KUPANG (28 Februari 2024) - Dalam rangka mempercepat kemandirian penerima manfaat, Kementerian Sosial menggelar pelatihan kewirausahaan bagi 120  penyandang disabilitas dan kelompok rentan di Sentra Efata di Kupang. Pelatihan ini berlangsung dari 26 Februari 2024 hingga 3 Maret 2024. Pada pelatihan tersebut  peserta diberikan materi  tentang pengolahan makanan siap saji, pengolahan kopi, dan pastry.   Para peserta pelatihan berasal dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Belu, Malaka, Sikka, dan Kabupaten  Timor Tengah Utara, serta  penerima manfaat (PM) residensial di Sentra Efata.

Kepala Sentra Efata, Tota Oceanna mengatakan pelatihan selama tujuh hari merupakan instruksi langsung Menteri Sosial Tri Rismaharini. Para PM diharapkan bisa langsung mempraktikkan hasil belajarnya di Bazaar Ramadhan yang akan dibuka di Sentra Kreasi Atensi Efata. "Peserta akan jualan di Bazaar Ramadhan, supaya mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang marketing,”” katanya   saat ditemui di Sentra Efata Kupang, Selasa, (27/2). 

Tota menjelaskan graduasi tidak serta merta  memutus layanan. Para PM akan dimonitor hingga penghasilannya mencapai Upah Minimum Kabupaten (UMK). Monitoring di kawasan Indonesia Timur memiliki tantangan tersendiri, terlebih jika peserta pelatihan berasal dari luar pulau. Untuk mensiasati itu, Tota menjelaskan Kemensos mengikutsertakan para pendamping kabupaten secara proporsional dalam pelatihan. "Para pendamping akan membimbing dan memantau lima peserta. Jika kami ingin mengetahui perkembangan usaha para peserta, kami akan menanyakan kepada pendampingnya,” Kata Tota.

Lebih lanjut, Tota mengatakan progres graduasi dipantau langsung oleh Mensos Risma. Setidaknya Sentra harus melaporkan progres usaha PM secara mingguan kepada Mensos.  Meskipun tidak membuat target,  namun harapannya PM sudah dapat menjual produknya dalam tiga bulan ke depan. 

Sementara itu, resep makanan dan minuman yang diajarkan dikreasikan dengan potensi lokal dengan mengikuti tren kekinian. Nusa Tenggara Timur memiliki potensi daun kelor, pisang, jagung hingga hasil laut yang melimpah. Beberapa resep yang diajarkan seperti naget pisang kelor, cromboloni goreng dengan fla kelor dan jagung, dan abon tuna kelor. Hal ini agar para peserta tidak kesulitan mencari bahan untuk memulai usaha. 

Salah satu peserta, Yati Melania Kase (32) mengatakan resep yang diajarkan para pelatih dari Surabaya Hotel School sangat mudah diterapkan dan bahan-bahan untuk membuat juga mudah didapatkan. Sepulang dari pelatihan, Yati berencana akan memulai usaha naget pisang kelor. "Naget pisang kelor lebih gampang dibikin, bahannya juga  gampang diperoleh," ujarnya optimis.