BEKASI (4
Mei 2021) - Kicau kawanan burung gereja terdengar nyaring bersahut-sahutan
di antara rindangnya pohon jambu. Pagi itu di penghujung April, Rohmatulloh
lagi asyik berkutat dengan berbagai ragam budi daya di pekarangan rumahnya.
Kangkung, pakcoy dan selada di pipa-pipa paralon berjejer rapi, sementara di
bawahnya ikan lele dan nila berenang di kolam masing-masing,
Sudah dua tahun
Rahmat – begitu ia akrab disapa, merintis Karang Bening Hydrofarm, budi daya
sayur hidroponik yang juga salah satu usaha ekonomi produktif Karang Taruna
Jatibening. Diklaim lebih sehat dan segar karena tidak mengandung pestisida,
Rahmat tak menyangka kebun sayur hidroponik tersebut bakal menjadi buah bibir.
“Awalnya saya
menanam sayur hidroponik sebagai pelepas stres setelah seharian bekerja. Pas
saya posting di medsos, ternyata banyak orang yang demen (suka),” kata pendiri
Karang Taruna Jatibening pada 2001 ini.
Berkat promosi
dari mulut ke mulut, Karang Bening Hydrofarm kini dikenal sebagai pusat edukasi
hidroponik di Kota Bekasi. Selain wisata edukasi, Karang Taruna Jatibening juga
melayani instalasi hidroponik. Sejumlah kelompok tani terbentuk di Kelurahan
Jatibening, begitu pula PKK, Kelompok Pemuda dan Posyandu yang menggelar
kegiatan-kegiatan produktif seputar sayur hidroponik.
“Setiap kali
panen, ada blasting SMS ke warga Jatibening yang menginformasikan tentang
penjualan sayur mayur agar nanti didata. Omset tiap panen bisa ratusan ribu,”
kata Rahmat.
Tak hanya budi
daya hidroponik, Karang Taruna Jatibening melakukan pemberdayaan minyak
jelantah sebagai bukti keseriusan terhadap isu pencemaran lingkungan di wilayah
mereka. “Selama ini minyak jelantah dibuang begitu saja ke selokan dan tanah
sehingga menyumbat saluran air dan mengurangi unsur hara pada tanah,” ujar
Rahmat.
Di akhir tahun
2020 lalu, Bank Minyak Jelantah mulai beroperasi, dimana minyak jelantah dibeli
dari warga seharga Rp3.000 per kilo, yang kemudian dijual kembali ke pengepul
seharga Rp7.000.
“Keuntungan
dari minyak jelantah menjadi passive income yang kami gunakan untuk biaya
operasional kegiatan-kegiatan sosial,” jelas Rahmat.
Karang Taruna
Jatibening juga peduli pada pendidikan dengan menggratiskan seluruh Ujian
Kesetaraan Sekolah Paket A, B dan C bagi warga yang putus sekolah dan Rumah
Belajar baca Iqra dan Al-Quran, Bahasa Inggris serta berbagai keterampilan bagi
siswa didik. Mengalirnya sumbangan para donatur dan biaya operasional Dinas
Pendidikan Kota Bekasi mulai tahun ini memuluskan niat mulia tersebut.
“Sebelum masa
pandemi, kegiatan belajar mengajar berada di pendopo samping rumah, tapi
sekarang dilaksanakan secara daring dan bergilir tiap minggu dari satu RW ke RW
lain,” kata Ketua Majelis Pertimbangan Karang Taruna Jatibening dan Ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jatibening ini.
Aspek budaya
tak luput dari perhatian Karang Taruna Jatibening. Sebagai organisasi
kepemudaan yang lahir di Tanah Betawi, Karang Taruna Jatibening menghormati dan
melestarikan budaya leluhurnya dengan mendirikan Sanggar Pencak Silat Intiraga
Silbet. Mereka juga sudah dua kali menggelar Gebyar Jatibening Berbudaya yang
menampilkan berbagai pagelaran kesenian Betawi.
Tak hanya itu,
Karang Taruna Jatibening yang sering tampil di berbagai kegiatan lomba ini
berhasil menyabet juara satu Festival Palang Pintu yang diselenggarakan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan.
“Pas pandemi,
jam tampil mulai sepi karena ada PSBB. Alhamdulillah tahun lalu kami diajak
Disparbud Jawa Barat untuk mengadakan kegiatan budaya secara virtual dan diberi
dana hibah sebesar Rp10 juta,” kenang Rahmat.
Meraih gelar
sebagai Karang Taruna terbaik se-Kota Bekasi pada tahun 2005, Karang Taruna
Jatibening terbukti sigap dalam membantu sesama, antara lain advokasi
pendampingan kesehatan masyarakat ke rumah sakit, pendirian posko dan dapur
umum bagi korban bencana banjir, serta program 'Senyuman untuk Anak Yatim'.
“Sinergi antara
Karang Taruna dan Kelurahan Jatibening sudah berjalan beriringan selayaknya
orangtua dan anak,” kata Tri Wahyudi, Kasi Kesejahteraan Sosial di Kelurahan
Jatibening sekaligus Kepala Sekolah dan Relawan Pengajar di Rumah Belajar
Jatibening.
Dengan sederet
prestasi dan sumbangsih yang telah diberikan kepada masyarakat, tak heran
Karang Taruna Jatibening dinobatkan sebagai pilot project Karang Taruna di Kota
Bekasi. Namun, siapa sangka ternyata Karang Taruna Jatibening sempat vakum
selama 7 tahun di tahun 2009-2016 karena berbagai kesibukan lain.
“Alhamdulillah
berkat dukungan Kelurahan Jatibening, kami bisa kembali aktif sampai sekarang,”
ujar Syaiful Anwar, Ketua Karang Taruna Jatibening aktif saat ini.
Solidnya Karang
Taruna Jatibening tak lepas dari rasa kerelawanan sosial yang menjadi jiwa
penggerak masing-masing anggotanya. Rahmat, Tri dan Syaiful sepakat bahwa
mereka harus menjadi teladan bagi anggota.
“Tunjukkan apa
itu rasa kerelawanan sosial, niscaya para anggota bisa melihat dan memahaminya.
Sebagai contoh, kami memulai program 'Senyuman untuk Anak Yatim' dengan modal
kami sendiri. Pada kali kedua, para anggota berinisiatif untuk urunan karena
mereka merasakan manfaat kegiatan tersebut,” kata Rahmat.
Yang perlu
diingat, lanjut Rahmat, Karang Taruna bergerak bukan untuk kepentingan pribadi,
melainkan untuk meningkatkan taraf hidup, kesehatan, ketertiban, dan lingkungan
masyarakat.
“Sebagai
generasi penerus bangsa, para pemuda harus visioner dengan melakukan
kegiatan-kegiatan kreatif dan menyejahterakan lingkungan sekitar,” kata Rahmat.
Oleh karena
itu, pembinaan secara moril dan materiel terhadap pemuda, khususnya Karang
Taruna, sangat diharapkan. “Dengan adanya peran pemerintah pusat dan daerah
serta peraturan-peraturan yang menekankan pembinaan anak muda, kami berharap
anak muda dianggap sebagai bagian dari keamanan sehingga bila kita membina
mereka, berarti kita aman,” katanya.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI