PARIGI MOUTONG (6 Mei 2024)
- Para perajin gula aren di Desa Ogotumubu, Kabupaten
Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah sangat berterima kasih kepada
Kementerian Sosial (Kemensos). Berkat peran dan bantuan Kemensos, kesejahteraan
warga meningkat, penghasilan bertambah, bisa mendapatkan rumah dan tidak
kesulitan lagi menyekolahkan anak-anaknya.
“Kalau tidak dibantu Kementerian
Sosial, tidak mungkin kami bisa begini,” kata Asri, Ketua Kelompok Petani Aren,
yang merupakan warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Desa Ogotumubu,
Kecamatan Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, Minggu (5/5). Desa yang terletak di Teluk Tomini ini lokasinya
sekitar 300-kilometer sebelah utara Kota Palu yang merupakan ibukota Provinsi
Sulawesi Tengah.
Kesuksesan
warga bermula ketika tahun 2018 Kementerian Sosial mendampingi 77 kepala
keluarga warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) Dusun V Molomamua, Desa
Ogotumubu dalam pembangunan pemukiman sosial berupa 73-unit rumah. Selain itu
Kemensos juga memberikan bantuan jaminan hidup, peralatan kerja,
peralatan rumah tangga serta pendampingan sosial.
Saat
melakukan pendampingan sosial inilah warga yang biasanya membuat gula aren dari
hasil penyadap nira dan mengolahnya menjadi gula, diubah oleh Kementerian
Sosial. Tidak terlalu sulit mengubah dari kebiasaan membuat gula aren menjadi
gula semut, karena bahan bakunya sama dan tersedia melimpah di dusun tersebut.
Hanya proses akhirnya saja yang berbeda. Ketika diolah menjadi gula semut,
harga jualnya langsung naik tajam. Jika sebelumnya dari hasil mengolah
gula aren para perajin hanya mendapatkan penghasilan Rp 500.000 –
Rp 700.000 setiap kali mengolah, kini setelah cairan nira diolah
menjadi gula semut harganya melonjak tajam menjadi sekitar Rp 2.000.000 dengan
bahan baku yang jumlahnya sama. “Tidak sulit pula melakukan pemasaran,” kata Dini,
pendamping KAT para pembuat gula semut di Desa Ogotumubu.
Konsumen gula semut sebagian besar kafe-kafe serta hotel berbintang yang membutuhkan gula semut untuk campuran kopi, teh atau makanan lainnya. Para perajin biasanya menyebut gula semut Kemensos karena proses pembuatannya diawali melalui pelatihan dan pendampingan oleh Kemensos. Kini warga merasakan manfaat dari perubahan mengolah gula aren menjadi gula semut karena penghasilan dan kesejahteraan warga meningkat. “Terima kasih Kemensos yang telah banyak membantu dan memberdayakan kami,” kata Asri dengan suara mantap.