KLUNGKUNG (18 Desember 2022) - Waktu masih menunjukkan pukul 04.00 WITA, namun Ni Wayan Darti (35) telah sibuk menanak nasi untuk putranya yang akan berangkat sekolah. Sambil mengurus anak, Darti bergegas menyalakan lampu di teras rumah sederhananya. Bersiap menjemput rezeki.

Di atas mesin jahit, setumpuk potongan kain siap disulap oleh tangan terampil Darti. Ia tampak sumringah. Di teras rumah telah menunggu mesin jahit baru bantuan Kementerian Sosial, menggantikan mesin jahit lamanya yang telah usang. Kini, pekerjaannya bisa lebih cepat dari biasanya.

“Senang, ada yang ngebantu. Semoga bisa meningkatkan perekonomian untuk biaya anak sekolah. Kalau mesin sebelumnya, saya beli bekas orang dan hanya mampu menjahit 25 kemeja per hari karena mesinnya agak lambat dan hidupnya lama,” ungkap Darti.

Ditinggal suami untuk selamanya, tak lekas membuat Darti melepas tanggung jawab merawat kedua putra dan ibu mertuanya yang telah lansia. Darti menggantungkan nasib ke pengepul konveksi demi memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Sayang, jasa warga Banjar Kapit, Desa Nyaliyan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung tersebut hanya dihargai Rp2.000 per kemeja. Maksimal dalam sehari, Darti mendapatkan upah Rp50.000. Jumlah tersebut, mau tak mau, harus ia cukupkan untuk sekolah anaknya dan membeli kebutuhan pokok.

Ketabahannya mendapatkan imbalan. Atas arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Kemensos menyalurkan bantuan Rumah Sejahtera Terpadu (RST) dan Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA). Di Kabupaten Klungkung, terdapat 29 warga yang mendapatkan RST dan PENA. Darti, salah satunya.

Untuk RST, Kemensos memberikan bantuan Rp20 juta. Rumah yang akan menjadi hak milik Darti sepenuhnya, saat ini, tengah dalam pengerjaan. Kelak, ia tak lagi terkena tampias saat hujan tiba dan lebih nyaman menjahit.

Dari PENA, Darti menerima bantuan berupa mesin jahit listrik, biaya tambah daya, kursi mesin jahit, set peralatan menjahit, dan benang jahit 1 rol. Darti juga tercatat sebagai penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako/BPNT.

Berbagai bantuan tersebut menambah semangat Darti. “Ada keinginan untuk belajar motong kain sendiri sehingga tidak lagi bergantung pada pengepul. Semoga dengan bantuan ini, produksi jahitan makin banyak dan modal untuk membuka usaha konveksi sendiri cepat terkumpul,” kata Darti.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI