CITEREUP (23 April 2023) - Sejumlah pelanggan tampak memilih beberapa perkakas di salah satu lapak pedagang pinggir jalan di kawasan Pasar Citeureup, Kabupaten Bogor. Pemilik lapak, Rahmadansyah, dengan sabar melayani kebutuhan pelanggan.

Sejak 2008, pria 45 tahun itu konsisten menggeluti usaha perkakas. Ini bukan usaha pertamanya. Namun waktu membuktikan, usaha perkakaslah yang paling bisa diandalkan menjaga asap dapurnya tetap ngebul.

Ditemui di Pasar Citereup, sambil menyiapkan barang dagangannya, ia bercerita tentang kondisinya yang memiliki keterbatasan.

"Sejak usia 1,5 tahun, saat ibu saya meninggal dunia saya sering sakit panas tinggi katanya. Sehingga salah satu kaki saya didiagnosa poliomyelitis atau polio, akibatnya gak berfungsi dengan normal," katanya.

Kondisinya ini tidak meredupkan semangatnya untuk merantau di tahun 2006 dari Palembang ke tanah Sunda. Hidup sendiri di perantauan tidak memiliki sanak saudara bukan hambatan baginya.

Warga asal Kampung Bojong, Citeureup ini telah menggeluti usaha berdagang, mulai dari obral lampu, kemudian menjelang lebaran lanjut menjual jam tangan anak - anak hingga mainan anak mengikuti tren pasar. Pada akhirnya ia beralih untuk dagang perkakas dipinggir jalan pasar Citeureup, Bogor.

Pendapatannya saat itu berkisar Rp50 ribu per hari. Namun cukup besar pengeluaran yang harus ia tangggung. Barang dagangannya ia titipkan di tempat yang ia sewa dengan biaya Rp150 ribu per bulan. Belum lagi ia harus mengeluarkan biaya transportasi per hari sebanyak Rp30 ribu untuk membawa dagangannya dari tempat sewa ke pasar dengan menggunakan becak. 

Di tahun 2021, Rahmadansyah mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial berupa motor roda tiga. Motor ini didesain sesuai kebutuhan penyandang disabilitas yang memiliki usaha.

Dengan adanya motor roda tiga ini, Rahmadansyah mengaku sangat terbantu dalam menjalankan usahanya. "Allhamdulilah dapat bantuan aksesibilitas untuk usaha, jadi lebih mudah serta mengurangi pengeluaran yang sebelumnya untuk menyewa becak dan sewa penitipan barang," ujarnya.

Pasca menerima bantuan dari Sentra Terpadu Inten Soeweno Bogor yang merupakan UPT Kemensos, Ramadansyah mampu menekan biaya transportasi dan sewa penitipan barang. Pendapatannya pun sedikit demi sedikit meningkat. Kini pendapatannya rata-rata Rp100 ribu per hari.

Dengan kondisinya yang tidak biasa, Rahmadansyah memiliki kegigihan yang luar biasa. Ia berangkat Pukul 7.00 WIB dengan membawa barang dagangannya ke Pasar Citeureup. Jam operasionalnya hingga pukul 10.00 WIB, kemudian ia pulang untuk istirahat dan beribadah. Selepas zuhur, ia kembali berdagang di Pasar Citeureup hingga pukul 20.00 WIB.

Ternyata, ia merasakan fungsi lain dari motor roda tiga bantuan Kemensos. Tidak hanya untuk berdagang, sesekali motor roda tiga itu ia gunakan untuk jasa angkut barang pindahan. 

Selain itu, motor roda tiganya pernah disewa untuk membawa pesanan catering. Baginya, manfaat ini selain untuk mendapatkan pemasukan tambahan di luar usaha regulernya, juga sebagai caranya untuk membantu sesamanya.

Ke depan, Rahmadansyah berencana membuka warung kopi (warkop) di rumahnya menggunakan motor roda tiga. "Nanti, sepulang saya dagang perkakas, saya rencana akan buka warkop di rumah. Lumayan untuk tambah-tambah pemasukan," katanya.

Rahmadansyah bersyukur atas perhatian yang diberikan Mensos bersama jajarannya. "Saya hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Menteri Sosial beserta jajaran yang telah memberikan bantuan roda tiga ini yang sangat bermanfaat buat peningkatan usaha saya," tutupnya.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial