunitas Disabilitas Merdeka Maumere, yaitu “Shining their ability”, mengoptimalkan potensi yang dimiliki bukan melihat pada kekurangan. “Kami memang punya kekurangan. Tapi jangan dilihat dari itu, tapi dari kemampuan. Ya dengan dikasih pelatihan ini,” tuturnya.

Senada dengan Susi, peserta pelatihan lainnya Yosefina Noeng (62) juga memiliki semangat yang sama untuk maju. “Saya berterima kasih kepada Ibu Menteri sudah kasih kami peluang untuk pelatihan kelor, dengan alat-alat yang dikasih kami pergunakan, semoga dengan adanya barang-barang ini kami harus lebih maju lagi,” ujarnya. 

Selama ini Yosefina hanya mengolah daun kelor menjadi bubur dan sayur bening karena kurangnya informasi tentang manfaat daun kelor. Namun setelah mendapatkan pelatihan dan teori tentang daun kelor, ia menyadari bahwa kelor memiliki segudang manfaat yang bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi. Oleh karena itu, Wanita yang akrab diapnggil Mama Yosef ini ingin menjadi bagian dari karya inklusi daun kelor. 

“Memang saya ada kekurangan, tapi saya mau bekerja, supaya kita itu jangan terlalu mengharapkan dari bantuan. Kami harus menunjukkan kami punya karya,” ungkapnya.

Manfaat pelatihan juga dirasakan oleh Petrus Ferdi (37). Selama usianya, Ferdi hanya diam di rumah dan sesekali bekerja mengolah kebun tanpa penghasilan yang signifikan. Sehari-hari kebutuhannya dipenuhi oleh keluarganya. Pasca pelatihan dan mendapatkan alat dan bahan, Ferdi bergabung dengan Tim Kelor Disabilitas Merdeka dan bersama-sama membuat olahan daun kelor. Ia ingat bagaimana rasanya pertama kali mendapatkan uang hasil penjualan.

“Saya dapat uang Rp700 ribu. Saya merasa senang karena mendapat uang sendiri. Selama ini tidak punya uang dan nunggu orang kasih. Pas dapat saya langsung beli ikan, beli beras untuk di rumah. Keluarga saya bangga,” ujarnya.

Saat ini, Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere sedang merintis usaha pusat oleh-oleh kelor khas Maumere. Ini menjadi langkah awal untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Harapannya, usaha kelor dapat berkembang hingga mampu diekspor ke manca negara dan Tim Kelor dapat berkontribusi membantu Kemensos dalam memberikan pelatihan kelor bagi penyandang disabilitas di seluruh Indonesia sehingga makin banyak lapangan pekerjaan yang tercipta.

Adapun produk Tim Kelor Disabilitas Merdeka Maumere dapat dipesan melalui telpon dengan menghubungi Nomor 081338859610 atau bisa datang langsung ke tempat produksi di Pantai Paris Homestay Jalan Nairoa Kecamatan Kangae Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial