MALANG (22 Januari 2023) - Seorang wanita paruh baya tengah sibuk mondar-mandir. Dari tadi, tangannya cekatan menata aneka makanan dan minuman, kursi dan perabot rumah pun ia rapikan. Di luar rumahnya tengah ramai, menunggu tamu penting yang sebentar lagi akan sampai.
Sambil mengendong si bungsu, perempuan itu pun merapikan penampilannya. Di samping, ada suaminya yang terlihat sedikit gugup. Maklum, baru kali ini mereka dikunjungi orang-orang yang biasanya hanya bisa dilihat dari televisi. Jum’at lalu (20/1), menjadi hari bersejarah bagi keluarga itu.
“Ibu sampai,” kata seorang petugas yang membuatnya terkesiap. Dilihatnya dari jauh, dua perempuan berpengaruh di negeri ini, sedang berjalan menuju rumahnya. Tak pernah ia sangka, gang sempit dengan jalan tanah berbatu, yang lebarnya tak lebih dari 1,5 meter itu dipijak oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tak hanya melintasi gang sempit, dua menteri itu harus berjalan menanjak untuk sampai ke rumah yang berlokasi di Desa Ngabab Kecamatan Pujon Kabupaten Malang itu.
“Namanya siapa ibu?” tanya Menkeu saat sampai. “Rumaiyah,” jawabnya dengan senyum sumringah.
“Iki (ini) suaminya? Jenenge sopo (namanya siapa)?” tanya Menkeu lagi. “Kusiyadi,” jawab suami Rumaiyah.
Keempatnya lantas menghadap papan dinding yang berisi foto-foto kondisi rumah Rumaiyah yang belum direnovasi dua bulan yang lalu. “Ini lho bu rumahnya sebelum direnovasi,” kata Mensos menunjuk salah satu foto di papan.
Tampak rumah berdinding anyaman bambu, gentengnya sudah usang, dan lantai beralaskan tanah. Jika hujan datang, bocor pun tak bisa dicegah. Rumaiyah mengaku, kadang lantai bisa becek jika sedang hujan besar. Belum lagi angin, keluarga itu akan dilanda rasa khawatir rumah akan roboh.
Kondisi itu sangat kontras dengan rumah Rumaiyah saat ini. Rumah yang ia sebut gubuk itu kini disulap menjadi rumah permanen bergaya minimalis modern. “Sekarang sudah jadi bagus kayak gini, mangrong-mangrong (besar dan mewah),” kata Menkeu melihat kondisi Rumaiyah saat ini.
Rumaiyah (40) dan Kusiyadi (43) adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) miskin ekstrem yang memperoleh program Rumah Sejahtera Terpadu dan Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA). Dua program ini adalah beberapa dari program penanganan kemiskinan ekstrem terpadu yang diluncurkan Kementerian Sosial untuk mewujudkan visi Presiden Jokowi demi tercapainya 0% Kemiskinan Ekstrem di tahun 2024. Kemensos berkomitmen memperbanyak program yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin sehingga dapat mandiri dan terlepas dari ketergantungan akan bantuan sosial.
“Kerjane opo (kerjanya apa)?” tanya Menkeu lagi. “Serabutan, ngojek,” jawab Kusiyadi.
“Saiki usaha ne opo (sekarang usahanya apa)?” sekarang giliran Mensos yang bertanya. “Ternak ayam,” kata Rumaiyah sembari menunjuk kendang ayam yang ada di sebelah rumah.
Mensos dan Menkeu pun langsung mengikuti Rumaiyah melihat tempatnya beternak ayam jowo super (joper). Usaha ternak ayam didapat Rumaiyah dari program PENA, pemodalan usaha bagi KPM untuk meningkatkan pendapatan. Dari PENA, Rumaiyah mendapatkan modal yang dibelikan ayam joper sebanyak 500 ekor, pakan, vaksin dan vitamin, kandang ayam beserta alat lainnya.
Ayam joper dipanen minimal 2 sampai 3 bulan. Dengan modal Rp6.000/ekor, ayam dapat dijual kembali dengan dengan harga Rp35.000/ekor. Untuk 500 ekor ayam, diperlukan pakan sebanyak 4 karung seharga Rp450.000/karung. Sehingga modal yang diperlukan untuk dua bulan adalah Rp1,8 juta. Dari modal tersebut, diproyeksikan Rumaiyah bisa mendapatkan omzet sebesar Rp7,8 juta per bulan.
“Rp6.000 jadi Rp35.000 itu kan hampir 5 kali lipat lebih ya, tapi dikurangi ongkos-ongkos. Seng penting ojo akeh sing mati nggeh bu,” kata Menkeu menghitung perkiraan pendapatan ternak ayam milik Rumaiyah.
Setelah berbicang lama di lokasi ternak ayam, Mensos dan Menkeu kemudian melihat isi rumah baru Rumaiyah. Bersama dengan Bupati Malang HM Sanusi dan anggota DPRI RI Andreas Eddy Susetyo, keduanya memasuki rumah dan mengecek perabot yang merupakan bantuan dari program ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial).
“Ini kita bangun dengan dana Rp126 juta. Kerja sama dengan BI itu, karena ini untuk miskin ekstrem. Rumahnya itu udah mau roboh,” jelas Mensos.
Rumah baru Rumaiyah berukuran 36 meter persegi. Terdapat dua kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan MCK yang dilengkapi dengan shower untuk mandi. Rumahnya pun sudah dialiri listrik sendiri, dulunya ia menumpang listrik di tetangga. Sekarang kekhawatiran rumah akan roboh pun sirna, anak-anak nya juga bisa belajar dengan gembira.
“Senang, gak nyangka, puas,” ujarnya saat wawancarai di kesempatan yang berbeda pada Kamis (19/1).
Rumaiyah sebelumnya adalah penerima PKH (Program Keluarga Harapan) sejak tahun 2016. Pada tahun 2022, Mensos mencanangkan program PENA yang berutujuan untuk meningkatkan pendapatan KPM, terutama KPM PKH, yang berusia produktif agar bisa mandiri. Program ini pun terintegrasi dengan Program Rumah Sejahtera Terpadu untuk rumah, dan ATENSI untuk isi perabot rumah. Program pengentasan kemiskinan terpadu ini menjadi angin segar untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, terutama miskin ekstrem.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI